Kuil Suku Arab Kuno dari 4.000 Tahun Lalu Ditemukan di Pulau Terpencil di Kuwait, Berisi Harta Karun Emas
Kuil itu adalah peninggalan peradaban Dilmun yang mencakup wilayah Bahrain, Arab Saudi bagian timur, dan Kuwait.
Kuil Zaman Perunggu berusia 4.000 tahun sisa peninggalan peradaban Dilmun baru-baru ditemukan di Pulau Falaika, Kuwait.
Kuil berukuran 11 meter x 11 meter ini ditemukan bersama artefak lain seperti segel dan tembikar yang mengonfirmasi hubungan kuil ini dengan suku Dilmun, suku berbahasa Semit Timur dari Arabia timur yang berdagang secara ekstensif dengan peradaban Mesopotamia.
-
Siapa yang menemukan prasasti kuno di Arab Saudi? Komisi Warisan Arab Saudi mengumumkan penemuan dan dokumentasi prasasti dwibahasa di desa Alqan di wilayah Tabuk, lapor Saudi Press Agency pada Rabu.
-
Di mana prasasti kuno ini ditemukan di Arab Saudi? Komisi Warisan Arab Saudi mengumumkan penemuan dan dokumentasi prasasti dwibahasa di desa Alqan di wilayah Tabuk, lapor Saudi Press Agency pada Rabu.
-
Apa jenis prasasti kuno yang ditemukan di Arab Saudi? Prasasti ini memiliki arti penting untuk mempelajari evolusi bentuk huruf Arab sepanjang sejarah.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno itu? Puing-puing yang ditemukan dari situs tersebut termasuk tembikar, manik-manik, patung, bagian dinding, serta tulang dan gigi manusia, dengan penanggalan karbon yang menunjukkan bahwa benda-benda tersebut berusia hampir 9.500 tahun, menurut laporan BBC News pada saat itu.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno ini? Mereka menemukan monumen-monumen yang mengesankan dan mengumpulkan data yang menambah pengetahuan tentang sejarah kota Yunani Kuno ini.
-
Siapa yang menguraikan isi prasasti Arab Selatan di guci kuno? Dr. Daniel Vainstub dari Universitas Ibrani Yerusalem (HU) berhasil menguraikan isi prasasti Arab Selatan yang digunakan di Semenanjung Arab (saat ini wilayah Yaman) ketika Kerajaan Bilqis cukup dominan di wilayah itu.
Tim peneliti gabungan Kuwait-Denmark dari museum Moesgaard di Denmark telah melakukan penggalian selama bertahun-tahun sebelum akhirnya menemukan sisa bangunan kuil lainnya yang terletak bersebelahan dengan bangunan administrasi.
Dr. Stephen Larsen, kepada delegasi Denmark, mengatakan bahwa tata letak kuil ini menyimpan petunjuk tentang praktik keagamaan periode Dilmun awal, yang menunjukkan altar yang memiliki makna ritual dan seremonial.
Sementara itu, Dr. Hassan Ashkenani, dari Universitas Kuwait menjelaskan temuan kuil yang bersebelahan dengan bangunan administrasi mengisyaratkan pentingnya situs tersebut sebagai pusat keagamaan dan administrasi untuk kerajaan, seperti
Pemegang kekuasaan perdagangan tembaga dan logam
Dikutip laman Ancient Origins, Rabu (13/11), Suku Dilmun membangun peradaban kuno yang berkembang pesat sejak 3000 tahun SM. Suku ini mendiami wilayah yang sekarang disebut Bahrain, Arab Saudi bagian timur, dan Kuwait.
- WNI Asal Bangkalan Bebas dari Hukuman Mati di Arab Saudi, Kini Pulang ke Kampung Halaman
- Kota Kuno Misterius Berusia 4000 Tahun Ditemukan di Bawah Oasis Gurun di Arab Saudi
- Kota Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan di Balik Oasis Gurun Arab Saudi, Ada Temuan Kapak dan Belati Serta Benteng
- Tidak Perlu ke Arab Saudi, Beginilah Kebun Kurma di Jember Jawa Timur Buahnya Begitu Lebat
Suku Dilmun menjadi pusat perdagangan di jalur yang menghubungkan Mesopotamia, peradaban tertua di dunia dan diyakini menjalin perdagangan dengan situs-situs kuno lainnya seperti Elam di Oman, Alba di Suriah dan Haittan di Turki.
Para pedagang Dilmun memegang monopoli atas perdagangan tembaga, logam pertama yang ditambang oleh manusia yang ditambang di Oman. Tembaga ini kemudian diangkut dan dikirim ke kota-kota Mesopotamia untuk diubah menjadi peralatan, senjata dan barang-barang mewah untuk kemudian dijual-belikan.
Sistem kepercayaan bangsa Dilmun memiliki banyak kesamaan dengan sistem kepercayaan di Mesopotamia dan Mesir kuno. Kepercayaan terhadap kehidupan setelah kematian ditunjukkan dengan menguburkan jenazah beserta harta benda seperti perkakas, makanan, wadah minum, dan emas bahkan senjata.
Para ahli memperkirakan pulau ini semacam objek wisata alami bagi masyarakat Dilmun pada waktu itu, karena lokasinya yang strategis pertemuan Tigris dan Efrat.
Terlepas dari lokasi yang yang strategis, pulau ini terkenal dengan hasil pertaniannya dan kesuburannya. Oleh karena itu pulau ini memunculkan mitos pulau Failaka mungkin adalah Taman Eden yang mistis.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti