Penelitian: Bicara Pelan Bisa Mencegah Penyebaran Covid-19
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengubah panduan kesehatan pada Juli lalu untuk mengakui kemungkinan penularan lewat aerosol atau percikan uap udara ketika orang berbicara.
Ruangan tertutup yang melarang orang berbicara terlalu keras atau berisik seperti rumah sakit dan restoran bisa membantu mencegah penyebaran virus corona Covid-19. Demikian dikatakan para ahli setelah sebuah penelitian memperlihatkan berbicara pelan bisa mengurangi penyebaran Covid-19.
Enam peneliti dari Universitas California, Davis, dalam makalah penelitiannya mengatakan, untuk mengurangi risiko penularan, berbicara perlahan dengan suara yang dikurangi hingga enam desibel efeknya sama dengan melipatgandakan ventilasi di ruangan itu.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa cromboloni viral di media sosial? Tips Membuat Cromboloni saat ini tengah ramai menjadi perbincangan di media sosial khususnya Tiktok.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
"Hasil penelitian ini menyarankan otoritas kesehatan perlu mempertimbangkan menerapkan 'zona tenang' di lingkungan tertutup berisiko tinggi penularan, seperti ruang tunggu rumah sakit atau tempat makan di restoran," kata para peneliti itu, seperti dilansir laman Al Arabiya, Kamis (10/9).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengubah panduan kesehatan pada Juli lalu untuk mengakui kemungkinan penularan lewat aerosol atau percikan uap udara ketika orang berbicara seperti ketika kelompok paduan suara bernyanyi atau di ruangan restoran dan kelas kebugaran.
Percikan berukuran mikro yang keluar dari mulut ketika orang berbicara menjadi partikel yang cukup besar untuk membawa virus, kata penelitian itu. Berbicara dengan suara keras hingga 35 desibel atau rentang perbedaan kerasnya suara ketika berteriak dan berbisik bisa menurunkan tingkat penularan hingga 50 kali.
Berbicara normal biasanya berkisar di angka 10 desibel dan suara-suara di restoran bisa mencapai 70 desibel.
"Tidak semua ruangan tertutup sama dalam hal risiko penularan," kata kepala peneliti William Ristenpart.
"Ruangan tertutup yang banyak orang seperti kelas tidak lebih berbahaya dibanding ruangan yang tidak terlalu ramai seperti ruangan karaoke bar tempat orang bernyanyi dengan suara keras."
Korban meninggal karena Covid-19 hingga kemarin sudah mencapai lebih dari 900.000 jiwa dan kasus positif mencapai 27,7 juta. Menurut perhitungan Reuters, 5.600 orang meninggal saban hari karena Covid-19.
(mdk/pan)