Ilmuwan di China Percaya Obat Baru Bisa Hentikan Pandemi Tanpa Vaksin
Para peneliti di kampus terkenal Universitas Peking, China, saat ini sedang menguji coba sebuah obat yang tidak hanya mampu mempersingkat masa pemulihan pasien corona, tapi juga memberi kadar imunitas jangka pendek terhadap virus corona.
Sebuah laboratorium di China kini tengah membuat obat yang dipercaya bisa menghentikan pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19.
Pandemi corona muncul pertama kali di China Desember tahun lalu hingga kemudian menyebar ke seluruh dunia dan sudah merenggut lebih dari 315.000 jiwa di berbagai negara. Dunia kini berpacu menemukan vaksin dan obat untuk melawan corona.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan roket China akan diluncurkan? China memiliki rencana untuk meluncurkan dua roket yang dapat digunakan kembali di 2025 dan 2026 sebagai bagian dari persiapan untuk misi berawak ke bulan di masa mendatang.
-
Apa yang ditemukan di China baru-baru ini? Spesies Baru Titanosaurus Ditemukan di China, Hidup di Zaman Kapur Ahli paleontologi di Tiongkok menemukan fragmen fosil dari genus dan spesies baru dinosaurus sauropoda titanosaurian yang hidup di Bumi selama periode Kapur.
-
Bagaimana Pertempuran Wuhan berakhir? Pada 25 Oktober 1938, pasukan Jepang berhasil memasuki Wuhan setelah mengalahkan pertahanan Tiongkok.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
Para peneliti di kampus terkenal Universitas Peking, China, saat ini sedang menguji coba sebuah obat yang tidak hanya mampu mempersingkat masa pemulihan pasien corona, tapi juga memberi kadar imunitas jangka pendek terhadap virus corona.
Dikutip dari laman the Times of Israel, Rabu (20/5), Sunney Xie, direktur Pusat Inovasi Unggul Genom di Universitas Peking, Beijing, mengatakan kepada kantor berita AFP, obat itu sudah sukses pada tahap uji coba ke hewan.
"Ketika kami suntikan antibodi itu ke tikus yang terinfeksi, setelah lima hari jumlah virus berkurang sebanyak 2.500," kata Xie.
"Ini berarti obat ini punya efek terapi."
Obat ini memakai antibodi penetralisir yang diperoleh dari sistem imun untuk mencegah virus menginfeksi sel. Antibodi ini diperoleh Xie dari darah 60 pasien covid-19 yang sudah sembuh.
Mempersingkat proses pemulihan
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal sains Cell, menyebut penggunaan antibodi itu memberikan potensi kesembuhan dari covid-19 dabn mempersingkat proses pemulihan.
Xie mengatakan timnya bekerja siang malam untuk mendapatkan antibodi ini.
"Keahlian kami adalah genomik sel tunggal ketimbang imunologi atau virologi. Ketika kami mengetahui bahwa pendekatan genomik sel tunggal bisa secara efektif menemukan antibodi penetralisir kami sangat gembira."
Dia mengatakan dirinya berharap obat ini akan tersedia untuk digunakan tahun ini dan bisa dipakai jika terjadi wabah corona lagi di tengah musim dingin. Pandemi corona kini sudah menginfeksi 4,8 juta orang di seluruh dunia.
"Rencana uji coba klinis kini sedang dilakukan," kata Xie yang menyebut uji coba akan dilakukan di Australia dan negara lain karena di China hanya sedikit orang yang bisa jadi dijadikan percobaan.
"Harapannya adalah antibodi penetralisir ini bisa menjadi obat khusus yang menghentikan pandemi," kata dia.
Pejabat kesehatan China pekan lalu mengatakan negara itu punya lima kandidat vaksin corona dan saat ini sudah dalam tahap uji coba ke manusia.
Namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan proses pembuatan vaksin bisa memakan waktu 12 hingga 18 bulan.
Lebih dari 700 pasien di China sudah mendapat terapi plasma darah dan menurut otoritas kesehatan memperlihatkan "efek yang sangat baik".
"Namun, plasma ini terbatas dari segi pasokan," kata Xie. Dia juga mengatakan dari 14 antibodi penetralisir yang dipakai untuk obat itu bisa diproduksi secara massal dalam waktu cepat.
Pencegahan dan Penyembuhan
Pengobatan dengan antibodi bukanlah pendekatan baru dan selama ini sudah berhasil dalam menangani sejumlah virus seperi HIV, Ebola, dan MERS.
Xie menuturkan, penelitian termasuk yang paling awal karena pandemi ini bermula dari China kemudian menyebar ke negara lain.
Obat Ebola Remdesivir dinilai cukup menjanjikan untuk penanganan awal pasien Covid-19--uji klinis di AS memperlihatkan obat ini bisa mempersingkat waktu pemulihan sejumlah pasien hingga sepertiga kalinya--tapi angka kematian tidak banyak berbeda secara signifikan.
Obat baru dari China ini bisa memberikan perlindungan jangka pendek terhadap virus corona.
Penelitian memperlihatkan jika antibodi penetralisir ini disuntikkan sebelum tikus sudah terinfeksi virus, maka tikus itu aman dari penularan dan tidak ada virus yang terdeteksi.
Hal ini bisa memberikan perlindungan sementara bagi para tenaga medis untuk beberapa pekan dan Xie berharap mereka bisa memperpanjang waktunya hingga beberapa bulan.
Saat ini ada lebih dari 100 vaksin untuk Covid-19 yang tengah dikembangkan di seluruh dunia, tapi di tengah upaya itu, Xie berharap obat baru ini bisa lebih cepat dan efisien dalam menghentikan penyebaran virus corona secara global.
"Kita akan mampu menghentikan pandemi itu dengan obat yang efektif, bahkan tanpa perlu vaksin," ujar Xie.
(mdk/pan)