Satu Kata Ini Ada di Semua Bahasa di Dunia, Punya Makna yang Sama
Jika Anda mengucapkan kata tersebut di berbagai negara berbeda dengan bahasa yang berbeda, kemungkinan besar orang tetap akan paham maksud Anda.
Ada satu kata yang muncul di semua bahasa di dunia dan memiliki makna "universal". Jika Anda mengucapkan kata tersebut di berbagai negara berbeda dengan bahasa yang berbeda, kemungkinan besar orang tetap akan paham maksud Anda. Hal ini mendorong para ahli bahasa untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Bunyi kata, apa pun bahasa yang Anda gunakan, umumnya dianggap tidak terkait dengan makna yang disampaikan kata tersebut. Ada banyak kemungkinan bunyi yang tersedia dalam bahasa, dan di antara bahasa-bahasa yang tidak memiliki akar yang sama, hanya ada sedikit kesamaan di mana kata-kata dengan makna yang sama memiliki bunyi yang mirip. Kata "dog" (anjing) misalnya, yang digunakan dalam satu penelitian, adalah "Hund" dalam bahasa Jerman, "chien" dalam bahasa Prancis, dan "inu" dalam bahasa Jepang.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang ular dan suara? Dalam sebuah penelitian terbaru yang dilaporkan Scientific American, Senin (24/7), bisa disimpulkan bahwa ular menggunakan pendengarannya untuk menginterpretasikan dunia terhadap suara di udara.
-
Mengapa penelitian ini dianggap penting? “Ini adalah lompatan besar bagi sains! Dan ini baru permulaan. Kami berharap dapat mengadaptasi teknik AI dan ML ini pada hewan lain dan meletakkan dasar bagi kecerdasan luar biasa di berbagai industri terkait hewan. Jika kita tahu apa yang dirasakan hewan, kita bisa merancang dunia yang lebih baik untuk mereka,” Cheok melanjutkan,
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
Namun, satu kata ini tampaknya menentang tren ini. Ahli bahasa menemukan kata "huh" atau "hah" adalah kata yang universal.
"Kata seperti Hah? – digunakan sebagai pemrakarsa perbaikan ketika, misalnya, seseorang tidak mendengar dengan jelas apa yang baru saja dikatakan seseorang – ditemukan dalam bentuk dan fungsi yang hampir sama dalam bahasa lisan di seluruh dunia," jelas satu tim ahli bahasa dari Institut Max Planck untuk Psikolinguistik dalam studi pemenang Penghargaan Ig Nobel, yang diterbitkan dalam PLOS ONE pada tahun 2013.
"Kesamaan dalam bentuk dan fungsi interjeksi ini di seluruh bahasa jauh lebih besar daripada yang diperkirakan secara kebetulan," lanjut tim tersebut, dikutip dari IFL Science, Selasa (26/11).
Aspek Universal Pengucapan dan Pemahaman
Tim tersebut meneliti kata tersebut dalam 31 bahasa dan menemukan kata tersebut memiliki aspek universal dalam cara pengucapan dan pemahamannya. Namun, mereka kemudian berfokus pada 10 bahasa dari lima benua, mengamati lebih dekat cara kata tersebut digunakan, memasangkan mitra percakapan untuk mempelajari penggunaannya.
"Dalam semua bahasa yang diteliti, kata tersebut merupakan kata bersuku kata tunggal dengan paling banyak konsonan awal glotal, vokal tengah depan rendah yang tidak membulat, dan intonasi tanya," jelas tim tersebut.
Meskipun kata tersebut terdengar sedikit berbeda dalam semua bahasa, kata tersebut memiliki karakteristik yang sama.
Hipotesis Evolusi Konvergen
Tim tersebut membahas beberapa gagasan mengapa kata ini mungkin bersifat universal, termasuk bahwa kata tersebut merupakan gerutuan bawaan yang dihasilkan oleh semua manusia, dan bahwa kata tersebut merupakan hasil evolusi konvergen bahasa, seperti bagaimana bentuk kepiting berevolusi di alam.
Tim tersebut beralasan, jika itu hanya suara yang dibuat manusia saat bingung (seperti saat kita berteriak kesakitan), itu tidak akan diperoleh dan disempurnakan selama pembelajaran linguistik normal di masa kanak-kanak, tetapi akan muncul sebelum kata-kata lain dipelajari.
Sebaliknya, mereka lebih menyukai hipotesis evolusi konvergen, yang menjelaskan ketidakmampuan mendengar orang lain berbicara atau memahami maknanya adalah fenomena universal dalam percakapan, dan bahwa kata tersebut mungkin berevolusi sebagai perintah singkat untuk membuat lawan bicara mengulangi ucapannya atau menjelaskan diri mereka dengan lebih baik.