Pemuda Gaza Ini Histeris Temukan Tunangannya Jadi Korban Tewas Serangan Udara Israel
Pada Minggu sore, di jalanan yang dibom dalam serangan udara, terlihat Anas al-Yazji, seorang desainer grafis, memanjat reruntuhan, mencari tunangannya, Shaimaa Abul Ouf.
Para diplomat dan pemimpin internasional pada Minggu tidak mampu memediasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk terus bertarung dan Dewan Keamanan PBB gagal menyepakati tanggapan bersama terkait pertumpahan darah yang semakin memburuk itu.
Perselisihan diplomatik terjadi setelah pertempuran terberat dalam tujuh terakhir di Gaza, di mana Israel melancarkan sejumlah serangan udara. Sedikitnya 42 orang tewas pada Minggu pagi dalam sebuah serangan udara Israel yang menargetkan beberapa apartemen di Kota Gaza, kata pejabat Palestina, menjadi episode paling mematikan dalam serangan Israel sejauh ini.
-
Kapan agresi Israel di Jalur Gaza dimulai? Sejak agresinya dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh 37.626 orang, sekitar 75 persen di antaranya adalah anak-anak, wanita dan orang tua.
-
Apa yang ditemukan oleh para tentara Israel di perbatasan Gaza? Dua tentara cadangan Israel baru-baru ini menemukan sebuah lampu minyak kuno dari zaman Bizantium yang berumur 1.500 tahun di perbatasan Gaza.
-
Apa isi selebaran yang dijatuhkan Israel di Gaza? Selebaran Ramadan yang ditulis dalam bahasa Arab itu berisi seruan agar "memberi makan mereka yang membutuhkan dan berbicaralah yang baik". Di saat yang sama ratusan ribuan penduduk Gaza saat ini sedang kelaparan karena blokade Israel terhadap makanan dan air bersih.
-
Apa yang terjadi di kota Gaza saat ini? Potret terkini kota Gaza setelah dihancurkan Israel, kini terlihat seperti kota mati.
-
Apa yang terjadi pada anak-anak Palestina di Jalur Gaza? Menurut laporan Save The Children, diperkirakan 21.000 anak Palestina hilang dalam agresi brutal Israel di Jalur Gaza. Banyak yang terperangkap di bawah reruntuhan, ditahan, dikubur di kuburan tanpa tanda, atau hilang dari keluarga mereka.
-
Di mana warga Palestina di Gaza mengungsi ketika Israel mengancam menyerang Rafah? Sekitar 1,5 juta warga Palestina, sebagian besar pengungsi, terjebak di kota kecil Rafah di Gaza selatan. Mereka kehilangan rumah mereka di daerah lain di Gaza karena gempuran brutal Israel sejak 7 Oktober, yang telah menewaskan lebih dari 28.000 orang.
Janji Netanyahu terbukti beberapa jam kemudian ketika pesawat tempur Israel memborbadir beberapa lokasi di Gaza pada Senin pagi.
Ledakan menghantam kota tersebut dari utara ke selatan selama 10 menit dalam sebuah serangan yang lebih berat, meliputi area yang lebih luas dan berlangsung lebih lama daripada serangkaian serangan udara 24 jam sebelumnya di mana 42 warga Palestina terbunuh – serangan tunggal paling mematikan dalam babak terbaru pertempuran Israel dan Hamas. Serangan sebelumnya memporakporandakan tiga gedung.
Media lokal melaporkan, di antara target yang dihantam pada Senin pagi yaitu jalan pesisir utama di barat Kota Gaza, kamp keamanan, dan ruang terbuka. Perusahaan penyalur listrik mengatakan serangan udara merusak jaringan listrik dari satu-satunya pembangkit listrik yang menyediakan listrik untuk wilayah yang lebih luas di wilayah selatan kota itu.
Belum ada laporan korban luka dari serangan tersebut.
Jumlah korban tewas di Gaza terus bertambah sehingga totalnya menjadi 197 dalam tujuh hari terakhir, menurut pejabat Palestina. Sedangkan menurut pemerintah Israel, jumlah korban tewas 11 orang, termasuk satu tentara.
