Sri Mulyani soal tarif tebusan: Periode I habis, dunia tak runtuh!
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta masyarakat agar memanfaatkan program amnesti pajak yang diusung pemerintah. Sebab, momen ini terbilang langka lantaran memiliki tarif rendah dibandingkan negara lainnya.
"Tax Amnesty yang rate-nya sangat rendah ini memang sangat langka. Biasanya rate-nya turun hanya sedikit, atau hanya hapus sanksi administrasi saja. Dalam hal ini, UU Tax Amnesty itu spiritnya sudah memikirkan dengan matang, dan mendesain rate-nya naik dari 2 persen, 3 persen, dan 5 persen," ujar Sri Mulyani di Gedung Ditjen Pajak, Jakarta, Selasa (27/9).
Menurutnya, tarif tebusan yang dipatok pemerintah untuk periode II dan periode III pun tidak terlalu besar, yaitu 3 persen dan 5 persen. Jadi, masyarakat pun tidak perlu khawatir akan dikenakan tarif tebusan yang kelewat tinggi.
-
Apa itu Pajak Progresif? Sementara itu, pajak progresif adalah biaya yang harus dibayarkan jika seseorang memiliki lebih dari satu kendaraan, dimana total pajak akan bertambah seiring dengan jumlah kendaraan yang semakin banyak.
-
Apa yang Pertamina turunkan harganya? Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Kapan pertumbuhan ekonomi RI di atas 5 persen? “Bahkan hal ini sudah berlangsung selama 7 kuartal atau hampir 2 tahun berturut-turut.
"Saya juga mau sampaikan, karena selama ini orang beranggapan seakan sesudah September, dunia akan runtuh. Enggak juga. Tax Amnesty itu kan sembilan bulan. Bahwa semua pihak ingin memanfaatkan yang 2 persen iya. Tapi Senin (Oktober) itu tarifnya hanya naik jadi 3 persen. Tidak naik 200 persen," ungkapnya.
Untuk itu, masyarakat diharapkan dapat mendeklarasikan hartanya dalam program amnesti pajak. Hal ini juga akan mendorong perekonomian Tanah Air.
"Dari tax amnesty, hal yang paling berharga adalah data mengenai deklarasi. Dan ini akan membuat suatu pondasi yang kuat bagi perekonomian Indonesia," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Surplus APBN ditopang oleh penerimaan negara yang masih lebih tinggi dibandingkan belanja negara.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis outlook penerimaan pajak tahun ini bisa melebihi target yang sudah ditentukan sebesar Rp1.818,2 triliun.
Baca SelengkapnyaAngka ini sudah 88,69 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaKondisi ekonomi global 2023 diprediksikan oleh banyak lembaga internasional merupakan tahun yang cukup gelap.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani melaporkan APBN mengalami surplus Rp22,8 triliun hingga 15 Maret 2024.
Baca SelengkapnyaTingkat inflasi hingga bulan Juli, sudah turun hingga angka 3,08 persen.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut sudah mencapai 101,3 persen dari targetAPBN 2023.
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan inflasi Indonesia bisa turun di bawah 3 persen.
Baca SelengkapnyaMenurut Sri Mulyani, banyak masyarakat Indonesia yang melihat pelemahan Rupiah itu dari nominalnya terhadap USD.
Baca SelengkapnyaHingga akhir April 2024, pemerintah telah mengumpulkan penerimaan pajak sebesar Rp624,19 triliun.
Baca SelengkapnyaTHR prajurit TNI dicairkan utuh alias tidak lagi dipotong mulai H-10 lebaran.
Baca Selengkapnya