Mengenal Tasripin, si Tuan Tanah Asal Semarang di Era Hindia Belanda
Warga Semarang, Jawa Tengah mungkin tidak banyak yang mengenal nama Tasripin. Namun nama Kampung Kulitan di Semarang menjadi wujud betapa kayanya Tasripin.
Mengenal Tasripin, si Tuan Tanah Asal Semarang di Era Hindia Belanda
Warga Semarang, Jawa Tengah mungkin tidak banyak yang mengenal nama Tasripin. Namun nama Kampung Kulitan di Semarang menjadi wujud betapa kayanya Tasripin.
Tasripin lahir pada tahun 1834. Dia merupakan pengusaha asli warga Semarang.
Pada era abad 19, Tasripim dikenal sebagai tuan tanah karena dia banyak membeli tanah sisa peninggalan Belanda.
Tasripin menguasai banyak sekali daerah di Kota Semarang. Sisa-sisa kejayaan Tasripin masih terlihat di kampung-kampung sekitar Jalan MT Haryono, atau orang Semarang sering menyebutnya sebagai Jalan Mataram.
Youtube InfoDex Media
-
Siapa yang disebut sebagai 'crazy rich' dari Banyuwangi? Siapa sebenarnya Dio Arli yang disebut sebagai salah satu 'crazy rich' dari Banyuwangi?
-
Siapa Crazy Rich asal Medan? Sosok Crazy Rich asal Medan itu bernama Sukanto Tanoto.
-
Siapa pemilik pertama pabrik kopi di Semarang? Pemilik pertamanya adalah Tan Tiong Ie.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia? Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per USD).
Tasripin dikenal sebagai pengusaha kopra, kapuk dan juga real estate.
Dia juga memiliki bisnis kulit yang dijalankan di Kampung Kulitan. Bisnis ini mulai ramai pada awal abad ke-19. Ini pula yang membuat kampung ini terkenal dengan nama Kampung Kulitan hingga saat ini.
Para pekerja ini kemudian ditempatkan pada sebuah rumah milik Tasripin yang disebut Pondok Boro.
Pondok Boro merupakan bangunan sederhana yang terletak di pinggir Kali Semarang yang dapat menampung 20 orang pekerja. Hari demi hari, jumlah pekerja yang datang semakin banyak sehingga mereka menempati aset-aset rumah lain yang dimiliki Tasripin.
Para pendatang yang menempati rumah Tasripin ini kemudian mendapat julukan sebagai Kaum Boro. Mereka menempati rumah itu secara turun-temurun.
Pakar Sejarah Semarang, Amen Budiman, mengatakan, aset tanah milik Tasripin tersebar di beberapa perkampungan Semarang yaitu Kampung Kulitan, Gandekan, Gedungbobrok, Jayenggaten, Kepatihan, Pesantren, Sayangan, Kebon Kenap, Wotprau, Demangan, Bang Inggris, Kampung Cokro, Kampung Bedug, dan lain-lain. Dalam catatan koran Bataviaasch Nieuwsblaad pada 11 Agustus 1919, nilai kekayaan aset warisan Tasripin mencapai 45 juta gulden.
Cerita tentang seorang pribumi kaya raya bernama Tasripin rupanya terdengar hingga Negeri Belanda.
Oleh Ratu Belanda Wilhelmina, dia diberikan sejumlah uang koin yang di kedua sisinya ada gambar wajah sang ratu.
Untuk mengapresiasi pemberian itu, Tasripin memasang beberapa uang koin itu di lantai rumah miliknya. Karena adanya uang koin ini, para serdadu Belanda tak pernah sekalipun menggeledah aset rumah milik Tasripin. "Waktu itu, para serdadu Belanda rutin melakukan penggeledahan pada rumah-rumah di perkampungan. Namun rumah milik Tasripin tak pernah digeledah. Sebab jika mereka masuk rumahnya sama saja dengan menghina Ratu Belanda," kata sejarawan Universitas Negeri Semarang, Ufi Saraswati.