Netanyahu Akhirnya Ngaku Jadi Dalang Di balik Serangan Pager di Lebanon
Setelah lebih dari sebulan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya mengakui dia mengizinkan serangan ledakan pager di Lebanon September lalu.
Dalam rapat kabinet Israel yang digelar Minggu, (10/11) Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa tentara Israel bertanggung jawab atas serangan ledakan pager dan walkie talkie di Lebanon pada September. Demikian dilaporkan media Israel.
Menurut laporan ini Netanyahu mengakui tindakan tersebut meskipun mendapat pertentangan dari pejabat tinggi militer dan badan intelijen, termasuk mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant.
- Pasukan PBB Ngotot Tetap di Lebanon Walau Diminta Netanyahu Minggat, Bakal Berhadapan dengan Tentara Israel?
- Bahan Peledak yang Dipasang Dalam Pager di Lebanon Tak Terdeteksi Mesin Pemindai
- Diduga Disadap Israel dan Dipasangi Peledak, Ahli Ungkap Bagaimana Pager Meledak Secara Bersamaan di Lebanon
- Teror Pager yang Meledak Bersamaan di Lebanon Tewaskan 9 Orang dan Lukai 1.200 Lainnya, Israel Diduga Berada di Balik Serangan Ini
Netanyahu dilaporkan mengatakan, “Ledakan pager dan pembunuhan Hassan Nasrallah tetap dilakukan meskipun ada pertentangan dari pejabat senior di lembaga pertahanan, mereka bertanggung jawab atas operasi tersebut,” katanya, seperti dikutip laman Al Mayadeen, Minggu (11/11).
Kabar ini menunjukkan adanya keretakan hubungan antara pemerintahannya dan pejabat keamanan terkait serangan brutal itu. Mengingat tentara Israel sebelumnya tidak mengambil tanggung jawab publik atas serangan tersebut.
Lebanon ajukan protes ke PBB
Menanggapi pengakuan Netanyahu, Menteri Tenaga Kerja Lebanon Moustafa Bayram dan pejabat lainnya pergi ke Jenewa dan secara resmi mengajukan pengaduan terhadap Israel di Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), sebuah badan di bawah naungan PBB.
“Metode peperangan dan konflik ini dapat membuka jalan bagi banyak pihak yang menghindari hukum humaniter internasional untuk mengadopsi metode peperangan ini,” kata menteri tersebut.
Lebih lanjut, Bayram menambahkan “Ini preseden yang sangat berbahaya, jika tidak dikutuk. Kita berada dalam situasi di mana benda-benda biasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari menjadi berbahaya dan mematikan,” imbuhnya.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti