Media Internasional Kerap Tampilkan Stereotip Negatif tentang Afrika
Media internasional sering kali memperkuat stereotip negatif tentang Afrika, yang mempengaruhi persepsi global.
Organisasi media internasional sering kali memperkuat stereotip usang tentang Afrika, seperti korupsi, penyakit, kepemimpinan yang buruk, kekerasan, dan kemiskinan. Abimbola Ogundairo, pemimpin advokasi dan kampanye di Africa No Filter, sebuah LSM yang menantang narasi berbahaya tentang benua ini, menyatakan bahwa pandangan sempit ini menciptakan citra monolitik tentang Afrika, yang tidak mencerminkan kenyataan beragam yang ada.
Menurut studi yang dilakukan oleh Africa No Filter dan firma konsultan Africa Practice, penayangan negatif ini memperburuk persepsi risiko, meningkatkan biaya pinjaman, dan mengurangi minat investasi. Hal ini terutama terlihat selama periode pemilihan, di mana fokus pada isu negatif seperti kekerasan dan kecurangan pemilu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan risiko politik serupa di negara non-Afrika.
-
Kenapa mimpi digigit ular banyak bisa dianggap sebagai pertanda negatif? Ular dalam mimpi sering kali melambangkan rasa takut, kecemasan, atau bahkan pengkhianatan. Ketika kita bermimpi digigit oleh ular banyak, hal ini bisa menjadi simbol dari perasaan terancam atau terjebak dalam masalah yang sulit dipecahkan.
-
Apa yang menjadi perhatian utama netizen di media sosial terkait kenaikan utang negara? "Pembangunan IKN ya, walaupun sebetulnya kalau secara proporsional, mungkin IKN bukan yang terbesardalam konteks utang, tapi menjadi concern para netizen. Kenapa? Karena kita tahu enggak ada investor yang masuk, ya," jelas Eko.
-
Siapa yang melakukan riset tentang opini publik di media sosial mengenai utang negara? Institute for Development of Economics and Finance (Indef) merilis hasil penelitian terbaru yang menyatakan 79 persen masyarakat di media sosial menganggap kenaikan utang pemerintah merupakan beban negara.
-
Siapa yang dikritik oleh media? Awal musim ini, performa Manchester United memang kurang memuaskan, sehingga tidak mengherankan jika Ten Hag menjadi sasaran kritik.
-
Kata-kata apa yang sering ditemukan di media sosial? "Kata-kata hari ini adalah kalimat yang sering diucapkan di medsos. Biasanya orang yang mendapatkan pertanyaan ini akan mengungkapkan sebuah kalimat inspiratif yang memotivasi orang."
-
Kata-kata lucu apa yang dibagikan di media sosial? Kata-Kata lucu yang dibagikan di medsos bisa menjadi hiburan bagi orang lain.
Persepsi Negatif terhadap Afrika
Ogundairo menjelaskan, “Ketika satu cerita diceritakan secara terus-menerus, hal itu mulai mereduksi identitas suatu tempat menjadi satu hal saja.” Misalnya, 88% artikel media tentang Kenya selama periode pemilu bersifat negatif, sementara hanya 48% untuk Malaysia. Akibatnya, investor internasional memandang negara-negara Afrika sebagai tempat yang lebih berisiko dibandingkan dengan kenyataannya.
Studi tersebut menunjukkan bahwa peminjam Afrika kehilangan hingga $4,2 miliar setiap tahun dalam pembayaran bunga pinjaman akibat narasi stereotip yang ada. Sentimen media yang positif berhubungan dengan profil risiko yang lebih rendah dan hasil obligasi yang lebih baik, sedangkan liputan media negatif meningkatkan persepsi risiko suatu negara, yang pada gilirannya menyebabkan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Ogundairo mencatat bahwa stereotip menyebabkan pemberi pinjaman percaya bahwa berurusan dengan negara-negara Afrika melibatkan risiko tertentu. “Penekanan yang tidak proporsional pada jenis cerita ini menyebabkan narasi berkelanjutan bahwa jika Anda ingin berbisnis di Afrika, Anda harus siap kehilangan uang,” tambahnya. Hal ini menyebabkan pemberi pinjaman memperhitungkan risiko yang lebih besar ketika memberikan pinjaman kepada negara-negara Afrika.
Kristalina Georgieva, kepala Dana Moneter Internasional (IMF), baru-baru ini menyatakan perlunya representasi yang lebih besar untuk Afrika dalam lembaga peminjaman global. Dia mengisyaratkan bahwa satu anggota dewan lagi dari sub-Sahara Afrika akan ditambahkan ke dewan IMF, dengan alasan bahwa “Afrika layak mendapatkan perwakilan yang lebih adil.”
Upaya Afrika dalam Melawan Stereotip
Negara-negara Afrika mulai melawan stereotip melalui berbagai inisiatif. Kampanye pariwisata Rwanda, Visit Rwanda, telah memanfaatkan sepak bola untuk menarik investor dan wisatawan. Kampanye ini bekerja sama dengan klub sepak bola terkenal seperti Arsenal, Paris Saint-Germain, dan Bayern Munich untuk mempromosikan daya tarik dan warisan budaya negara tersebut.
- Kritik Pemerintah Negara Asalnya di Media Sosial, TKW Ini Dideportasi dari Malaysia
- Bukan Amerika, Media-Media dari Dua Negara Ini Sebarkan Berita Bohong soal Hamas Agar Publik Israel Dukung Netanyahu
- Jihad Sering Disalahpahami untuk Kepentingan Politik dan Ekonomi
- Akademisi Nilai Menjatuhkan Calon Lain Malah Jadi Budaya Dibanding Tonjolkan yang Didukung
Meskipun Presiden Rwanda, Paul Kagame, dituduh melakukan 'sportswashing', kampanye Visit Rwanda telah berhasil mengubah narasi tentang negara tersebut. Chrispin Mwakideu, editor senior DW, menyatakan bahwa Rwanda telah berhasil menjual apa yang “nyata dan berwujud” melalui kampanye ini.
Kisah Nyata dari Nollywood dan Netflix
Industri film Nigeria, Nollywood, juga berperan dalam menceritakan kisah autentik Afrika dan membebaskan diri dari stereotip. Netflix turut serta dalam gerakan ini dengan menghadirkan karya orisinal Afrika seperti “Blood & Water” dan “Queen Sono” ke panggung dunia, menceritakan “kisah lokal dengan daya tarik global.”
Fatima Alimohamed, CEO Africa Brand Warrior, menekankan perlunya niat dalam memimpin penceritaan. “Beban pertama terletak pada kita sebagai orang Afrika. Kita harus menceritakan kisah kita, hanya kemudian orang lain bisa menambahkan cerita tersebut,” ujarnya.
Ogundairo menyoroti pentingnya kolaborasi yang lebih kuat antara jurnalis lokal dan internasional, serta perlunya lebih banyak sumber daya, pelatihan, dan kemitraan di bidang media untuk mendorong perkembangan yang berarti. Dia mengajak jurnalis untuk memikirkan kembali cara mereka menceritakan kisah-kisah tersebut. “Apakah ada suara yang terus saya tekankan setiap kali saya berbicara tentang Afrika? Apakah saya benar-benar mencakup 54 negara?” tambahnya.
Alimohamed menegaskan pentingnya pendekatan “penyelesaian masalah positif” saat berinteraksi dengan para ahli. “Libatkan orang-orang yang akan memberikan solusi daripada terus menerus membahas masalah dan negativitas,” ujarnya, menekankan pentingnya penggunaan bahasa yang inklusif.
Sumber: Deutsche Welle