UMKM ini Bikin Bisnis Gorengan Lokal Jadi Naik Kelas
Merdeka.com - TAPISI merupakan salah satu Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) yang siap naik kelas. Pendiri TAPISI Akbar Temmuyin Sani memiliki misi agar TAPISI menjadi raja camilan dan gorengan Indonesia yang mengedepankan kehigienisan produk.
"TAPISI ini awalnya dari sebuah kegalauan saya, karena banyak perusahaan asing di Indonesia, mereka jualannya sama-sama jual kentang goreng, pisang goreng. Kenapa kok kita tidak bisa bikin kelas menengah ke atas," kata Akbar dalam acara media sharing, di Hot & Sexy Chicken Kemayoran, Jakarta, Jumat (27/12).
Dia melihat banyak penjual gorengan yang dalam proses mengolah produknya, terlihat kurang higienis, serta banyak pedagang gorengan yang menyalahi aturan dalam berdagang, seperti jualan di pinggir jalan, mengganggu pejalan kaki, dan dikejar-kejar oleh satpol PP.
-
Siapa yang memulai usaha Bakso Tusuk Payaman? Awalnya, usaha ini dimulai oleh sang ayah yang menjual salome (cilok) sebagai alternatif setelah tidak lagi mampu berjualan mie ayam karena kecelakaan.
-
Kenapa Taiki jadi pengusaha tempe? Alasan terbesar Taiki menjadi pengusaha tempe karena dia mencintai makanan berbahan dasar kedelai dan ingin melestarikan kedelai lokal asal Jepang saja.
-
Apa bisnis Tasripin di Kampung Kulitan? Tasripin dikenal sebagai pengusaha kopra, kapuk dan juga real estate. Dia juga memiliki bisnis kulit yang dijalankan di Kampung Kulitan.
-
Kenapa nama usaha camilan penting? Nama usaha dapat memengaruhi citra dan daya tarik bisnis.
-
Apa nama pabrik kerupuk Pak Haji? Pabrik kerupuk tersebut sudah berdiri bertahun-tahun dan bisa menghidupi dirinya dan keluarganya.Nama pabrik kerupuk tersebut adalah Pabrik Kerupuk Doa Ibu. terletak di Kampung Cikereti, Desa Sukamaju, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Siapa yang membuat produk UMKM di Imah Saba Budaya? Mengutip Youtube Pedesaan Banten, Imah Saba Budaya Baduy juga memajang berbagai produk UMKM buatan warga adat.
"Higienisasi, penjualannya pun harus menggunakan masker, sarung tangan, agar orang menengah ke atas pun tidak jijik mencoba produk kita. Kita ingin menunjukkan produk kita higienis," jelasnya.
Lalu dia berpikir bagaimana caranya menolong pedagang kecil tersebut. Karena menurutnya bagi pedagang kecil sangat sulit mendapatkan pinjaman dari Bank, karena diperlukan jaminan.
"Pada dasarnya kami memiliki tujuan merevitalisasi budaya kuliner tradisional Indonesia, serta membuatnya lebih terjangkau oleh masyarakat umum. Baik mereka konsumen maupun peminat usaha," ungkapnya.
©2019 Liputan6.com/Tira santiaDari sisi bisnis sendiri, TAPISI memiliki konsep kemitraan (franchise) yang mengajak pedagang kecil untuk bergabung. Dia berharap bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat, dengan membuka peluang usaha seluas-luasnya bagi para calon mitra TAPISI di seluruh wilayah Indonesia dan mancanegara.
"Di TAPISI kita punya beberapa program, kita berikan gerobak senilai Rp 15 juta sekaligus dengan produknya untuk yang mau bermitra, mereka (penjual gorengan) bisa membayarnya dengan dicicil," kata dia.
Ubah Wajah Penjual Gorengan
Hal tersebut bertujuan untuk mengubah wajah penjual gorengan supaya tidak jualan di pinggir jalan, dan produk yang higienis.
"Jadi kita mencari mereka yang tidak punya pekerjaan, lebih bagus lagi kalau penjual gorengan karena sudah punya ilmunya, kalau pun tempat mereka tidak layak, kita akan carikan tempat sewa. Kita tidak hanya mengambil keuntungan saja yang diambil, melainkan membantu pedagang kecil untuk mengembangkan usahanya," jelasnya.
Dia berharap penjual gorengan bisa berjualan ditempat yang layak, seperti di pusat perbelanjaan atau mall, atau di pujasera. Pokoknya ditempat yang sudah berizin.
Selain itu, menu yang ditawarkan TAPISI adalah panganan sehari-hari yang mudah dijumpai, seperti tahu, pisang dan singkong, yang disingkat menjadi TAPISI. Dengan beragam varian rasa seperti pisang goreng dengan topping keju dan coklat, singkong topping keju atau coklat, serta tahu goreng balado, dan barbeque.
Sementara itu, dia optimis untuk mengembangkan produk TAPISI hingga ke luar negeri, seperti Malaysia. Karena harga sewa di Malaysia masih cukup murah. "Kan sekarang ada resesi global, kalau saya pikirannya global. Dengan think global, saya akan bawa TAPISI secara global," jelasnya.
Selain itu target untuk ke depannya, pihaknya sedang dalam tahap bekerja sama untuk mengembangkan 1000 gerobak.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ppenghargaan ini merupakan bukti nyata komitmen TASPEN dalam mendukung kemajuan dan pengembangan UMKM
Baca SelengkapnyaProduk dari klaster ini memiliki tiga varian utama, yakni keripik pisang sale, keripik ubi talas, dan keripik singkong.
Baca SelengkapnyaPeran UMKM sangat besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan jumlahnya mencapai 99 persen dari keseluruhan unit usaha.
Baca SelengkapnyaPenguatan kapasitas dengan berbagai dukungan fasilitas penunjang untuk peningkatan tata kelola usaha, guna memberikan jaminan kualitas di tiap produk.
Baca SelengkapnyaData KADIN Indonesia menunjukkan pada 2023, di Indonesia terdapat 66 juta UMKM.
Baca SelengkapnyaMenkop Teten meminta agar UMKM bisa berevolusi agar memiliki daya saing.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini bagian dari komitmen BRI dalam memberdayakan pengusaha lokal agar mampu go global dan bersaing di pasar internasional.
Baca SelengkapnyaPria asal Sragen yang membagikan cerita inspiratifnya meraih kesukesan berjualan di pinggir jalan dengan penghasilan jutaan rupiah per hari.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya.
Baca SelengkapnyaSalah satu kisah inspiratif datang dari Ibu Tatik, seorang pengusaha keripik sisik ikan yang berhasil membawa produknya menembus pasar internasional.
Baca SelengkapnyaTeten mengakui masih ada kendala yang dihadapi para pelaku usaha mikro untuk tumbuh.
Baca SelengkapnyaKlaster UMKM Keripik Ubi Jalar di Kubu Raya merupakan contoh nyata bagaimana potensi lokal dapat dioptimalkan menjadi produk yang memiliki daya saing.
Baca Selengkapnya