Dokumen: Netanyahu Batalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Sehingga Enam Tawanan Israel Tewas
Seorang pejabat senior Israel mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah membatalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas kematian enam tawanan Israel yang sedang disandera kelompok Hamas karena dia membatalkan kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan membebaskan para tawanan itu. Demikian dilaporkan media Israel Yehdioth Ahronoth kemarin.
Dilansir the Cradle, koran berbahasa Ibrani itu melaporkan, menurut seorang pejabat keamanan senior, Israe mengajukan proposal kesepakatan gencatan senjata pada Mei lalu yang bertujuan membebaskan tawanan Israel.
- Gencatan Senjata di Gaza Akan Disepakati dalam Waktu Dekat
- Hamas Tanggapi Surat Perintah Penangkapan Netanyahu, Begini Reaksinya
- Menteri Garis Keras Israel Halangi Kesepakatan Gencata Senjata di Gaza
- Tentara Israel Ancam Lakukan Kudeta Militer Jika Perang di Gaza Dihentikan, "Kami Kehilangan Segalanya, Kami Tidak Punya Tempat Tujuan"
Namun setelah Hamas setuju dengan sebagian besar persyaratan gencatan senjata itu, Netanyahu memutuskan membatalkannya. Netanyahu kemudian memerintahkan dibuat sebuah dokumen kesepakatan baru pada Juli yang isinya "klarifikasi" atas proposal yang pertama.
Menurut pejabat senior itu, klarifikasi dalam dokumen itu termasuk perubahan besar dalam persyaratan yang memang dimakasudkan agar kesepakatan itu batal terlaksana.
Persyaratan yang diinginkan Netanyahu adalah tentara Israel tetap diizinkan menduduki Koridor Piladelphi, lokasi yang terletak di perbatasan Gaza-Mesir.
Hamas menginginkan seluruh tentara Israel sepenuhnya mundur dari Gaza, sesuai proposal kesepakatan awal. Akhirnya gencatan senjata hingga kini tidak tercapai.
Berlumuran darah enam tawanan
Dokumen proposal pada Juli itu memuat nama empat tawanan Israel yang tewas pekan ini. Jika kesepakatan itu tercapai maka para tawanan itu seharusnya tidak terbunuh.
"Dokumen ini berlumuran darah enam tawanan yang tewas," kata si pejabat.
"Di bagian atas, di bagian atas dokumen itu, disebutkan bahwa ini adalah 'dokumen klarifikasi'. Namun, menurut saya, julukan yang paling tepat untuk dokumen itu adalah 'dokumen darah'. Sebab, halaman-halamannya berlumuran darah keenam orang yang diculik dan dibunuh di sebuah terowongan di Rafah," kata dia.
Israel mengklaim Hamas mengeksekusi keenam tawanan dengan ditembak. Hamas mengatakan mereka tewas karena serangan udara Israel.
"Nama keempat orang tawanan itu tercantum dalam lampiran di akhir dokumen. Jika bukan karena sabotase yang disengaja yang tercantum dalam dokumen untuk mencegah kesepakatan, ada kemungkinan besar mereka sudah dibebaskan sebulan lalu dan berada di sini bersama kita dalam keadaan hidup," kata pejabat keamanan itu.
Ketika kita semua mengira ada kemungkinan kesepakatan bisa tercapai, publik Israel dibanjiri informasi bohong yang mengklaim Hamas telah menolaknya.
"Dokumen itu dibuat khusus utuk mencegah kesepakatan gencatan senjata yang bisa membebaskan tawanan," kata dia.