Ternyata Makna Kata Mangkok dalam Bahasa Jepang Sangat Sakral, Awas Salah Ucap
Arti kata mangkok dalam bahasa Jepang memiliki perbedaan makna.
Makna kata "mangkok" dalam bahasa Jepang sering kali membingungkan bagi penutur bahasa Indonesia yang belum familiar dengan perbedaan budaya dan bahasa. Di Indonesia, istilah "mangkok" merujuk pada wadah cekung yang digunakan untuk menyajikan makanan, terutama yang berkuah.
Namun, di Jepang, penggunaan kata "mangkok" memiliki arti yang sangat berbeda dan bahkan bisa dianggap vulgar jika diucapkan dengan cara yang salah. Ketika penutur bahasa Indonesia mengucapkan "mangkok," bunyinya dapat terdengar seperti "manko" bagi penutur Jepang, yang merupakan istilah kasar dan vulgar untuk menyebut alat kelamin perempuan.
-
Apa itu Kue Mangkok? Kue mangkok sendiri merupakan kue tradisional Indonesia yang berjenis kue basah yang sering kali disajikan saat ada acara.
-
Bagaimana pesan di mangkuk itu diterjemahkan? Untuk menguraikan teks tersebut, tim tersebut meminta bantuan Jingchao Chen, seorang peneliti dari Universitas Ibrani Yerusalem, yang menerjemahkan frasa puitis yang menghiasi mangkuk tersebut.
-
Kenapa penting pakai kata baku 'hakekat'? Penggunaan kata baku sangat penting dalam komunikasi formal dan penulisan ilmiah.
-
Kenapa kata majemuk penting? Pemahaman tentang kata majemuk memungkinkan pembicara atau penulis untuk menyampaikan konsep atau ide dengan lebih efisien dan kreatif.
-
Bagaimana cara membuat kue mangkok? Campur tape, tepung beras, tepung terigu, gula, dan garam. Aduk rata dan remas dengan tangan.Masukkan rebusan air dan santan kara yang sudah hangat sedikit demi sedikit, adonan nantinya tidak encer/ kental (semakin diremas akan semakin mekar kuenya) saring dan beri BPDA.Beri pewarna menurut selera, aduk rata. Masukkan adonan dalam cetakan kue mangkok. Tanpa dioles apa pun.Panaskan kukusan (tutup bungkus kain) dan kukus selama 30 menit dengan api besar, jangan di buka selama mengukus.Matikan api ketika kue sudah merekah.
Untuk menyebut mangkuk dalam bahasa Jepang, ada beberapa istilah yang lebih tepat dan sopan. Misalnya, "owan" adalah kata yang digunakan untuk mangkuk tradisional Jepang yang sering dipakai untuk menyajikan sup miso atau hidangan berkuah lainnya.
Selain itu, istilah "bru" digunakan untuk merujuk pada mangkuk modern yang terbuat dari plastik atau kaca. Memahami arti kata "mangkok" dalam bahasa Jepang merupakan langkah penting untuk menambah wawasan tentang perbedaan budaya dan bahasa antara Indonesia dan Jepang.
Ini tidak hanya membantu kita menghindari kesalahan dalam penggunaan kata, tetapi juga memberikan pemahaman mengenai bagaimana sebuah istilah sederhana bisa memiliki makna yang sangat berbeda di berbagai negara.
Berikut adalah penjelasan mengenai arti kata "mangkok" dalam bahasa Jepang yang dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa (8/10/2024).
Makna Istilah "Mangkok" dalam Bahasa Jepang
Istilah "mangkok" dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan bahasa Jepang. Dalam konteks bahasa Indonesia, "mangkok" adalah sebuah wadah yang digunakan untuk menyajikan makanan, terutama yang berbentuk berkuah, dan umumnya memiliki bentuk cekung.
Mangkok berbeda dari piring yang cenderung datar, sehingga lebih sesuai untuk menyajikan makanan kering. Namun, ketika kata "mangkok" diucapkan dalam bahasa Jepang, maknanya dapat berubah secara drastis dan memiliki konotasi yang sangat tidak pantas.
Dalam bahasa Jepang, "mangkok" mirip dengan istilah "manko" (), yang merupakan istilah vulgar dan kasar untuk merujuk pada alat kelamin perempuan. Oleh karena itu, sangat penting untuk berhati-hati dan tidak sembarang menggunakan kata ini di Jepang, terutama di tempat umum atau dalam situasi formal.
Penggunaan istilah ini di Jepang bisa dianggap sangat tidak sopan dan dapat menyebabkan kesalahpahaman yang serius, karena dianggap sebagai bahasa yang tidak pantas dan menghina. Sebagai alternatif, jika Anda ingin merujuk pada mangkok dalam bahasa Jepang, ada beberapa istilah yang lebih tepat dan sopan untuk digunakan.
Berikut adalah beberapa pilihan kata yang dapat digunakan untuk menyebut mangkok dalam bahasa Jepang:
1. (owan): Istilah ini merupakan salah satu sebutan yang lebih formal dan sopan untuk mangkok, terutama dalam konteks tradisional, seperti saat menyajikan nasi atau sup miso. Owan sering kali terbuat dari kayu lacquer (urushi) dan digunakan dalam acara-acara resmi atau saat berkumpul bersama keluarga.
2. (bru): Ini adalah istilah yang lebih santai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk merujuk pada mangkok modern, terutama yang terbuat dari bahan seperti kaca atau plastik. Kata ini diambil dari bahasa Inggris "bowl," dan penggunaannya lebih luas, khususnya untuk mangkok di dapur modern atau restoran.
