Penjelasan Psikolog Mengapa Badut Menyeramkan Bagi Sebagian Orang
Faktanya, dalam sebuah studi tahun 2008 yang dilakukan di Inggris mengungkapkan bahwa hanya sedikit anak-anak yang suka badut.
Sejak lama Hollywood sudah mengaduk-aduk perasaan kita tentang badut. Sebut saja badut jahat, Pennywise, yang diciptakan Stephen King dalam film baru-baru ini berjudul "It Chapter Two," sementara musuh bebuyutan Batman, The Joker yang diperankan oleh Joaquin Phoenix, juga muncul sebagai antihero dalam "Joker".
Bagaimana bisa sosok yang sering muncul dalam pesta ulang tahun anak ini menjadi wujud jahat sebagaimana digambarkan dalam film Hollywood tersebut?
-
Apa itu Serdam? Alat musik Serdam ini lahir di era kerajaan Skala Brak di Kabupaten Lampung Barat yang dimainkan dengan cara ditiup mirip seperti seruling. Alat musik Serdam awalnya kurang diminati karena suaranya dianggap mengganggu masyarakat.
-
Apa yang dipelajari dalam ilmu psikologi manusia? Psikologi manusia merupakan cabang ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental individu.
-
Apa itu Seruit? Seruit adalah olahan sambal yang dibuat dari tempoyak durian, sambal terasi, dan pindang ikan lalu ditambah dengan perasan air jeruk lesom atau air aren yang tidak jadi digunakan untuk gula aren.
-
Kenapa pengalaman psikosis bisa menakutkan? Pengalaman ini dapat menakutkan dan mungkin mendorong individu untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain. Oleh karena itu, bantuan medis segera sangat penting bagi siapa pun yang menunjukkan gejala psikosis.
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Apa itu keterbelakangan mental? Keterbelakangan mental, atau yang lebih dikenal sebagai gangguan perkembangan intelektual, merupakan suatu kondisi medis yang memengaruhi fungsi intelektual dan keterampilan adaptif seseorang.
Faktanya, dalam sebuah studi tahun 2008 yang dilakukan di Inggris mengungkapkan bahwa hanya sedikit anak-anak yang suka badut. Profesor psikologi dari Knox College, Frank T. McAndrew dan Cornelia H. Dudley menyampaikan dalam sebuah tulisan yang dilansir dari laman Time, Jumat (1/11), pihaknya tak hanya tertarik mempelajari bagaimana badut bisa menciptakan rasa takut, namun juga tertarik meneliti kenapa mereka bisa mengganggu.
Pada 2016, McAndrew mempublikasikan kajian berjudul "On the Nature of Creepiness" dengan salah seorang muridnya bernama Sara Koehnke, dalam jurnal New Ideas in Psychology. Sementara penelitian ini tidak secara khusus melihat keseraman badut, namun menjelaskan sejumlah fenomena menarik.
Pawai Para Badut
Karakter badut telah ada sejak sekitar ribuan tahun. Sejarahnya, pelawak dan badut menjadi medium satir dan cara menegur orang-orang berkuasa. Mereka memiliki katup pengaman untuk melepaskan uap dan mereka diberikan kebebasan berekspresi yang unik - selama lawakan yang mereka lontarkan tidak mengganggu kenyamanan penguasa.
Pelawak dan orang yang suka melontarkan satir ini berasal dari Mesir kuno, dan kata Inggris "clown" pertama kali muncul sekitar tahun 1500-an, ketika Shakespeare menggunakan istilah ini untuk menggambarkan karakter-karakter bodoh dalam beberapa permainannya. Badut sirkus yang sekarang akrab - dengan wajah dicat, wig dan pakaian besar - muncul pada abad ke-19 dan hanya mengalami sedikit perubahan selama 150 tahun terakhir.
Kiasan badut jahat juga bukan sesuatu yang baru. Pada tahun 2016, penulis Benjamin Radford menerbitkan "Bad Clowns" yang melacak evolusi historis badut menjadi makhluk tak terduga yang mengancam.
Kemudian selama beberapa bulan pada 2016, badut menyeramkan ini meneror Amerika. Sosok badut jahat muncul setelah pembunuh berantai John Wayne Gacy ditangkap. Pada 1970, Gacy muncul di pesta ulang tahun anak-anak sebagai "Pogo si Badut" dan kerap melukis gambar badut. Ketika pihak keamanan mengungkap dia membunuh sedikitnya 33 orang, mengubur sebagian besar korban di sebuah ruang dalam rumahnya di Chicago, pinggiran kota, hubungan antara badut dan perilaku psikopat yang berbahaya selamanya terpaku pada ketidaksadaran kolektif orang Amerika.
