NASA Girang Pesawat Luar Angkasanya Berhasil Tabrak Asteroid, Ini Alasannya
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil menabrak pesawat luar angkasa tak berawaknya ke asteroid berjarak 11 juta kilometer dari Bumi bernama Dimorphos.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil menabrak pesawat luar angkasa tak berawaknya ke asteroid berjarak 11 juta kilometer dari Bumi bernama Dimorphos. Tabrakan itu terjadi pukul 7.14 ET atau 6.14 WIB pagi Senin lalu.
Dikutip dari laman CNN, Rabu (28/9), misi bernama Tes Pengalihan Asteroid Ganda (DART) yang diluncurkan 10 bulan lalu ditujukan untuk mencari cara membelokkan batu luar angkasa yang dapat mengancam kehidupan Bumi.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Apa yang ditemukan NASA saat mengamati luar angkasa? Para astronom NASA telah menemukan "sinyal" yang tidak dapat dijelaskan datang dari luar galaksi ini. Mereka sedang melihat data selama lebih dari satu dekade dari salah satu teleskop utama NASA ketika mereka menangkap sinyal tersebut. “Ini adalah sesuatu yang tidak terduga dan belum dapat dijelaskan di luar galaksi kita,” kata Francis Reddy dari Goddard Space Flight Center NASA, dikutip Indy100, Sabtu (20/1).
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Apa yang NASA uji coba? NASA sedang menguji Komunikasi Optik Luar Angkasa (DSOC) – menggunakan laser inframerah untuk mengirim pesan kembali ke Bumi.
-
Apa yang tertangkap oleh Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Apa yang NASA klaim sebagai hasil dari eksperimen kanker di luar angkasa? NASA mengklaim bahwa eksperimen di lingkungan luar angkasa tanpa gravitasi telah membawa "kemajuan luar biasa" dalam penelitian kanker.
Dimorphos sendiri adalah asteroid kecil selebar 160 meter yang mengorbit asteroid Didymos yang lebih besar selebar 780 meter. Kedua benda luar angkasa itu adalah Objek Dekat Bumi (NEO) karena posisinya yang berjarak kurang dari 48,3 juta kilometer dari Bumi. Namun kedua asteroid itu bukanlah ancaman.
“Kami memulai era baru umat manusia, era di mana kami berpotensi memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari sesuatu seperti dampak asteroid yang berbahaya,” kata direktur Divisi Ilmu Planet NASA, Lori Glaze.
“Sungguh hal yang luar biasa. Kami belum pernah memiliki kemampuan itu sebelumnya,” lanjutnya.
Selain mencari cara membelokkan asteroid, tabrakan itu dilakukan guna mempengaruhi perubahan orbit asteroid di luar angkasa. Tim ilmuwan DART mengungkap perubahan orbit Dimorphos dapat diketahui sekitar dua bulan setelah tabrakan.
“Untuk pertama kalinya, kami akan secara terukur mengubah orbit benda langit di alam semesta,” ujar Robert Braun, kepala Eksplorasi Luar Angkasa Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins.
Untuk mengendalikan tabrakan, NASA menggunakan Didymos Reconnaissance dan Kamera Asteroid untuk navigasi optik. Dua alat itu memandu pesawat tak berawak berkecepatan 21.600 kilometer per jam hingga menabrak Dimorphos.
“Selama kejadian itu, gambar mengalir kembali ke Bumi dengan kecepatan satu foto per detik, memberikan tampilan asteroid yang cukup menakjubkan,” kata ilmuwan ruang angkasa dan koordinator DART, Nancy Chabot.
Setelah tabrakan terjadi, tim ilmuwan ingin mempelajari tentang kawah yang ditinggalkan akibat tabrakan. Tim ilmuwan memperkirakan kawah itu akan berukuran 10 – 20 meter.
Tiga menit setelah tabrakan, CubeSat (satelit kecil) milik Italia bernama LICIACube terbang melewati Dimorphos untuk mengambil gambar dan video yang akan dikirim ke Bumi beberapa hari nanti.
Tim ilmuwan juga sudah memperhitungkan tabrakan itu agar tidak menghancurkan dan mengubah besar lintasan Dimorphos.
“Dorongan itu akan sedikit menggeser Dimorphos dan membuatnya lebih terikat secara gravitasi ke Didymos – sehingga tabrakan tidak akan mengubah jalur sistem biner di sekitar Bumi atau meningkatkan peluangnya untuk menjadi ancaman bagi planet kita,” jelas Chabot.
Tim ilmuwan akan menggunakan teleskop Hubble, James Webb, dan satelit Lucy milik NASA untuk meneliti perubahan orbit Dimorphos.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)