Penelitian: Ilmuwan Roket dan Dokter Bedah Otak Tidak Lebih Pintar dari Orang Biasa
Penelitian tentang kecerdasan ini mengikutsertakan para dokter bedah otak, insinyur antariksa dari Inggris, Eropa, Amerika Serikat dan Kanada. Jawaban dari 329 ilmuwan antariksa dan 72 dokter bedah otak dicantumkan dalam analisis akhir penelitian.
Sebuah penelitian di Inggris yang dilaporkan kemarin menyatakan, ilmuwan roket dan dokter bedah otak tidak sepenuhnya lebih pintar dari orang biasa.
Para peneliti hendak mencari tahu apakah suatu profesi lebih punya keunggulan intelektual dibanding yang lainnya dan ternyata setiap profesi sebetulnya kurang lebih setara tingkat intelektualitasnya.
-
Apa yang dibahas dalam acara MA Goes To Campus di UIN Jakarta? Mengusung tema 'Hukum, Profesi Jurnalistik & Etika Sosial Media', MA Goes To Campus hadir dengan tujuan untuk mengedukasi para mahasiswa baru agar lebih tertarik dalam berkarier di bidang hukum. Khususnya menjadi hakim di Mahkamah Agung.
-
Apa saja jenis-jenis kata depan di bahasa Indonesia? Jenis-jenis Kata Depan Berikut beberapa jenis kata depan, antara lain: Kata Depan Dasar Jenis-jenis kata depan yang pertama adalah kata dasar.Jenis kata depan ini tidak memiliki imbuhan, awalan, atau sisipan.
-
Apa yang ditemukan di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan? Kepolisian menemukan lima mayat di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan usai menggeledah kampus swasta tersebut.
-
Mengapa pasukan Inggris menjajah Indonesia? Sebab utama penjajahan tersebut bermula dari adanya perjanjian politik Inggris dengan Belanda.Saat itu, Belanda yang tengah dijajah oleh Prancis, di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte merasa kalah dan bangkrut.
-
Apa yang dibahas Indonesia di Sidang Umum ke-44 AIPA di Jakarta? “AIPA ke-44 nanti juga akan membahas persoalan kesejahteraan, masyarakat, dan planet (prosperity, people, and planet),” kata Putu, Rabu (26/7/2023).
-
Apa yang diuji oleh ketiga ilmuwan tersebut? Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar. Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
Perbedaan antara orang biasa dengan ilmuwan roket atau dokter bedah otak juga tidak begitu banyak.
Penelitian tentang kecerdasan ini mengikutsertakan para dokter bedah otak, insinyur antariksa dari Inggris, Eropa, Amerika Serikat dan Kanada. Jawaban dari 329 ilmuwan antariksa dan 72 dokter bedah otak dicantumkan dalam analisis akhir penelitian.
Dilansir dari laman CNN, Selasa (14/12), penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Kedokteran Inggris edisi Natal ini dilakukan secara profesional dan sudah dikaji oleh peneliti lain.
"Tujuan utama dari penelitian kami ini untuk mengakhiri perdebatan yang ada selama ini dan memberikan bukti kepada ilmuwan roket dan dokter bedah otak tentang keberadaan pihak lain," kata Inga Usher dan rekan sejawatnya dari Rumah Sakit Nasional untuk Neurologi dan Neurosurgery di London.
Para peneliti menguji para peserta untuk merampungkan sebuah gelar akademis untuk bidang spesialisasi tertentu, termasuk diskriminasi emosional dan pengendalian motorik.
Mereka kemudian dinilai karakteristik kognitifnya untuk masing-masing keahlian menggunakan Uji Intelejensi Inggris dari Cognitron yang dipakai untuk mengukur berbagai aspek pemahaman, kemampuan perencanaan dan pertimbangan, kinerja ingatan, perhatian, dan kemampuan mengolah emosi.
Insinyur antariksa dan ahli bedah saraf relatif sama dalam berbagai subjek penilaian, namun mereka berbeda di dua bidang. Ilmuwan antariksa memperlihatkan kemampuan manipulasi mental yang lebih baik ketimbang ahli bedah saraf. Sementara ahli bedah saraf lebih baik dalam hal solusi masalah semantik.
"Dibanding dengan warga pada umumnya, insinyur antariksa tidak memperlihatkan perbedaan signifikan di berbagai bidang," tulis peneliti.
"Ahli bedah saraf mampu menyelesaikan masalah lebih cepat ketimbang orang pada umumnya tapi mereka lebih lambat dalam hal kecepatan mengingat sesuatu."
Para peneliti menganjurkan orang untuk tidak lagi sering mengucapkan "ini bukan tentang ilmu roket" untuk mengatakan sesuatu itu sangat sulit.
"Dalam situasi yang tidak membutuhkan penyelesaian masalah, mungkin lebih tepat menggunakan kalimat 'ini bukan soal bedah otak;," ujar mereka.
Tim peneliti juga ingin mengubah persepsi publik di berbagai bidang keahlian yang diprediksi nanti akan semakin kekurangan peminat pada tahun-tahun mendatang.
"Bidang keahlian lain juga berhak jadi patokan dan pekerjaan di masa depan harusnya memperlihatkan profesi apa yang lebih layak diapresiasi."
(mdk/pan)