Pejabat Inggris Mundur Gara-gara Pemerintahnya Terlibat Kejahatan Israel Bantai Warga Gaza, Sempat Protes Malah Dicueki
Pejabat senior Kementerian Luar Negeri Inggris mengundurkan diri usai negaranya mengirim senjata ke Israel.
Pejabat senior Kementerian Luar Negeri Inggris, Mark Smith, memilih mengundurkan diri karena menilai negaranya terlibat dalam kejahatan perang di Jalur Gaza, Palestina.
Dia menyebut tak ada pembenaran atas penjualan senjata Inggris ke Israel yang terus berlangsung. Sebab, senjata tersebut digunakan untuk melakukan kekejaman secara terang-terangan, terbuka, dan teratur.
"Apa yang kita lihat adalah tindakan kekerasan mengerikan yang dilakukan terhadap warga sipil, terhadap properti sipil," kata Mark Smith dikutip dari middleeasteye (20/8/2024).
Smith menambahkan, jika dia melihat Israel melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza secara terang-terangan dan mendapat support dari beberapa negara.
"Siapa pun yang memiliki pemahaman dasar tentang hal-hal ini dapat melihat bahwa ada kejahatan perang yang dilakukan tidak hanya sekali, tidak dua kali, tidak beberapa kali, namun cukup terang-terangan, terbuka, dan teratur." kata Smith.
Ketika ditanya, Smith juga mengaku sudah melakukan protes secara internal terlebih dulu hampir di semua tingkatan, termasuk sampai ke Menteri Luar Negeri David Lammy.
Namun, dia mengaku mendapat respon yang kurang memuaskan. Hal itulah yang kemudian mendorong Smith akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri.
Dalam surat pengunduran dirinya yang bocor, Smith mengatakan bahwa setelah menyampaikan kekhawatirannya kepada departemen, termasuk melalui penyelidikan whistleblowing, dia hanya menerima ucapan terima kasih.
"Kamu, kami telah memperhatikan kekhawatiranmu," ungkap Smith menirukan respon dari departemen Kementerian Luar Negeri Inggris.
Mengutip dari middleeasteye, disebutkan jika keresahan di kalangan pegawai negeri sipil di Inggris meningkat selama agresi militer di Gaza.
Pada bulan Juli 2024, Serikat Pelayanan Publik dan Komersial (PCS) yang mewakili pegawai negeri sipil Inggris, meminta pertemuan dengan Kantor Kabinet mengenai perang di Gaza dan dampaknya terhadap pegawai pemerintah.
Di pertengahan tahun ini, salah satu sumber mengatakan bahwa Inggris diperkirakan akan memberlakukan pembatasan penjualan senjata ke Israel.
Namun laporan berikutnya menyatakan bahwa keputusan tersebut ditunda karena kesulitan hukum dalam mendefinisikan senjata buatan Inggris yang digunakan oleh Israel dalam produksinya untuk perang di Gaza, dan yang digunakan untuk pertahanan.
Departemen Bisnis dan Perdagangan Inggris melaporkan telah menerbitkan 108 lisensi ekspor senjata ke Israel sejak 7 Oktober, ketika konflik Gaza dimulai, sementara lebih dari 300 lisensi masih aktif per Mei 2024.