Ternyata, Warga Malaysia Banyak Beralih Jadi Pedagang Asongan dan Penjaga Warung Makan
Peningkatan pekerja informal di era gig ekonomi menimbulkan kekhawatiran di masa depan, yaitu pekerja yang kurang terampil dalam teknologi.
Melansir dari The Straits Times, pekerja informal Malaysia mencapai 3 juta orang di tahun 2023. Ini merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah.
Ternyata, Warga Malaysia Banyak Beralih Jadi Pedagang Asongan dan Penjaga Warung Makan
Ternyata, Warga Malaysia Banyak Beralih Jadi Pedagang Asongan dan Penjaga Warung Makan
Perkembangan ekonomi digital menimbulkan kekhawatiran bagi kualitas pekerja di masa depan. Di Malaysia, warganya lebih memilih untuk bekerja informal dengan dalih upah pekerja formal terlalu sedikit.
Melansir dari The Straits Times, pekerja informal Malaysia mencapai 3 juta orang di tahun 2023. Ini merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah.
Di satu sisi, peningkatan pekerja informal di era gig ekonomi menimbulkan kekhawatiran di masa depan, yaitu pekerja yang kurang terampil dalam teknologi.
Berdasarkan data Maybank Investment Bank Research, jumlah pekerja informal Malaysia saat ini mewakili lebih dari 17 persen angkatan kerja saat ini, atau meningkat sebesar 25 persen dari yang sebelumnya hanya 2,4 juta pekerja di tahun 2021.
"Peningkatan ini mengkhawatirkan karena terjadi pada periode tingkat pengangguran yang rendah, ketika masyarakat Malaysia seharusnya bisa mendapatkan pekerjaan yang aman dan memiliki tunjangan," demikian laporan Maybank Investment Bank Research, melansir dari The Straits Times, Rabu (28/2).
"Yang lebih mengkhawatirkan lagi, angka dari Departemen Statistik menunjukkan bahwa hampir 98 persen pengantar barang (kurir) pada tahun 2022 berusia 30 tahun ke bawah, dan sekitar 40 persen di antaranya berpendidikan sekolah menengah."
Direktur eksekutif Pusat Penelitian Sosio-Ekonomi Lee Heng Guie mengatakan, industri akan kesulitan mendapatkan pekerja terampil dalam jangka panjang, jika generasi muda tidak melanjutkan pendidikan tinggi.
“Negara ini perlu memiliki lebih banyak pekerja terampil jika ingin maju dalam industri teknologi tinggi seperti kecerdasan buatan," kata Lee Heng Guie.
Dia mengatakan, dengan meningkatnya jumlah pekerja berketerampilan rendah di Malaysia pada akhirnya akan melemahkan pertumbuhan ekonomi negara.
Maybank Investment Bank Research menjabarkan, pekerja informal Mandiri yang tengah meningkat di Malaysia saat ini adalah pekerja lepas (freelancer) pedagang asongan, pedagang kecil, operator warung makan.
Sementara itu, Pusat Data Statistik Malaysia menyampaikan, tingginya minat warga untuk menjadi pekerja gig ekonomi karena upah yang diberikan perusahaan kepada karyawan formal sangat rendah.
"Para pekerja menyebutkan, kurangnya kesempatan, upah yang stagnan, dan pengaturan kerja yang tidak fleksibel menjadi alasan mereka memilih gig economy," demikian laporan Data Statistik Malaysia.
Muhammad Fadhilah Hafizi, telah menjadi kurir makanan selama satu tahun demi membayar utang. Dia bukanlah pengangguran.
Fadhillah merupakan karyawan di sebuah perusahaan dengan gaji bulanan, akan tetapi gaji yang diterima dianggap lebih rendah dibandingkan pendapatannya melakoni pekerjaan informal.
"Usia saya sudah akhir 20 tahun, ini bukan lagi waktunya bagi saya untuk meneruskan studi saya karena saya juga tidak punya cukup uang. Ketika utang saya sudah lunas, saya akan mencari pekerjaan lepas lain dengan upah yang lebih baik," kata Fadhillah.
Fadhillah merupakan pria yang memiliki kualifikasi Sijil Pelajaran Malaysia (SPM), Atau sekolah tingkat rendah di Malaysia.
Pada bulan Mei 2023, survei yang dilakukan oleh sebuah universitas swasta menemukan bahwa 49 persen lulusan sekolah SPM tidak berencana melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Dari hasil survei itu juga menunjukan, 26 persen responden berencana akan menjadi supir swasta atau pengantar barang.
Ekonom senior UOB, Group Julia Goh memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada tahun 2024 akan mendorong sektor pekerjaan informal tumbuh antara 4 persen dan 5 persen, terutama di industri jasa.
“Banyak generasi milenial yang lebih memilih menjadi bos bagi diri mereka sendiri. Berdasarkan sifat pasar tenaga kerja yang terus berkembang, pekerja informal akan terus meningkat (jumlahnya) karena rendahnya upah dalam pekerjaan tradisional dan preferensi terhadap jam kerja yang fleksibel,” katanya Julia.
Mohammad Nordin Abdul, memutuskan untuk bekerja paruh waktu sebagai sopir sewaan swasta demi mendapatkan penghasilan tambahan.
Meskipun, dia memiliki pekerjaan penuh waktu sebagai pembantu rumah tangga di sebuah hotel bintang empat di Kuala Lumpur.
“Saya harus bekerja freelance untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena gaji saya yang full-time tidak cukup untuk bertahan hidup selama sebulan. Semuanya sangat mahal sekarang. Saya akan terus melakukan pekerjaan gig ini karena memiliki pengaturan kerja yang fleksibel,” kata Nordin.
Sementara itu, para profesional terampil memilih untuk bekerja sebagai pekerja lepas, dan mengorbankan keamanan kerja dengan jam kerja yang fleksibel.
Mantan jurnalis Amir Imran, yang kini bekerja sebagai copywriter lepas, mengatakan bahwa penghasilannya meningkat sebesar 50 persen setelah ia terjun ke dunia kerja lepas, meskipun keamanan kerja terkadang menjadi perhatian.