NASA Yakin Manusia Bisa Tinggal Lebih Lama di Bulan
Optimisme itu ditunjukkan setelah peluncuran roket setinggi 100 meter bernama Artemis di Kennedy Space Center pada Rabu pekan lalu yang mengangkut pesawat luar angkasa Orion.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkapkan, manusia dapat tinggal lama di Bulan sekitar dekade ini. Hal ini disampaikan pemimpin program luar angkasa Orion NASA, Howard Hu.
Menurut Hu, manusia dapat tinggal lama di bulan untuk kepentingan misi ilmiah.
-
Apa yang tertangkap oleh Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Siapa yang menuntut NASA? Keluarga Alejandro Otero menuntut lebih dari 80.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp1,3 miliar kepada NASA setelah sampah antariksanya menembus atap rumah keluarga yang berada di Florida, AS tersebut.
-
Bagaimana NASA berencana menyelidiki kejadian sampah luar angkasa ini? ISS akan “melakukan penyelidikan mendetail” tentang bagaimana puing-puing itu selamat dari pembakaran, menurut NASA.
-
Apa yang NASA uji coba? NASA sedang menguji Komunikasi Optik Luar Angkasa (DSOC) – menggunakan laser inframerah untuk mengirim pesan kembali ke Bumi.
-
Apa yang ditemukan NASA saat mengamati luar angkasa? Para astronom NASA telah menemukan "sinyal" yang tidak dapat dijelaskan datang dari luar galaksi ini. Mereka sedang melihat data selama lebih dari satu dekade dari salah satu teleskop utama NASA ketika mereka menangkap sinyal tersebut. “Ini adalah sesuatu yang tidak terduga dan belum dapat dijelaskan di luar galaksi kita,” kata Francis Reddy dari Goddard Space Flight Center NASA, dikutip Indy100, Sabtu (20/1).
-
Siapa astronot Indonesia yang nyaris ikut misi NASA? Sosok inspiratif ini bernama Pratiwi Sudarmono, yang pada Oktober tahun 1985 terpilih oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk bergabung dalam misi pesawat ulang-alik ke luar angkasa.
Optimisme itu ditunjukkan Hu setelah peluncuran roket setinggi 100 meter bernama Artemis di Kennedy Space Center pada Rabu pekan lalu yang mengangkut pesawat luar angkasa Orion. Melalui peluncuran itu, NASA berharap mereka dapat membawa manusia menjejakkan kaki kembali di Bulan. Demikian dikutip dari BBC, Senin (21/11).
NASA sendiri tidak melibatkan manusia dalam peluncuran itu. NASA menempatkan patung manekin di pesawat luar angkasa untuk mencatat dampak penerbangan pada tubuh manusia.
Penerbangan Rabu pekan lalu terjadi setelah mengalami dua kali kegagalan peluncuran pada Agustus dan September. Kesalahan teknis menjadi alasan NASA membatalkan peluncuran.
"Ini adalah langkah pertama yang kami ambil untuk eksplorasi ruang angkasa dalam jangka panjang, tidak hanya untuk Amerika Serikat tetapi juga untuk dunia. Dan menurut saya ini adalah hari bersejarah bagi NASA, tetapi ini juga merupakan hari bersejarah bagi semua orang yang menyukai penerbangan luar angkasa manusia dan eksplorasi luar angkasa yang dalam," papar Hu.
Hu yakin manusia akan kembali lagi ke Bulan melalui pesawat luar angkasa Orion yang dapat digunakan berkali-kali.
Hu juga menyatakan jika peluncuran ini berhasil, maka NASA akan meluncurkan roket itu lagi dengan awak. Jika peluncuran berawak berhasil, maka NASA akan melakukan peluncuran langsung ke Bulan.
Hu pun sangat senang karena tidak lama lagi manusia dapat kembali menjejakkan kaki di Bulan.
Salah satu fase kritis misi Artemis I adalah masuknya kembali pesawat luar angkasa Orion ke atmosfer Bumi. Orion akan masuk kembali ke Bumi dengan kecepatan 38.000 kilometer per jam atau 32 kali lebih cepat daripada kecepatan suara.
Pelindung panas Orion akan terkena panas hingga 3.000 derajat Celsius ketika masuk kembali ke Bumi.
Setelah semua misi telah selesai dilakukan, Hu mengungkap manusia akan kembali ke Bulan.
Bagi Hu, salah satu alasan manusia harus kembali ke Bulan karena untuk mengetahui apakah ada air berbentuk cair di kutub selatan Bulan. Jika air berbentuk cair ditemukan, maka air itu dapat digunakan membawa pesawat luar angkasa lain ke tata surya lebih dalam.
"Sangat penting bagi kita untuk belajar sedikit di luar orbit Bumi kita dan kemudian melakukan langkah besar ketika kita pergi ke Mars. Dan misi Artemis memungkinkan kami memiliki platform dan sistem transportasi yang berkelanjutan yang memungkinkan kami mempelajari cara beroperasi di lingkungan luar angkasa yang dalam itu," jelas Hu.
Kini pesawat Orion berada sekitar 134.000 kilometer dari Bulan.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
Baca juga:
Asteroid Ini Simpan Rahasia Asal Usul Kehidupan di Bumi
Misi NASA Antar Manusia Kembali ke Bulan via Kapsul Orion
Menakar Impian China Menggapai Luar Angkasa
2 Tahun Lebih di Luar Angkasa, Pesawat X-37B Kembali ke Bumi
Badai Nicole, NASA Pastikan Misi Artemis I Tetap Sesuai Jadwal
Menjelajahi Gunung Purba Spanyol, Tempat Latihan Astronot Sebelum Terbang ke Bulan