Penasihat Netanyahu Prediksi Agresi Israel di Gaza Berlangsung Sampai Akhir 2024
Pejabat ini mengungkap tujuan yang ingin dicapai penjajah Israel di Gaza.
Pejabat ini mengungkap tujuan yang ingin dicapai penjajah Israel di Gaza.
- Jaksa Mahkamah Internasional Ajukan Surat Penangkapan Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Atas Kejahatan Perang di Gaza
- Beda dengan Negara Lain, Televisi Israel Jarang Tayangkan Penderitaan Warga Palestina di Gaza, Alasannya Takut Tak Ada yang Nonton
- 10.000 Warga Palestina Masih Terkubur di Bawah Reruntuhan Gaza, Butuh Waktu 3 Tahun untuk Dikumpulkan
- Israel Serang Warga Palestina di Gaza 16 Kali Sehari Sejak 7 Oktober, Jatuhkan 70.000 Ton Bom dalam Enam Bulan
Penasihat Netanyahu Prediksi Agresi Israel di Gaza Berlangsung Sampai Akhir 2024
Penasihat keamanan nasional Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memprediksi agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, bisa berlangsung sampai akhir tahun ini.
"Pertempuran di Gaza akan berlangsung setidaknya selama tujuh bulan ke depan," ujar Tzachi Hanegbi kepada radio publik Kan Israel, seperti dilansir BBC.
Hanegbi mengklaim militer Israel telah menguasai 75 persen zona penyangga di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, sementara serangan terus dilancarkan ke kota Rafah di selatan.
Penduduk Rafah melaporkan peningkatan serangan udara Israel dan pergerakan tank-tank di wilayah tengah dan barat sebelum mundur kembali.
Hanegbi memperkirakan konflik akan berlangsung tujuh bulan lagi untuk memperkuat pencapaian Israel dan menghancurkan kemampuan militer Hamas dan Jihad Islam Palestina. Pernyataan ini mengkhawatirkan banyak pihak di Israel dan negara lain.
Hanegbi juga menyatakan Israel akan segera mengambil kendali penuh atas Koridor Philadelphi, zona penyangga sepanjang 13 km di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
"IDF kini menguasai 75 persen Koridor Philadelphi dan saya yakin mereka akan menguasai semuanya seiring berjalannya waktu," ujarnya.
Israel berencana bekerja sama dengan Mesir untuk mencegah penyelundupan senjata. Mesir membantah ada penyelundupan senjata, namun pasukan penjajah Israel mengatakan telah menghancurkan terowongan menuju Semenanjung Sinai.
Pasukan Israel telah merebut sekitar 9 km Koridor Philadelphi, termasuk perbatasan Rafah, sejak operasi darat di Rafah dimulai pada 6 Mei. Pasukan juga memasuki kawasan pemukiman di kota Rafah dari timur dan selatan, mencapai bundaran pusat al-Awda pada Selasa.
Pasukan penjajah Israel (IDF) mengklaim mereka beroperasi dengan "sangat tepat sasaran" terhadap sisa batalyon Hamas di Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina melarikan diri dalam tiga pekan terakhir.
Pada hari Rabu, warga melaporkan bahwa tank-tank maju ke wilayah Tal al-Sultan bagian barat dan wilayah tengah Yibna dan Shaboura sebelum mundur kembali ke perbatasan.
Pasukan penjajah Israel juga mengumumkan tiga tentaranya tewas dalam pertempuran di Rafah pada Selasa.
Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan pengeboman Israel di Rafah semakin mempersulit pasien dan tim kesehatan untuk mencapai rumah sakit bersalin Emirat di Tal al-Sultan.
Pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan rumah sakit terakhir di Rafah hampir tidak berfungsi.
"Serangan penuh pasukan Israel dapat menyebabkan penutupan rumah sakit dan kematian massal."
WHO memperingatkan rumah sakit tersebut hampir tidak berfungsi dan tidak dapat lagi menerima pasien.
"Jika serangan terus berlanjut, kami akan kehilangan rumah sakit terakhir di Rafah," kata Dr. Rik Peeperkorn dari WHO.
Rumah Sakit Gaza Eropa di Khan Younis tidak dapat diakses karena perintah evakuasi Israel dan pertempuran di lapangan, menyebabkan 1,9 juta orang di Gaza selatan bergantung pada rumah sakit lapangan di sepanjang pantai.
Rumah sakit lapangan yang masih berfungsi di Rafah kewalahan karena banyaknya korban dan kekurangan pasokan. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan telah mengevakuasi rumah sakit lapangan al-Quds di al-Mawasi karena ancaman dari serangan Israel. Enam fasilitas medis lainnya di Rafah telah berhenti beroperasi akibat serangan Israel.