FOTO: Musisi Cantik Palestina Hibur Anak-Anak Gaza dari Trauma Kengerian Perang
Peperangan membuat anak-anak di Jalur Gaza harus menanggung akibat buruk secara psikologis, emosional, atau perilaku.
Peperangan membuat anak-anak di Jalur Gaza harus menanggung akibat buruk secara psikologis, emosional, atau perilaku.
FOTO: Musisi Cantik Palestina Hibur Anak-Anak Gaza dari Trauma Kengerian Perang
Musisi cantik Pelestina, Ruaa Hassouna memainkan musik untuk anak-anak di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, pada 18 Desember 2023. Aksi ini dilakukan untuk menghibur dan mendukung kesehatan mental anak-anak Jalur Gaza dari trauma kengerian perang.
Hassouna mengajak anak-anak Jalur Gaza untuk bernyanyi bersama dengan iringan musik Oud atau kecapi oriental.
Derita dan Trauma Anak-Anak Jalur Gaza
Anak-anak Jalur Gaza tahu betul apa itu penderitaan. Sejak lahir, mereka hidup di bawah blokade parsial Israel, kemiskinan dan kekerasan.
- FOTO: Potret Memilukan Anak-Anak Palestina Pungut Tepung Berceceran di Tanah Demi Bisa Makan
- FOTO: Tangis dan Jeritan Anak-Anak Palestina di Gaza Berebut Antre Makanan di Dapur Amal
- FOTO: Lantunan Musik Mahasiswi Cantik Palestina Hibur Anak-Anak Gaza yang Kehilangan Rumah
- FOTO: Jernihkan Pikiran dari Trauma Perang, Warga Palestina Bondong-Bondong Padati Pantai Gaza saat Musim Panas
Dan sekarang, dengan meningkatnya serangan Israel dan blokade total menyusul serangan roket dan darat yang dilakukan pejuang Hamas, penderitaan mereka kemungkinan besar akan bertambah buruk, demikian laporan Al Jazeera, pada 12 Oktober 2023.
Menurut laporan Al Jazeera, penelitian Dr Iman Farajallah, seorang psikolog di Amerika Serikat, yang diterbitkan tahun lalu menemukan bahwa anak-anak yang selamat dari perang tidak akan selamat dan harus menanggung akibat buruk secara psikologis, emosional, atau perilaku.
Penelitian Fajarallah juga menemukan bahwa 95 persen anak-anak di Jalur Gaza menunjukkan gejala kecemasan, depresi, dan trauma.
“Mereka menyaksikan anggota keluarga, tetangga, dan temannya dibunuh, hal ini menimbulkan kemarahan dan frustasi dalam diri mereka, mereka cenderung lebih agresif dan menderita depresi, kecemasan, dan gangguan stres traumatis yang berkelanjutan,” ujarnya dikutip Al Jazeera.