250 Kali Serangan Udara Israel Hancurkan Fasilitas-Fasilitas Militer Suriah, Tanpa Kecaman dari Pemberontak yang Baru Berkuasa
Serangan ini dilakukan setelah kelompok pemberontak menggulingkan kekuasaan Presiden Bashar Al-Assad dan menguasai Damaskus.
Sejak jatuhnya Damaskus dan runtuhnya kekuasaan Presiden Bashar Al-Bassad, pesawat tempur Israel telah meluncurkan 250 kali serangan udara di Suriah pada Selasa (10/12). Negara Zionis ini menargetkan sistem pertahanan udara, pangkalan-pangkalan militer, dan aset-aset militer darat negara tersebut.
Serangan udara besar-besaran telah menghancurkan gudang senjata dan amunisi, pabrik, fasilitas penelitian, dan semua lapangan terbang militer serta pangkalan angkatan laut, seperti dikutip dari The Cradle, Selasa (10/12).
- Israel Lakukan 350 Serangan Udara di Suriah dalam 48 Jam, Hancurkan 80 Persen Aset Militer
- Media Israel Ungkap Tel Aviv Lakukan Kontak Langsung dengan Pemberontak Suriah, Ini Tujuannya
- Sosok Bashar al-Assad, Presiden Suriah yang Dikabarkan Melarikan Diri dari Negaranya
- Tentara dan Polisi Israel Ramai-Ramai Mengundurkan Diri di Tengah Perang, Ini Alasan Mereka
Media Israel menyebut serangan ini sebagai pengeboman Suriah "yang paling dahsyat" sejak perang Oktober 1973.
"Angkatan udara beroperasi dalam skala yang sangat luas di seluruh Suriah untuk menghancurkan sisa-sisa Tentara Suriah," menurut laporan saluran televisi Israel, Channel 12.
“Dalam lebih dari 250 serangan, angkatan udara menghancurkan tank, pesawat, helikopter, kapal, sistem pertahanan udara, rudal, pabrik militer, dan fasilitas keamanan … Jika operasi ini berhasil, rezim pemberontak baru harus memulai dari awal, dengan sederhana senjata seperti M16 dan Kalashnikov, untuk membangun kemampuan militernya sebagai negara baru,” lanjut laporan yang disiarkan pada Senin malam tersebut.
Bom Kompleks Keamanan
Dalam salah satu serangan udara pada Minggu, pesawat tempur Israel dilaporkan mengebom kompleks keamanan di daerah Kafr Sousa di pusat Damaskus, yang merupakan lokasi kantor intelijen dan bea cukai, sehingga mengakibatkan kebakaran besar.
Gelombang serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di Suriah terjadi setelah “perluasan” zona penyangga di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel secara sepihak, sebuah tindakan yang menurut PBB merupakan pelanggaran terhadap perjanjian pelepasan tahun 1974 antara Israel dan Suriah.
“Seharusnya tidak ada kekuatan atau aktivitas militer di wilayah pemisahan. Dan Israel dan Suriah harus terus menjunjung tinggi ketentuan perjanjian tahun 1974 dan menjaga stabilitas di Golan,” kata juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stéphane Dujarric, kepada wartawan pada Senin.
Netanyahu Sebut Jatuhnya Assad sebagai "Hari Bersejarah"
Pasukan Israel juga menduduki Gunung Hermon Suriah dan beberapa daerah dan desa-desa pada Minggu, tak lama setelah Damaskus jatuh ke tangan pemberontak. Namun tak ada perlawanan dari pihak pemberontak ketika pasukan Israel maju beberapa kilometer ke wilayah Suriah.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan runtuhnya rezim Assad merupakan hari bersejarah di Timur Tengah.
“Ini adalah hari bersejarah bagi Timur Tengah. Runtuhnya rezim Assad, tirani di Damaskus, menawarkan peluang besar namun juga penuh dengan bahaya yang signifikan,” kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki, di mana ia juga mengaku bertanggung jawab atas penggulingan Assad.
Netanyahu mengklaim perjanjian gencatan senjata tahun 1974 telah “runtuh” bersama dengan pemerintah Suriah.
“Kami memberi perintah kepada tentara Israel untuk mengambil alih posisi ini untuk memastikan bahwa tidak ada kekuatan musuh yang menyerang tepat di dekat perbatasan Israel. Ini adalah posisi defensif sementara sampai pengaturan yang sesuai ditemukan,” lanjut terdakwa penjahat perang ini.
Kepemimpinan baru di Damaskus, yang dipimpin oleh mantan komandan ISIS dan Al-Qaeda Abu Mohammed al-Julani, sebagian besar bungkam mengenai pendudukan Israel di Suriah selatan dan serangan tanpa henti di seluruh negeri, seperti dilansir The Cradle.