3. (donburi): Kata ini merujuk pada jenis mangkok besar yang sering digunakan untuk menyajikan hidangan seperti nasi dengan lauk (oyakodon, katsudon) atau mie berkuah. Donburi biasanya digunakan untuk makanan yang disajikan dalam porsi besar dan memiliki berbagai variasi tergantung pada jenis hidangannya.
Kata-Kata Lain dalam Bahasa Jepang yang Harus Dihindari
Selain makna kata "mangkok" dalam bahasa Jepang, terdapat sejumlah istilah lain yang dianggap sangat kasar dan tidak pantas diucapkan saat Anda berada di Jepang. Istilah-istilah ini memiliki konotasi yang sangat negatif bagi penutur asli bahasa Jepang dan dapat menyinggung perasaan orang lain jika diucapkan sembarangan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menghindari penggunaan istilah-istilah berikut agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau ketidaknyamanan dalam berinteraksi dengan masyarakat Jepang.
1. Kichigai atau Kasu
Istilah "kichigai" dan "kasu" dalam bahasa Jepang merupakan ungkapan yang sangat menghina. "Kasu" umumnya berarti "bodoh," sementara "kichigai" lebih merujuk kepada seseorang yang dianggap memiliki gangguan mental atau gila. Kedua istilah ini sangat merendahkan bagi orang Jepang, terutama jika digunakan dalam konteks yang tidak tepat.
"Kichigai" telah ada sejak era Perang Dunia II untuk merujuk pada orang dengan masalah kesehatan mental. Meskipun istilah ini masih sering terdengar di kalangan anak muda Jepang dan di media sosial, penggunaannya tetap sangat kasar dan merendahkan. Mengucapkan istilah ini di hadapan orang Jepang dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan dan tidak menghargai kondisi mental seseorang, sehingga sebaiknya dihindari.
2. Kuso
Istilah "kuso" mungkin sering Anda dengar dalam anime atau manga Jepang, tetapi ini adalah kata kasar yang sangat tidak pantas. Secara harfiah, kata ini berarti "kotoran" atau "tinja," namun sering digunakan dalam konteks umpatan seperti "sial" atau "sialan." Meskipun istilah ini umum digunakan dalam media populer, mengumpat dengan kata "kuso" di depan orang Jepang, terutama di tempat umum, bisa dianggap sangat tidak sopan.
Kata ini sangat kasar dan bisa menyinggung perasaan orang yang mendengarnya, sehingga sebaiknya Anda menghindari penggunaannya saat berada di Jepang, terutama di hadapan publik.
3. Kutabare atau Shi'ne
Istilah kasar lainnya yang perlu dihindari saat berada di Jepang adalah "kutabare" atau "shi'ne." Kedua istilah ini memiliki makna yang sangat kuat dan tidak pantas untuk diucapkan dalam percakapan sehari-hari. "Kutabare" dapat diterjemahkan secara kasar sebagai "mati kau" dalam bahasa Indonesia, sementara "shi'ne" juga berarti "mati."
Kedua frasa ini tergolong sebagai umpatan ekstrem dan kasar di Jepang, dan jika diucapkan, dapat memicu ketegangan atau permusuhan dalam percakapan. Mengingat konotasi negatif dari kedua istilah ini, sangat penting untuk menghindarinya dalam semua situasi, terutama ketika berbicara dengan orang yang tidak terlalu dikenal.
4. Busaiku atau Busu
Istilah "busu" dan "busaiku" juga termasuk dalam kategori kata yang sangat ofensif di Jepang. Istilah-istilah ini digunakan untuk merendahkan seseorang, biasanya berkaitan dengan penampilan fisik. "Busu" berarti "jelek" atau "bodoh," sedangkan "busaiku" lebih sering digunakan untuk mengejek penampilan seseorang yang dianggap kurang menarik.
Meskipun kata-kata ini sering muncul dalam percakapan di kalangan remaja, penggunaannya sangat tidak sopan dan dapat menyakiti perasaan orang yang menjadi sasaran. Oleh karena itu, jika Anda berada di Jepang, sangat disarankan untuk menghindari penggunaan kata-kata ini, terutama di tempat umum atau saat berbicara dengan orang asing.
5. Napkin
Meskipun kata "napkin" mungkin tidak terdengar kasar bagi penutur bahasa Inggris, karena berarti "serbet" atau "kain lap meja makan," di Jepang, kata ini memiliki arti yang sangat berbeda. Dalam bahasa Jepang, "napkin" merujuk pada "pembalut wanita," sehingga penggunaan istilah ini di restoran atau tempat umum dapat menyebabkan kebingungan dan situasi yang canggung.
Jika Anda memerlukan serbet di restoran di Jepang, lebih baik menggunakan istilah Jepang yang tepat, seperti "oshibori" untuk serbet tangan basah atau "fukin" untuk kain lap, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
6. Baka atau Aho
Kata "baka" dan "aho" adalah istilah yang sering dipakai untuk menyebut seseorang sebagai "bodoh." Kedua istilah ini juga sangat umum terdengar dalam anime atau manga, tetapi dalam kehidupan sehari-hari, penggunaannya dapat dianggap merendahkan, terutama jika diucapkan di depan orang yang tidak dikenal.
Kata "baka" lebih umum digunakan di seluruh Jepang, sedangkan "aho" lebih sering terdengar di daerah Kansai, seperti Osaka. Meskipun terdengar lucu dalam konteks hiburan, mengucapkan istilah ini dalam situasi nyata, terutama saat berinteraksi dengan orang Jepang, dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan. Oleh karena itu, sebaiknya hindari penggunaan kata-kata ini saat berada di Jepang, terutama jika Anda tidak ingin dipandang sebagai orang yang kasar atau tidak menghormati lawan bicara.