Ilmuwan Ciptakan Spageti Tertipis di Dunia Tapi Tak Bisa Dimakan, 200 Kali Lebih Tipis dari Rambut Manusia
Temuan ini berhasil menjadi terobosan baru dalam bidang kedokteran.
Para peneliti asal Universitas London baru-baru ini menciptakan “spageti” tertipis di dunia yang hanya berukuran 372 nanometer atau setara 200 kali lebih tipis dari rambut manusia.
Meskipun spageti ini tidak dapat disajikan di piring, temuan ini berhasil menjadi terobosan baru dalam bidang kedokteran dan industri. Sayangnya, spageti terkecil di dunia ini bukanlah makanan melainkan serat nanofiber yang terbuat dari tepung yang kaya akan pati.
-
Apa penemuan langka yang ditemukan oleh para ilmuwan? Para ilmuwan menemukan peristiwa super langka di dunia, di mana mereka menemukan dua bentuk kehidupan yang bersatu untuk menciptakan bagian sel baru.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan? Menariknya, para ilmuwan baru-baru ini menemukan salah satu fosil burung terror yang diyakini menjadi yang terbesar yang pernah ditemukan.
-
Siapa pencipta Sendok Bisa Dimakan? Pada tahun 2010, seorang peneliti dan konsultan pertanian bernama Peesapaty dari Hyderabad, India menciptakan sendok makan yang terbuat dari millet, beras, dan tepung terigu. Inovasi ini bisa disimpan dua hingga tiga tahun mendatang.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
"Untuk membuat spageti, Anda memasukkan campuran air dan tepung ke mesin adonan. Dalam penelitian ini, kami melakukan hal yang sama, namun kami menarik campuran tepung dengan muatan listrik. Ini benar-benar spageti, tetapi ukurannya jauh lebih kecil," kata salah satu penulis penelitian, Dr. Adam Clancy, seperti dikutip dari laman Interesting Engineering, Jumat (22/11).
Lapisan nanofiber yang dihasilkan berukuran sekitar 2 cm dan dapat dilihat dengan mata telanjang tetapi setiap helainya terlalu tipis untuk dilihat dengan mikroskop standar. Para peneliti mengukur dimensinya menggunakan mikroskop elektron pemindaian.
Serat nanofiber ini diciptakan dengan asam pembentuk yang membantu memecah struktur spiral pati pada tepung. Asam ini akan menguap saat serat dipintal ke udara, meninggalkan untaian yang sangat tipis, sehingga memungkinkan terciptanya serat nano.
Punya Manfaat Besar
Alas ini meniru matriks ekstraseluler, sel perancah alami yang digunakan untuk menumbuhkan jaringan, sehingga alas ini menjanjikan untuk regenerasi tulang dan aplikasi medis lainnya.
Serat nanofiber berbahan pati ini sangat luas manfaatnya di antaranya sebagai pembalut luka yang memungkinkan masuknya kelembaban sekaligus mencegah masuknya bakteri, perancah tulang, dan sistem penghantaran obat.
Semua manfaat ini diperoleh dari porositas, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas yang dimiliki serat nanofiber ini. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami perilakunya dalam praktik.
Dr. Clay mengungkapkan, ia dan timnya lebih lanjut akan mempelajari seberapa cepat serat-serat ini hancur dan bagaimana serat-serat in berinteraksi dengan sel, serta rencana untuk produksi serat dalam skala besar.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti