Israel Kembali Serang Lebanon, 492 Orang Terbunuh Termasuk Puluhan Wanita dan Anak-Anak
Setelah di Jalur Gaza, Palestina, kekejaman Israel meluas ke Lebanon.
Israel menyerang Lebanon melalui udara pada Senin (23/9), membunuh sedikitnya 492 orang, termasuk 35 anak-anak dan 58 wanita, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Serangan ini terpusat di wilayah selatan dan timur negara tersebut, memaksa ribuan warga mengungsi ke utara demi mencari keselamatan.
Puluhan ribu orang di seluruh Lebanon dihubungi melalui telepon oleh pihak Israel dan diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, lebih dari 1.024 orang mengalami luka-luka, termasuk dua petugas tanggap darurat.
- Israel Bunuh 150 Warga Gaza & Lebanon Dalam Sehari, AS Basa Basi Cuma Minta Penjelasan
- Israel Gembar-Gembor Bakal Invasi Darat, Tapi Tak Ada Tentaranya Masuk ke Lebanon
- Hati Warga Gaza Palestina Memang Istimewa, Sedang Dibombardir Israel Tapi Masih Memikirkan Lebanon
- 4 Peristiwa yang Terlewatkan di Gaza Sejak Israel Mengebom Lebanon, Ada Kejutan dari Hamas
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengancam akan ada hari-hari yang "rumit" di depan dan dia berusaha untuk "mengubah keseimbangan kekuatan".
Sumber keamanan di Lebanon memperkirakan, situasi akan semakin memburuk dalam beberapa hari ke depan, meskipun militer dan lembaga keamanan lainnya tidak memperkirakan adanya invasi darat Israel, meski ada pengiriman pasukan di dekat perbatasan.
"Israel menyadari bahwa jika mereka melakukan penyusupan ke Lebanon, tentara Lebanon dan Hizbullah akan memiliki keuntungan militer di lapangan," ungkap seorang sumber kepada Middle East Eye (MEE).
"Jika tentara Israel melancarkan invasi darat, tentara Lebanon akan bergabung dengan Hizbullah untuk melawan dan mempertahankan diri."
Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah meyakini serangan Israel bertujuan untuk mengusir penduduk Lebanon selatan sebagai balasan atas serangan kelompok tersebut terhadap wilayah utara Israel yang telah memicu evakuasi di sana.
Pada akhir pekan, seorang menteri Israel menyerukan pengusiran "penduduk musuh syiah" dari Lebanon selatan dan pembentukan zona penyangga di perbatasan. Kementerian Dalam Negeri Lebanon mengumumkan telah membuka sekolah-sekolah di Beirut, Tripoli, serta bagian timur dan selatan negara itu sebagai tempat perlindungan di tengah "pengungsian masif".
Invasi Darat
Ketika ditanya tentang kemungkinan invasi darat, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, menyatakan, "Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan."
Sumber yang dekat dengan Hizbullah menyampaikan kepada MEE, Israel tampaknya berupaya memperluas konflik ini tanpa memicu perang besar seperti yang terjadi pada tahun 2006.
"Tidak jelas apakah Israel berencana untuk memperluas operasi ke Beirut, mengingat hal itu dapat menjadikan Haifa dan Tel Aviv sebagai sasaran," kata sumber tersebut.
Sumber yang dekat dengan Hizbullah menegaskan bahwa kelompok tersebut akan tetap pada strateginya untuk merespons serangan Israel dengan cara yang serupa, dengan menekankan bahwa tingkat eskalasi mereka akan sejalan dengan eskalasi dari pihak Israel.
Meskipun demikian, dia menekankan bahwa Hizbullah menunjukkan tingkat fleksibilitas. Hizbullah telah lama mengklaim bahwa konfliknya dengan Israel, yang dimulai ketika perang genosida Israel di Jalur Gaza pecah 7 Oktober 2023, akan berakhir ketika Hamas dan pemerintah Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Baru-baru ini, Hizbullah menyatakan kesediaannya untuk menghentikan permusuhan jika serangan di Jalur Gaza berakhir tanpa adanya gencatan senjata jangka panjang yang disepakati.