Resesi 2023 Tiba, Indonesia Optimis bisa Tetap Stabil di Bidang Ekonomi dan Industri
Merdeka.com - Perekonomian dunia saat ini semakin tak menentu, hingga memunculkan berbagai isu terkait resesi di tahun 2023 mendatang. Meski krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 sudah mulai mereda dan lebih bisa dikontrol dengan baik, namun hal tersebut tak bisa secara gamblang dikatakan aman. Pasalnya, dampak buruk pandemi yang dirasakan selama kurang lebih dua tahun terakhir, kini beralih menjadi gejolak ekonomi global.
“Wabah Covid-19 saat ini sudah dinyatakan semakin menurun dan mulai terkontrol. Krisis yang terjadi pada periode ini pun perlahan pulih dan menampakan hasilnya yang terbilang sangat baik. Namun, resiko tersebut perlahan beralih dari pandemi ke gejolak ekonomi global,” ujar Suahasil Nazara.
Ada begitu banyak faktor yang menyebabkan resiko seperti ini muncul. Salah satunya adalah inflasi global yang telah diprediksi sedari awal akan terjadi jika pandemi Covid-19 berada di ujungnya. Hal ini tentunya menyebabkan beberapa kenaikan harga komoditas secara global menjadi volatile dan cenderung berada di angka yang tinggi.
-
Apa yang dimaksud dengan inflasi? Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu perekonomian selama periode tertentu.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Mengapa banyak perusahaan global terancam bangkrut? Banyak tanda menunjukkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan-perusahaan global, terutama karena krisis utang dan kenaikan biaya pinjaman yang menjadi isyarat 'kiamat' baru bagi korporasi di seluruh dunia.
-
Apa penyebab inflasi selain permintaan melebihi penawaran? Kenaikan biaya produksi juga bisa menjadi penyebab inflasi. Misalnya, kenaikan harga bahan baku, tenaga kerja, atau energi dapat mendorong produsen untuk menaikkan harga jual agar tetap mendapatkan keuntungan.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Apa penyebab utama tekanan finansial? Meskipun sebagian besar responden survei mengakui adanya kecerobohan finansial, menurut hasil survei, mereka mengaitkan sebagian besar kesulitan mereka dengan 'harga barang-barang penting yang tinggi'.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi yang saat ini dihadapi juga terjadi karena perubahan kebijakan moneter Amerika, konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina, dan bahkan ketegangan antara Cina dan Amerika. Akibatnya, outlook ekonomi dunia jadi semakin melemah seiring peningkatan berbagai risiko tersebut. Untungnya, kondisi ekonomi di Indonesia sekarang masih dinilai aman, namun tetapi harus diwaspadai dan diantisipasi.
“Melihat keadaan Indonesia saat ini, bisa dibilang negara kita masih cukup encouraging untuk prospek pertumbuhan jangka pendek, terefleksi pada sisi konsumsi maupun produksi. Kita bisa melihat PMI manufaktur, bahwa Indonesia terus ekspansi selama 13 bulan terakhir dengan 53,7 dan negara kita sedang berada di tren yang naik,” ucap Suahasil.
Menteri Perdagangan RI, Kasan Muhri, menyebutkan bahwa keadaan Indonesia yang masih dinilai baik ini juga tak terlepas dari kontribusi konsumsi rumah tangga yang mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
“Konsumsi rumah tangga yang dilakukan di dalam negeri masih memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pertumbuhan ekonomi dan ini pun tentunya memberikan dampak terhadap masyarakat, kegiatan perdagangan di dalam negeri, termasuk retail,” kata Kasan Muhri.
Di sisi lain, mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia 2014-2016, Bambang Brodjonegoro menjelaskan bahwa turunnya jumlah kasus pandemi juga akan menyebabkan kenaikan permintaan kebutuhan dari para konsumen.
“Pasca menurunnya angka pandemi, sejumlah lonjakan permintaan akan kebutuhan terjadi di mana-mana. Mulai dari konsumsi hingga investasi yang besar. Sayangnya, hal ini tak didukung oleh rantai pasokan yang mencukupi, akibat tingginya minat masyarakat yang menginginkan keadaan seperti sebelum pandemi,” ucap Bambang Brodjonegoro.
Terkait permasalahan tersebut, dirinya berargumen bahwa Indonesia masih bisa bertahan dengan menerapkan dua cara yang positif.
“Kita tak bisa menghindari terjadinya inflasi, namun ada banyak hal lainnya yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hal tersebut. Pertama, kita bisa mengelola komoditi pokok, misalnya beras. Kedua, mempertahankan daya beli masyarakat melalui sistem sosial langsung,’ kata Bambang.Dari sudut pandang seorang Masyita Crystallin, perekonomian yang ada di Indonesia saat ini masih terpantau dalam posisi yang kuat. Bahkan, negara ini dikatakan lebih stabil bila dibandingkan dengan negara tetangga yang ada di Asia Tenggara.
“Fundamental perekonomian Indonesia saat ini masih harus diwaspadai, namun hal tersebut masih dalam posisi yang kuat. Peringkat negara Indonesia masih stabil selama periode dua tahun terakhir ini bila dibandingkan dengan negara yang lainnya,” jelas Masyita Crystallin.
