Ramai Boikot Produk Israel, Minuman Soda dari Mesir Berusia 100 Tahun Laku Keras
Perusahaan minuman bersoda ini juga merekrut tenaga kerja baru karena tingginya permintaan.
Kampanye boikot produk yang mendukung Israel dilakukan di seluruh dunia, sejak negara zionis tersebut menyerang Jalur Gaza, Palestina pada 7 Oktober.
Ramai Boikot Produk Israel, Minuman Soda dari Mesir Berusia 100 Tahun Laku Keras
Spiro Spathis, perusahaan minuman berkarbonasi tertua di Mesir, kembali mengalami kebangkitan sensasional setelah gencar kampanye boikot produk Barat yang berhubungan dengan Israel. Perusahaan ini didirikan peternak lebah Yunani dari Kefanolia pada tahun 1920 bernama “Spathis”. Minuman inintelah menjadi bagian dari kehidupan generasi Mesir.
Sumber: Al Jazeera
- Batu Akik Kuno yang Ditemukan di Israel Ini, Diyakini Obat Mujarab Penangkal Mabuk
- Kisah Pilu Bocah Tiga Tahun di Gaza, Bom Israel Renggut Semua Keluarganya dan Kini Harus Hidup Tanpa Kaki
- Disebut Negara Maju, Bagaimana Sebenarnya Kondisi Perekonomian Israel?
- Empat Produk Makanan Diboikot Masyarakat Dunia karena Terang-terangan Dukung Israel
Berkat kampanye boikot produk Barat yang mendukung Israel, merek soda berusia satu abad ini menciptakan kehebohan, menjadi contoh solidaritas Mesir kepada Palestina.
Foto: Facebook
Produsen minuman soda ini selalu bangga dengan perannya sebagai merek minuman ringan pertama di Mesir, meluncurkan slogan-slogan seperti “100 persen Buatan Mesir” dan “gazouza asli Mesir”’ menggunakan istilah Mesir yang diperkirakan berasal dari bahasa Prancis “gazeuse” yang berarti berkarbonasi dan banyak digunakan untuk menyebut minuman bersoda.
“Saya sudah menjual minuman mereka selama empat tahun. Selalu ada beberapa konsumen yang lebih menyukai Spiro dibandingkan minuman lain, tapi tidak banyak,” kata Mohammed, pemilik toko kelontong di Provinsi Sharqia.
“Tetapi sekarang, botol-botol mereka langsung habis. Kalau sebelum boikot, saya jual empat, mungkin lima kotak Spathis dalam seminggu, sekarang saya bisa jual sebanyak 50 kotak dalam sehari kalua stok sebanyak itu,” lanjutnya.
“Permintaan meningkat tiga kali lipat selama sebulan terakhir,” ujar Morcus Talaat, kepala pemasaran perusahaan dan salah satu dari tiga bersaudara pemilik perusahaan tersebut, kepada Al Jazeera. “Kami telah menerima ratusan panggilan dari klien baru, tawaran dari restoran,” katanya.
Foto: Yasmin Shabana/Al Jazeera
Spiro Spathis menerima 15.000 pelamar untuk lowongan pekerjaan yang diiklankan. Tenaga kerja baru diperlukan untuk memenuhi lonjakan pesanan.
Di Kota Nasr, seorang pemilik kios mengatakan dia tidak mampu menyediakan cukup Spathis untuk memenuhi tingginya permintaan.
“Saya hanya menerima empat pengiriman dalam sebulan terakhir, dan terjual habis di hari yang sama. Sebelumnya, stok Spathis bertahan lebih lama,” katanya.
Sejak awal agresi Israel di Gaza, warga Mesir aktif menggunakan media sosial untuk saling berbagi informasi mengenai merek yang mendukung Israel agar tidak lagi dibeli warga. Beberapa aplikasi bahkan mencantumkan alternatif merek Barat, menyoroti produsen lokal dengan kualitas setara atau serupa. Kemudian muncul kembali produk-produk lokal seperti Spiro Spathis yang menjadi sorotan.
Ketika merek internasional lain memasuki pasar sekitar 70 tahun lalu dan menguasai pasar lokal, Spiro Spathis tergeser. Bahkan, Spiro Spathis harus menutup usahanya pada tahun 2014, seperti yang diungkapkan Talaat.
Meskipun sekarang sudah bukan menjadi satu-satunya perusahaan minuman soda lokal di Mesir, Spathis mendapat apresiasi dari banyak pengguna online di Mesir sebagai yang terbaik.
Sumber: Al Jazeera