Pada Minggu sore, di jalanan yang dibom dalam serangan udara, terlihat Anas al-Yazji, seorang desainer grafis, memanjat reruntuhan, mencari tunangannya, Shaimaa Abul Ouf. Ada dompet terjepit di antara pecahan dinding yang hancur, kalung, Alquran, bahkan beberapa tas tangan. Tapi 12 jam setelah Israel mengebom gedung itu, tidak ada tanda keberadaan Shaimaa.
“Saya akan menunggu di sini sampai kami menemukannya,” kata Anas (24), ketika seseorang menyekop puing-puing dari satu tumpukan ke tumpukan lainnya.
“Lalu saya akan memakamkannya,” lanjutnya, dikutip dari The New York Times, Senin (17/5).
Saat malam mulai turun, tidak ada tanda pertempuran akan berhenti.
“Penduduk Israel,” kata Netanyahu dalam pidatonya pada Minggu malam di markas Angkatan Darat Israel di Tel Aviv, “kampanye kita melawan organisasi teroris terus berlanjut dengan kekuatan penuh.”
Tekad Netanyahu dilontarkan di tengah kritik internasional atas serangan udara Israel di Gaza, yang dimulai pada Senin lalu setelah Hamas menembakkan roket ke Yerusalem menyusul sebulan meningkatnya ketegangan antara warga Palestina dan Israel di kota suci itu.
Tentara Israel mengatakan tujuan mereka adalah menghancurkan infrastruktur militer Hamas yang mengendalikan Jalur Gaza, daerah yang dihuni 2 juta orang yang berada di bawah blokade Israel dan Mesir. Israel menyalahkan Hamas atas korban jiwa di Gaza, menuduh kelompok itu bersembunyi di tengah area penduduk.
Pada Minggu pagi, serangan udara menghantam rumah Shaimaa Abul Ouf. Dua kerabat mengatakan serangan itu menewaskan dua anggota keluarga Shaimaa, sedikitnya 12 keluarga lainnya dan lebih dari 30 tetangga, dan ibunya dalam kondisi kritis.
Dalam sebuah pernyataan, Angkatan Darat Israel mengatakan pihaknya menyerang struktur bawah tanah militer Hamas yang berlokasi di bawah jalan. Mereka menuduh Hamas sengaja membangun infrastruktur militernya di bawah rumah warga sipil dan membahayakan mereka.
“Pondasi bawah tanah itu runtuh, menyebabkan rumah warga sipil di atasnya juga runtuh, menyebabkan kematian yang tidak diinginkan,” dalihnya.
Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Minggu, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mendesak Hamas dan Israel menahan diri, berusaha mencari cara menghentikan kekerasan.
“PBB menyerukan semua pihak memastikan perlindungan sipil dan menghormati hukum humaniter internasional,” jelasnya.
“Kami juga mendesak semua pihak untuk melindungi fasilitas medis dan kemanusiaan lainnya, termasuk jurnalis dan organisasi media.”
Dewan Keamanan PBB menutup pertemuan tanpa mengambil tindakan atau bahkan menerbitkan pernyataan, yang diperkirakan tidak ada kesepakatan atau satu suara antara para anggota terkait pernyataan yang akan dibuat.
Hady Amr, wakil asisten menteri luar negeri AS untuk urusan Israel dan Palestina, bertemu dan menggelar pembicaraan dengan pejabat kunci Israel, memediasi upaya perdamaian. Dia juga dijadwalkan bertemu Presiden Palestina, Mahmoud Abbas pada Senin.
Serangan Israel juga memicu gelombang kekerasan antara orang Arab dan Yahudi di Israel dalam sepekan terakhir. Unjuk rasa terjadi seluruh wilayah Tepi Barat. Tapi kemudian menjadi kurang intens pada Minggu setelah kekerasan polisi dan militer Israel di wilayah Tepi Barat.
Orang Arab dan Yahudi bentrok di wilayah gurun Negev di Israel selatan, di Yerusalem Timur, dan di Lod, kota yang dihuni campuran orang Arab dan Yahudi di Israel tengah. Respons polisi lebih fokus ke orang Arab, menyusul serangan di sinagog.