Laporan muncul dari setidaknya 10 negara bagian yang berbeda. Di Florida, badut jahat terlihat bersembunyi di sisi jalan. Di South Carolina, badut dilaporkan mencoba memikat perempuan dan anak-anak ke hutan.
Tidak jelas insiden mana yang merupakan kisah badut dan yang benar-benar mengancam upaya penculikan. Meskipun demikian, para pelaku tampaknya memanfaatkan ketakutan paling mendasar yang dialami oleh begitu banyak anak - dan lebih dari beberapa orang dewasa - di hadapan badut.
Sifat Menyeramkan
Psikologi dapat membantu menjelaskan kenapa badut - yang seharusnya menjadi sumber lelucon - seringkali membuat bergidik.
Berdasarkan penelitian empiris tentang kengerian oleh dua psikolog tersebut, perasaan bergidik mungkin ada hubungannya dengan ambiguitas - tentang tidak benar-benar yakin bagaimana harus bereaksi terhadap seseorang atau situasi.
"Kami merekrut 1.341 sukarelawan berusia 18 tahun sampai 77 tahun untuk mengisi jajak pendapat daring. Pada bagian pertama survei, peserta kami menilai kemungkinan hipotesis "orang menyeramkan" akan menunjukkan 44 perilaku yang berbeda, seperti pola kontak mata yang tidak biasa atau karakteristik fisik seperti tato yang terlihat," jelasnya.
"Pada bagian kedua survei, peserta menilai kengerian dari 21 pekerjaan yang berbeda, dan di bagian ketiga mereka hanya menuliskan daftar dua hobi yang mereka anggap menyeramkan. Pada bagian terakhir, peserta mencatat seberapa besar mereka setuju dengan 15 pernyataan tentang sifat orang yang menyeramkan," lanjutnya.
Hasil penelitian menunjukkan, orang yang kita anggap menyeramkan jauh lebih mungkin laki-laki daripada perempuan, ketidakpastian adalah komponen penting dari kengerian dan pola kontak mata yang tidak biasa dan perilaku nonverbal lainnya memicu detektor kengerian untuk waktu yang lama.
Karakteristik fisik yang tidak biasa atau aneh seperti mata melotot, senyum aneh atau jari yang panjang, bisa membuat orang menilai seseorang menyeramkan. Saat responden diminta menilai tingkat kengerian dari jenis pekerjaan yang berbeda, yang berada di posisi teratas adalah badut.
"Hasilnya konsisten dengan teori saya bahwa "bergidik" adalah respons terhadap ambiguitas ancaman dan hanya ketika kita dihadapkan dengan ketidakpastian tentang ancaman, maka kita akan merinding," jelasnya.
"Sebagai contoh, akan dianggap tidak sopan dan aneh untuk melarikan diri di tengah percakapan dengan seseorang yang mengirimkan getaran menyeramkan tetapi sebenarnya tidak berbahaya; pada saat yang sama, bisa berbahaya untuk mengabaikan intuisi Anda dan terlibat dengan individu itu jika dia, pada kenyataannya, adalah ancaman. Ambivalensi membuat Anda membeku di tempat, berkubang dalam ketidaknyamanan," lanjutnya.
Liputan6.com/Faizal Fanani
Rami Nader, seorang psikolog Kanada meneliti coulrophobia, ketakutan terhadap badut. Rami Nader percaya bahwa fobia badut disebabkan fakta bahwa badut menggunakan riasan wajah dan penyamaran yang menyembunyikan identitas dan perasaan mereka yang sebenarnya.
"Ini sangat konsisten dengan hipotesis saya bahwa ambiguitas yang melekat di sekitar badut yang membuat mereka menyeramkan. Mereka tampak bahagia, tetapi apakah mereka benar-benar bahagia? Dan mereka nakal, yang membuat orang terus waspada," jelasnya.
"Ciri-ciri fisik badut yang sangat tidak biasa - wig, hidung merah, riasan, pakaian aneh - kian memperbesar ketidakpastian tentang hal yang mungkin dilakukan badut selanjutnya," pungkasnya.
(mdk/pan)