Selain perekonomian, sektor industri menjadi bidang selanjutnya yang ikut terkena imbas buruk dari krisis yang terjadi secara global ini. Satu di antaranya adalah industri otomotif yang kini semakin menunjukan tanda-tanda pemulihan yang signifikan.
“Ada banyak sekali sektor industri yang terkena imbas selama pandemi berlangsung. Namun, setelah pandemi ini mereda, kita semakin menunjukan tanda-tanda pemulihan. Tentunya hal ini juga didukung oleh besarnya minat konsumen terhadap produk-produk yang dihasilkan. Akan tetapi, ketika perang antara ukraina dan rusia terjadi, tentu saja kondisi geopolitik berubah secara perlahan,” ucap Shinta Kamdani.
Sebelum pandemi, industri otomotif menyumbang 4,34% dari PDB nasional pada 2019 dan 4,66% pada 2018. Bahkan, selama periode lock down pada tahun 2020, industri ini masih mempekerjakan sedikitnya 17 juta pekerja, yang 13,6% diantaranya merupakan angkatan kerja nasional. Hal ini tentu menjadi alasan terbesar mengapa industri tersebut harus tetap dipertahankan.
“Alasan kenapa Indonesia harus mempertahankan industri otomotif adalah karena sektor ini cukup banyak mempekerjakan banyak tenaga, yaitu 17 juta orang. Untuk itu, kami berupaya untuk meningkatkan potensi penjualan produk otomotif di dalam maupun luar negeri,” terang Kukuh Kumara.
Lebih lanjut, Kukuh mengatakan bahwa pemanfaatan pasar domestik harus bisa dilakukan secara maksimal guna memperkuat industri otomotif dalam negeri.
“Industri otomotif Indonesia harus bisa tetap bangkit. Kita bisa manfaatkan pasar domestiknya. Karena kurang lebih 34% pasar otomotif di ASEAN berada di Indonesia. Nah, kita ingin merebut sisanya untuk jadi basis produksi,” ujarnya.
Indonesia sendiri merupakan negara yang penjualan kendaraan otomotif roda empat paling besar di asia tenggara. Tapi, secara produksi, kita masih kalah dengan negara thailand. Sementara untuk kendaraan roda dua, seperti sepeda motor, Indonesia menjadi negara peringkat pertama yang penjualan dan produksinya paling besar dibanding negara asia tenggara lainnya.
“Secara garis besar, kegiatan ekspor produk industri di Indonesia lebih besar dibandingkan importnya. Jadi sebagian besar, kendaraan di Indonesia itu buatan dalam negeri, namun ada beberapa spareparts yang masih dikirimkan dari luar negeri,” ucap Kusharijono.
Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Co., LTD, Indra Chandra Setiawan, menambahkan bahwa perkembangan yang terjadi pada industri otomotif Indonesia ini harus didukung sepenuhnya oleh SDM yang memadai. Karena, bila para pekerja memiliki kemampuan dan kelayakan dalam menjalani industri ini, maka akan dipastikan bahwa sektor otomotif di negara ini akan hasilkan output yang baik dan bisa bersaing secara mendunia.“Peran manusia sangat dibutuhkan dalam mendukung perkembangan industri otomotif di Indonesia,” jelas Indra Chandra Setiawan.
Sebagai komitmen untuk mendongkrak pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekosistem otomotif yang berkelanjutan di Indonesia, Danamon bersama Adira Finance dan MUFG kembali membuka diskusi terbuka yang menitikberatkan pada aspek ekonomi-bisnis Indonesia dan global. Pembicaraan ini mengangkat tema Rebuild The Economy 2023, yang menghasilkan pemikiran untuk menjawab ketidakpastian melalui kebijakan ekonomi dan industri yang lebih kuat.
Melalui acara hari ini, Danamon bersama Adira Finance dan didukung oleh MUFG Group, berharap para pemangku kepentingan dapat lebih siap dalam menyikapi ketidakpastian serta menyambut 2023 dengan lebih optimis.
“Sangat penting bagi semua orang untuk memahami bahwa mereka tidak sendiri. Kami berkomitmen untuk berjalan bersama dengan mitra dan nasabah kami di setiap langkah. Bersama Danamon ‘Bank Pilihan Anda’, apapun tantangan yang akan dihadapi di masa depan dapat kita lewati bersama, sekaligus mengupayakan tiap nasabah dapat tumbuh secara berkelanjutan,” tutup Itagaki, Direktur Utama Danamon. (mdk/wri)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak mencapai target pemerintah karena dipengaruhi gejolak ekonomi global.
Baca SelengkapnyaJokowi mengimbau untuk tetap berhati-hati terhadap ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi capai 5,1 persen tahun ini.
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani berharap, dengan pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Fed Fund Rate akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaHal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.
Baca SelengkapnyaApalagi kata Royke, IMF dan World Bank memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi.
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaTensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaDi lain pihak, pemerintah negara barat dan industri menghadapi stimulus fiskal yang sangat terbatas.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor yang masih positif.
Baca Selengkapnya