Miliarder AS Diam-Diam Siapkan Dana Besar untuk Propaganda Pro-Israel, Nilainya Fantastis
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan citra Israel dan secara kritis mencela Hamas.
Miliarder AS Diam-Diam Siapkan Dana Besar untuk Propaganda Pro-Israel, Nilainya Fantastis
Seorang taipan real estate di Amerika Serikat (AS) saat ini tengah memobilisasi dukungan untuk kampanye media besar yang bertujuan untuk meningkatkan citra Israel dan secara kritis mencela Hamas.
Kampanye media yang diberi nama "Facts for Peace" ini sedang mengupayakan donasi miliaran dolar dari puluhan tokoh terkemuka di dunia media, keuangan, dan teknologi.
Sumber: Al Jazeera
Sejumlah orang yang dihubungi, seperti investor Bill Ackman, bahkan secara terbuka mengancam untuk memboikot mahasiswa pro-Palestina yang mengkritik Israel. Pada 10 Oktober, Ackman menulis di Twitter, bahwa dia dan eksekutif bisnis lainnya mengusulkan agar universitas Ivy League mengungkap nama-nama mahasiswa yang terlibat dalam organisasi yang menandatangani surat terbuka yang mengkritik kebijakan Israel di Gaza.
Sternlicht berpendapat, kampanye tersebut dapat membantu Israel "menjadi yang terdepan" di tengah reaksi dunia terhadap serangan intensif Israel di Jalur Gaza.
- Ramai Boikot Produk Israel, Minuman Soda dari Mesir Berusia 100 Tahun Laku Keras
- Miliarder Asal Palestina Ini Ikut Berjuang Lawan Israel, Kekayaannya Capai Rp23,4 Triliun
- Mengapa Lobi Israel Begitu Kuat di AS? Ternyata Ini Alasannya
- Daftar Kebohongan Israel yang Terbongkar di Media Sosial tentang Palestina
“Opini publik pasti akan berubah karena adegan, nyata atau dibuat-buat oleh Hamas, mengenai penderitaan warga sipil Palestina pasti akan mengikis empati (Israel) saat ini di komunitas dunia," tulis Sternlicht dalam email yang meminta kontribusi dari tokoh-tokoh kaya tak lama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, menurut situs berita Semafor.
“Kita harus mendahului narasinya.”
Israel membombardis Jalur Gaza tanpa henti sejak 7 Oktober, membunuh sedikitnya 11.078 warga Palestina, termasuk 4.500 anak-anak, membuat 1,5 juta orang mengungsi, dan merusak sebagian besar infrastruktur wilayah tersebut, kata para pejabat Gaza.
Serangan mendadak Hamas di wilayah Israel pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, menurut pejabat Israel.
Dorongan media Sternlicht bertujuan untuk mencap Hamas sebagai “organisasi teroris” yang “bukan hanya musuh Israel, tapi juga musuh Amerika Serikat," tulisnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan USD50 juta atau sekitar Rp775 miliar dari sumbangan pribadi, yang dipadukan dengan sumbangan dari badan amal Yahudi.
Hamas telah ditetapkan sebagai organisasi “teroris” oleh AS dan Uni Eropa karena perlawanan bersenjatanya terhadap penjajahan Israel.
Meskipun krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah, pemerintah AS terus memberikan dukungan finansial dan diplomasi kepada Israel. Kongres AS bahkan baru-baru ini menyetujui paket bantuan militer darurat sebesar USD14,3 miliar (Rp221 triliun) untuk Israel pada 2 November.
Foto: Jason Connolly/AFP
Namun, dukungan publik terhadap kebijakan AS terhadap konflik Israel-Palestina tampaknya mengalami penurunan, terutama di kalangan anggota Partai Demokrat AS. Menurut jajak pendapat terbaru oleh Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research, hampir setengah anggota Partai Demokrat tidak menyetujui cara Joe Biden menangani konflik tersebut.
Kampanye media "Facts For Peace" ini bertujuan untuk meraih kembali dukungan publik untuk Israel melalui publikasi video di media sosial, termasuk satu video yang membantah klaim bahwa Israel adalah negara apartheid. Klaim ini berlawanan dengan temuan dari ahli hak Palestina, Israel, dan lembaga hak asasi manusia internasional, termasuk PBB, yang menyatakan bahwa Israel menerapkan apartheid melalui "sistem hukum dan politik ganda yang sangat diskriminatif" di wilayah yang diduduki.