Pemimpin Pemberontak Suriah Bakal Bubarkan Pasukan Keamanan Rezim Assad dan Tutup Penjara Saydnaya
Kelompok-kelompok HAM menyebut penjara Saydnaya sebagai "rumah jagal manusia"
Pasukan pemberontak di Suriah mengumumkan rencana mereka untuk menutup penjara Saydnaya yang berada di bawah kendali Bashar al-Assad, oresiden yang digulingkan akhir pekan lalu. Pemimpin kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham, Ahmed al-Sharaa, yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Jolani, menyatakan akan membubarkan pasukan keamanan rezim yang sebelumnya berkuasa.
Setelah runtuhnya pemerintahan Assad, video yang menunjukkan ribuan tahanan dibebaskan dari penjara Saydnaya, yang oleh kelompok-kelompok HAM disebut sebagai "rumah jagal manusia", mulai beredar luas, seperti dilaporkan BBC pada Kamis (12/12).
- Dulu Pernah Jadi Sobat Assad, Hamas Nyatakan Dukung Rakyat Suriah Perjuangkan Kemerdekaan dan Keadilan
- Pemberontak Suriah Tunjuk Perdana Menteri Baru, Ini Sosok dan Tugasnya
- Dua Negara Ini Paling Diuntungkan dengan Tumbangnya Rezim Assad di Suriah
- Hilang Sejak Usia 18 Tahun Pria Suriah ini Ternyata Dipenjara Rezim Assad, Dibebaskan Pemberontak Kini Umurnya 57 Tahun
Menurut kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, hampir 60.000 orang mengalami penyiksaan dan kehilangan nyawa di penjara-penjara yang dikelola pemerintah Assad.
Hayat Tahrir al-Sham (HTS), menjadi penggerak utama dalam serangan cepat yang berhasil menggulingkan kekuasaan dinasti Assad selama 54 tahun. Pada Minggu (8/12) dini hari, Assad melarikan diri ke Rusia, di mana ia dan keluarganya diberikan suaka setelah pemberontak berhasil merebut ibu kota Damaskus.
Dalam pernyataan terpisah, Jolani mengatakan tidak ada pengampunan bagi mereka yang terlibat dalam penyiksaan atau pembunuhan terhadap tahanan.
"Kami akan mengejar mereka di Suriah dan kami meminta negara-negara untuk menyerahkan mereka yang melarikan diri sehingga kami dapat mencapai keadilan," ungkapnya.
Kamp Kematian
Sejak jatuhnya Assad, banyak warga Suriah yang berbondong-bondong mendatangi penjara-penjara rezim yang dikenal kejam tersebut, dengan harapan menemukan orang-orang terkasih mereka.
Dalam laporan yang diterbitkan pada tahun 2022, Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang di Penjara Saydnaya (ADMSP) yang berlokasi di Turki menyatakan Saydnaya "secara efektif menjadi kamp kematian" setelah konflik bersenjata dimulai pada tahun 2011. Selain itu, Jolani mengungkapkan niatnya untuk membubarkan pasukan keamanan yang berasal dari rezim Assad.
Namun, masih belum jelas seberapa cepat pasukan pemberontak dapat membentuk kembali kekuatan tersebut di tengah kekhawatiran mengenai serangan Israel terhadap infrastruktur militer negara itu.
Menurut laporan Reuters, Jolani menyebutkan kelompoknya sedang menjalin kerjasama dengan organisasi internasional untuk memastikan keamanan lokasi-lokasi yang mungkin menyimpan senjata kimia.
Menanggapi laporan tersebut, Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, menyatakan Amerika Serikat "menyambut baik" pernyataan Jolani, namun menekankan tindakan nyata harus menyusul.
"Fokus kami adalah agar senjata kimia ini tidak jatuh ke tangan yang salah," ujarnya.