China Sebut AS Berbohong Soal Xinjiang dan Tibet
Kementerian Luar Negeri China mengatakan Amerika Serikat berbohong tentang kebijakan China terhadap wilayah Xinjiang dan otonomi Tibet. China juga menegaskan menentang keras kebohongan AS itu.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan Amerika Serikat berbohong tentang kebijakan China terhadap wilayah Xinjiang dan otonomi Tibet. China juga menegaskan menentang keras kebohongan AS itu.
"Dengan mengabaikan kebenaran dan mengulang-ulang kebohongan, AS sudah kehilangan moral, kredibilitas, dan reputasinya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang, seperti dilansir laman China Daily, Senin (30/12).
-
Mengapa warga Uighur merasa diperlakukan tidak adil di China? Abdul mengatakan, saat ini terdapat ratusan tempat pengungsian konsentrasi yang mengelilingi pemukiman warga Uighur. Kamp konsentrasi ini diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai pusat pendidikan. Namun kenyataannya kamp konsentrasi tersebut ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa Uighur serta membuat mereka lupa seorang muslim."Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal," kata Abdul.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur di China yang membuat mereka terpisah dari keluarga? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China. "Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka," ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Siapa yang menganggap pelanggaran HAM di China terhadap warga Uighur sebagai tindakan pelanggaran HAM? Presiden Organization of Islamic Conference (OIC) Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menilai banyak dugaan pelanggaran HAM dalam persoalan warga Uighur."Kalau merujuk pada HAM, kebebasan beragama, itu banyak sekali hal-hal yang melanggar HAM," kata Astrid saat menyampaikan pidato pembukaan di konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Bagaimana cara Indonesia bisa membantu warga Uighur di China? Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip non-intervensi juga bukan berarti hanya bisa diam, tetapi dapat menerapkan mekanisme dialog ataupun diplomasi untuk ikut bersuara dalam permasalahan dunia. "Ini bukan berarti kita diam atau memalingkan kepala. Namun, bukan berarti indonesia juga langsung lantas berangkat ke sana, tapi kita dapat menggunakan mekanisme dialog dan diskusi," ujar Astrid.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Apa yang ditemukan di Kota Yangquan, Provinsi Shanxi, China utara? Sebanyak tujuh gigi Petalodus berusia 290 juta tahun dengan bentuk kelopak ditemukan di batu kapur Qianshi di Kota Yangquan, Provinsi Shanxi, China utara.
Geng menyampaikan pernyataan keras itu dalam jumpa pers harian setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo Sabtu lalu menulis kicauan di Twitter yang menyerang kebijakan China di Tibet dan Xinjiang. Kementerian Luar Negeri AS juga kemudian mencuit kicauan yang sama di hari yang sama.
"Fakta soal adanya stabilitas politik, ekonomi, pembangunan, persatuan etnis dan harmoni sosial di Xinjiang dan Tibet adalah bantahan paling kuat terhadap fitnah AS," kata Geng.
24.000 Masjid di Xinjiang
Menurut Geng, Xinjiang saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, harmoni sosial, dan stabilitas, begitu juga dengan harmoni agama. Kehidupan masyarakat Xinjiang mengalami perbaikan dan budaya juga berkembang, kata dia.
Populasi etnis Uighur di Xinjiang kini meningkat menjadi 11.65 juta atau mencapai 46 persen dari keseluruhan penduduk.
Saat ini ada 24.000 masjid di Xinjiang dan itu artinya ada satu masjid untuk setiap 530 warga muslim di sana, kata Geng.
Menanggapi situasi di Tibet, Geng mengatakan, sejak pembebasan secara damai pada 1951, Tibet mengalami pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial, serta kebudayaan tradisional juga dilindungi dan didukung.
Di Tibet saat ini ada 1.700 lokasi kegiatan keagamaan dan 46 ribu biksu serta biarawati. Setiap tahun ada satu juta peziarah ke Ibu Kota Lhasa.
AS Mencampuri Urusan Domestik Negara Lain
Geng menegaskan, daripada mencampuri urusan domestik negara lain, AS harusnya memikirkan urusannya sendiri dan fokus menyelesaikan masalah rutinnya. Geng mengutip laporan kantor berita the Associated Press tentang data statistik penembakan massal di Negeri Paman Sam.
Dalam laporan yang dipublikasikan Sabtu lalu di katakan, saat ini ada lebih banyak penembakan massal terjadi di AS dibanding di era 1970-an.
Pada 2019 ada 41 kali pembunuhan massal, yaitu ketika empat atau lebih orang terbunuh, kecuali pelaku. Di 2019 juga ada 33 penembakan massal yang menyebabkan 210 orang tewas.
(mdk/pan)