Gerhana Bulan Bisa Jadi Petunjuk Letusan Gunung Berapi di Bumi
Zaman dahulu tokoh agama dan juru tulis lain pernah membuat deskripsi mendetil terhadap gerhana Bulan yang saat itu dipercaya sebagai pertanda bencana.
Penelitian terhadap Bulan kuno membantu para ahli untuk mempelajari erupsi vulkanik misterius yang sempat terjadi di Bumi.
Zaman dahulu tokoh agama dan juru tulis lain pernah membuat deskripsi mendetil terhadap gerhana Bulan yang saat itu dipercaya sebagai pertanda bencana.
-
Di mana Gunung Marapi berada? Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar) meletus sebanyak 186 sejak awal Desember 2023 hingga hari ini, Sabtu (24/2).
-
Bagaimana cara BPPTKG mengamati aktivitas Gunung Merapi? Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, mengatakan bahwa berdasarkan pengamatan selama enam jam, lava pijar mengalir ke arah barat daya atau ke arah Kali Bebeng.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Apa yang dikeluarkan oleh gunung berapi ini selain emas? Ahli geologi menemukan partikel emas di gas vulkanik dan salju di sekitar gunung berapi tersebut.
-
Bagaimana bentuk Gunung Guntur? Gunung berapi berbentuk kerucut ini masih tergolong aktif.Memiliki tinggi 2.249 mdpl, gunung ini letaknya cukup dekat dengan gunung-gunung lain yang ada di Kabupaten Garut, seperti Gunung Putri, Gunung Cikuray, hingga Gunung Papandayan.
-
Apa yang menjadi klaim berani dari penelitian tentang Gunung Padang? Salah satu klaim berani lainnya adalah bahwa ada "rongga atau ruang tersembunyi" di situs tersebut dan tampaknya telah dikubur beberapa kali, "mungkin untuk menyembunyikan identitas aslinya untuk tujuan pelestarian."
Dalam catatan mereka, tertulis gerhana Bulan sering diiringi dengan penampakan orbs berwarna merah dan Bulan yang tiba-tiba hilang dari muka Bumi.
"Banyak orang tua yang ketakutan pada saat itu, sebab cincin bulan tampak hilang dari permukaan Bumi," tulis pujangga Jepang Fujiwara no Teika seperti dilansir CNN, Kamis (6/4).
Dikumentasi gerhana Bulan
Sébastien Guillet, peneliti di Institut Ilmu Lingkungan Universitas Jenewa menyatakan seiring dengan terjadinya gerhana sebagaimana yang tertulis pada catatan tersebut, terdapat debu vulkanik yang menutupi atmosfer Bumi.
"Penting bagi kita untuk mengetahui erupsi misterius ini untuk memahami pengaruh aktivitas vulkanik kepada masyarakat sekitar," ucap Guillet.
Dari hasil penelitian terhadap 64 gerhana Bulan yang terjadi di Eropa antara tahun 1100–1300, peneliti menemukan 51 dokumentasi gerhana Bulan tersebut.
Enam dari 51 dokumentasi tersebut juga melaporkan Bulan tersebut sangat gelap pada Mei 1110, Januari 1172, Desember 1229, Mei 1258, November 1258, dan November 1276.
Tanggal-tanggal di atas berkorelasi dengan lima erupsi vulkanik yang ditemukan dari jejak abu yang terdapat di pusat kutub es di tahun 1108, 1171, 1230, dan 1276. Pada tahun 1257 erupsi ini terjadi di gunung berapi Samalas, Lombok.
Zaman Es Kecil
"Letusan gunung-gunung berapi ini menutup cahaya matahari untuk tembus ke Bumi dan mengganggu iklim di sekitarnya. Pada saat itu, Eropa mengalami musim panas terdinginnya," tambah Guillet.
"Dengan mengumpulkan informasi letusan gunung berapi pada teks kuno, kita dapat memprediksi erupsi yang terjadi pada periode ini secara lebih akurat."
Penelitian terbaru ini dipercaya akan memberikan informasi terkait Zaman Es Kecil, zaman pendinginan Bumi antara tahun 1280–1340 yang mengganggu pertanian dan mengubah tatanan sosial.
Reporter Magang: Qaulan Maruf Indra
(mdk/pan)