![Tren Baru, Penjualan Buah dan Sayuran](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/6/25/1719303737552-devyl.jpeg)
Tren Baru, Penjualan Buah dan Sayuran "Buruk Rupa" di Korea Laris Manis
Tren ini cukup membantu menekan krisis dengan tidak membuang-buang makanan.
Tren ini cukup membantu menekan krisis dengan tidak membuang-buang makanan.
Masyarakat Korea saat ini lebih memilih untuk membeli buah-buahan dan sayuran "buruk rupa". Hal tersebut disebabkan tingginya harga buah dan sayur segar di pasaran.
Melansir The Korea Times, buah dan sayur buruk rupa ini sejatinya cacat menurut standar supermarket Korea krena bentuk yang penyok, sedikit menghitam, ukurannya terlalu kecil atau besar.
Meski begitu buah dan sayuran ini tetap memiliki kandungan nutrisi yang sama dengan buah dan sayuran pada umumnya.
Pada tiga bulan pertama tahun 2024, tren pembelian buah dan sayur buruk rupa ini terus meningkat hingga 235 persen menurut channel tv Home Shopping, NS Shopping.
Perusahaan tersebut juga melaporkan penjualan barang-barang "jelek" senilai KRW10 miliar atau sekitar Rp117 miliar tahun lalu melalui kampanye khusus yang ditujukan untuk mempromosikan penjualan buah-buahan dan sayuran yang cacat secara penampilan.
Permintaan konsumen terhadap produk-produk ini didorong oleh harga yang biasanya 20-30 persen lebih rendah daripada produk dengan ukuran dan bentuk standar.
Mengenai produk standar, harga apel melonjak 80,4 persen tahun-ke-tahun pada bulan Mei, sementara harga pir naik 126,3 persen tahun-ke-tahun.
Harga keseluruhan produk segar tumbuh 19 persen tahun-ke-tahun pada bulan Mei.
Tingkat kenaikan ini menunjukkan sedikit perlambatan dari 20,3 persen pada bulan April, tetapi tetap lebih tinggi dari kenaikan 15,4 persen yang terlihat pada bulan Januari.
Para ahli mendukung peningkatan penjualan buah-buahan dan sayuran "jelek" sebagai strategi untuk mengelola harga produk segar yang tinggi.
Mereka juga menekankan bahwa penjualan tersebut sangat penting untuk mengatasi kerugian pangan, dengan mencatat bahwa sekitar 5 triliun won barang-barang pertanian terbuang sia-sia hanya karena penampilannya yang tidak sempurna.
Belum ada pelaku industri agro mengeluh terkait pelemahan nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaPembayaran menggunakan QRIS mencegah peredaran uang palsu dan tak perlu repot menghitung kembalian
Baca SelengkapnyaMi ini sebagai hadiah dari surga yang mengembalikan warisan ramen Korea ke tangan keluarganya.
Baca SelengkapnyaPekerja paruh waktu menilai bekerja dengan AI dapat mengurangi stres.
Baca SelengkapnyaGanjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.
Baca SelengkapnyaSepanjang melakukan rangkaian peninjauan harga di sejumlah pasar berada di kondisi stabil.
Baca SelengkapnyaBerawal dari modal yang sangat kecil, kini ia memperoleh omzet hingga jutaan rupiah per minggunya.
Baca SelengkapnyaAkibat kondisi tersebut, awalnya Kementan yang getol menolak untuk impor beras, akhirnya menyetujui. I
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, dengan modal yang begitu minim pengusaha bisnis daun goreng ini bisa membeli 2 hunian mewah.
Baca Selengkapnya