Pada Minggu, organisasi payung para pemimpin Arab di Israel mendesak komunitas internasional membantu perlindungan orang Palestina di Israel dari serangan kekerasan dan pelanggaran HAM oleh negara dan sektor swasta.
“Penduduk Palestina, secara kolektif, takut akan hidup mereka,” kata kelompok ini.
Pada Minggu sore, seorang warga Palestina menabrak pos pemeriksaan polisi, melukai beberapa petugas polisi di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Beberapa detik kemudian, polisi menembak mati pengemudi tersebut. Sejumlah keluarga Palestina menghadapi upaya pengusiran paksa dari rumah mereka di Sheikh Jarrah, yang menjadi pemicu pertempuran saat ini.
Pada Minggu, Hamas dan kelompok lainnya kembali menembakkan roket ke pusat Israel. Sebagian besar roket dicegat Iron Dome, sistem deteksi anti rudal Israel yang dibiayai AS. Tapi roket ini juga membuat takut penduduk Israel, khususnya di kota seperti Sderot, dekat perbatasan Gaza.
Satu roket menghantam apartemen lima lantai di Sderot, menewaskan bocah laki-laki lima tahun, dan menghantam tembok di mana Eli Botera, istrinya, Gitit, dan bayi perempuan mereka, Adele, sedang berkumpul di dalam kamar bayinya.
“Istri saya panik dan mulai menjerit,” kata Botera.
“Pada akhirnya terserah Tuhan. Setiap orang harus melakukan apa yang mereka bisa untuk melindungi diri mereka sendiri, tapi jika takdir Anda mati, Anda mati.”
Serangan paling mematikan terjadi di Gaza – dan yang paling parah adalah serangan udara yang menimpa rumah Shaimaa Abul Ouf di Al-Wehda, distrik mewah di Kota Gaza, dipenuhi toko dan blok apartemen.
Shaimaa sedang menjalani masa pendidikan dokter gigi dan tinggal di rumah bersama orang tuanya dan saudara kandungnya, menurut kerabatnya. Pada Minggu pagi, dua orang meninggal dan tiga lainnya terluka terkena reruntutah. Ayah Shaimaa, pemilik sebuah supermarket, tidak mengalami luka, karena sedang keluar pada malam hari untuk memperbaiki internet tetangga.
Shaimaa akan menikah dengan Anas Al-Yazji dua bulan lagi. Mereka terakhir ngobrol pada Minggu pagi saat pengeboman dimulai.
“Sembunyi,” dia ingat mengirim SMS tersebut kepada Shaimaa.
Tapi SMS itu tidak pernah terkirim.
Anas menghabiskan waktu berjam-jam memeriksa puing-puing untuk menemukan kekasihnya. Tim penyelamat pemerintah mengangkat puing-puing, batu demi batu, ketika mereka melihat sebuah jasad. Anas bergegas mendekat, kakinya dipenuhi debu dan pasir sisa reruntuhan.
Orang itu masih bernafas. Tapi itu bukan Shaimaa.
Berdiri di atas reruntuhan pada Minggu, Anas Al-Yazji putus asa bisa menemukan tunangannya pada tengah hari. Dia mengambil kotak peralatan dokter gigi dari reruntuhan, kenangan kecil untuk mengingat kekasihnya. Dia kemudian meninggalkan tempat itu bersama kakaknya menuju rumah sakit terdekat di mana para korban serangan dibawa.
Setelah setiap ambulans tiba, dia bergegas ke pintu belakangnya dan mengintip ke dalam apakah Shaimaa ada di dalam. Setiap kali, dia berbalik dan kecewa.
Setelah beberapa jam, dia mendatangi kamar jenazah. Dan di sana, yang terbaring kaku adalah jasad Shaimaa Abul Ouf. Anas langsung histeris dibalut kesedihan.
“Berbahagialah,” ujarnya setelah mengenali jasad itu.
“Saya bersumpah demi Tuhan,” ujarnya, “dia tertawa.”
(mdk/pan)