Kisah Mantan Tentara Israel Trauma Berat Setelah Bunuh 40 Warga Palestina, Tiap Malam Dihantui Korbannya
Kasus bunuh diri di kalangan tentara Israel juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam beberapa waktu terakhir, kasus bunuh diri akibat tertekan juga meningkat di kalangan tentara Israel.
Kisah Mantan Tentara Israel Trauma Berat Setelah Bunuh 40 Warga Palestina, Tiap Malam Dihantui Korbannya
"Saya membunuh demi kalian, dengan tangan ini! Kalian bilang, 'Teroris dengan darah di tangan mereka?' Saya membunuh lebih dari 40 orang demi kalian! Saya membunuh!"
Pernyataan itu disampaikan mantan tentara Israel, Ido Gal Razon, saat berbicara dengan komite di parlemen Israel, Knesset tahun 2015 lalu.
- Tampang Dua Tentara Israel yang Terang-terangan Bangga Bunuh Anak-Anak Palestina, Kini Kena Batunya
- Ditahan Pejuang Palestina, Tentara Israel ini Menangis Minta Ampun Sampai Umbar Janji
- Kesaksian Putra Eks Tentara Israel Usai Bertugas di Jalur Gaza, Ayah Trauma Berat hingga Sering Mencoba Bunuh Diri
- Dokumen Rahasia Ungkap Israel Racuni Lahan Warga Palestina untuk Bangun Permukiman di Tepi Barat
Razon tidak menunjukkan rasa bersalah karena membunuh, tapi mengeluh bahwa dia tidak diberikan perawatan yang memadai atas dampak psikologi parah yang dialaminya setelah membunuh banyak orang ketika bertugas membela Israel.
Sumber: The Electronic Intifada
"Tidak ada yang memberikan saya terapi, dan saya mengeluh! Saya teriak," ujarnya.
"Saya ngompol malam hari karena trauma. Dia mendatangiku dan mengatakan: "Mengapa kamu membunuhku? Mengapa kamu membunuhku?"
Sumber: The Electronic Intifada
Tidak jelas siapa yang menghantui Razon pada malam hari, tapi dia mengacu ke orang-orang yang pernah dia bunuh.
Razon mengatakan dia terluka saat menjadi anggota Brigade Golani, batalion 51 angkatan darat Israel, ketika terlibat dalam "Operation Clear as Wine", serangan menyasar warga Palestina di Jalur Gaza pada 20 Desember 2007 silam.
Menurut Palestinian Centre for Human Rights (PCHR), ketika itu pasukan penjajah Israel melakukan serangan besar-besaran di desa Al-Musaddar dan kamp pengungsi Maghazi.
Serangan itu menewaskan delapan pasukan perlawanan Palestina dan melukai 21 warga sipil, termasuk anak-anak. Israel juga menghancurkan 10 rumah dan merusak belasan hektar lahan pertanian.
Jika melihat video tersebut, Razon kemungkinan trauma karena terlibat dalam kekerasan dan pembunuhan saat di Gaza saat itu. Para tentara memang diperintahkan untuk membunuh warga Palestina, seperti diungkapkan akademisi dan penasihat pemerintah Israel, Arnon Soffer. Soffer juga membantu pemerintah merencanakan isolasi atau pengepungan Gaza pada awal 2000-an.
Tonton videonya di slide berikutnya (swipe up):
Pada 2004, Sogger menyatakan untuk mengalahkan warga Palestina dan mengurung mereka di Gaza demi mempertahankan Israel sebagai “negara Yahudi” Zionis, maka mereka harus “membunuh dan membunuh dan membunuh.” "Sepanjang hari setiap hari."
“Satu-satunya hal yang menjadi perhatian saya adalah bagaimana memastikan bahwa anak laki-laki dan laki-laki yang harus membunuh ini dapat kembali ke keluarga mereka dan menjadi manusia normal,” tambah Soffer.
Kasus Bunuh Diri Tentara Israel Meningkat
Kematian tentara Israel akibat bunuh diri dilaporkan meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Penyebabnya diduga akibat stres dan tekanan karena menghadapi perang. Fenomena ini menjadi tantangan "berbahaya dan menakutkan" menurut Letnan Jenderal Herzi Halevi dilansir dari laporan penyiar publik Israel KAN.
Kepala staf umum meminta otoritas militer untuk memikirkan solusi dalam mengatasi masalah di atas. Dilansir dari media lokal Israel, tiga tentara dilaporkan bunuh diri pada Mei lalu.
Tahun lalu, 14 tentara Israel juga dilaporkan melakukan bunuh diri saat bertugas. Ini merupakan angka tertinggi yang tercatat dalam Israel menurut salah satu surat kabar di Israel, Yedioth Ahronoth.
Laporan yang dibuat oleh The Times of Israel mencatat jika bunuh diri menjadi penyebab utama kematian di antara tentara Israel. Dari sebelas tentara yang bunuh diri pada 2021, tiga di antaranya berasal dari anggota komunitas Ethiopia.
Menanggapi fenomena tersebut, Kepala Pusat Studi Masa Depan Yerusalem di Universitas Al-Quds, Ahmed Awad mengatakan bunuh diri meningkat di antara tentara Israel karena banyaknya tekanan.
"Bunuh diri meningkat karena tentara pendudukan gelisah dan tidak bisa tidur serta memiliki banyak tekanan, dari perang hingga manuver dan pekerjaan keamanan di berbagai wilayah," kata Awad, dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (5/5).
Pusat Informasi dan Penelitian Knesset menyebut jika Pemerintah Israel mencatat 500 kasus bunuh diri setiap tahun. 100 Kasus bunuh diri dilakukan oleh orang berusia 15-24 tahun.