Setelah 136 Tahun, Identitas Pembunuh Berantai Jack The Ripper Akhirnya Terkuak Lewat DNA
Seorang peneliti akhirnya membuat gambaran wajah sang pembunuh berantai terkenal itu dengan bantuan tes DNA.
Jack the Ripper pembunuh berantai yang terkenal di London, Inggris selama ini ternyata imigran keturunan Yahudi dari Polandia yang melarikan diri ke kota itu.
-
Siapa yang menggunakan sidik jari DNA? Sidik jari DNA adalah metode yang digunakan oleh ahli forensik untuk menentukan paternitas. Ini juga digunakan untuk mengidentifikasi penjahat.
-
Kapan DNA berperan dalam pewarisan sifat? DNA adalah komponen penting yang diperlukan untuk mentransfer gen dari orang tua ke keturunannya.
-
Bagaimana cara mengambil sampel untuk tes DNA? Pada umumnya, tes DNA dilakukan dengan cara mengambil sampel darah maupun jaringan tubuh seperti rambut atau kulit.
-
Kenapa penyebaran DNA keturunan Genghis Khan begitu luas? “Kami telah mengidentifikasi garis keturunan kromosom Y dengan beberapa fitur yang tidak biasa. Itu ditemukan di 16 populasi di seluruh wilayah besar Asia, membentang dari Pasifik ke Laut Kaspia." Peneliti mengungkapkan, pola variasi dalam garis keturunan menunjukkan asalnya dari Mongolia, 1.000 tahun yang lalu. Penyebaran yang begitu cepat tidak mungkin terjadi secara kebetulan; itu pasti hasil seleksi.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan dalam DNA organisme bersel tunggal? Para ilmuwan menemukan sisa-sisa genom yang ditinggalkan virus raksasa purba di dalam DNA organisme bersel tunggal yang nenek moyangnya sama dengan organisme kompleks seperti kita.
-
Kenapa polisi memeriksa DNA tali yang dipakai mengikat satu keluarga sebelum mereka melompat? Gidion menjelaskan maksud dari pemeriksaan DNA itu guna membuktikan secara ilmiah apakah ada kemungkinan orang lain di tempat kejadian perkara sebelum keempatnya melompat. Sebab, sejauh ini hanya ada empat korban yakni pria EA (50), perempuan berinisial AIL dan dua anak remaja laki-laki berinisial JWA (13) dan remaja wanita berinisial JL (16) yang merupakan satu keluarga.
Peneliti Russell Edwards berhasil mendeteksi wajah Jack the Ripper setelah menggunakan teknologi perombakan wajah baru untuk menciptakan gambar hitam putih CGI penampilan si pembunuh sadis pada saat itu.
Edwards menggunakan bukti DNA pada selendang salah satu korbannya untuk membuktikan Jack the Ripper sebenarnya adalah Aaron Kosminski, seorang imigran Yahudi dari Polandia yang merupakan salah satu tersangka utama pada saat pembunuhan mengerikan di Whitechapel, London.
Dalam buku kedua yang diterbitkan, Russell tidak hanya mengidentifikasi si Pembantai tetapi juga alasannya mengapa ia memutilasi korbannya sedemikian rupa dan bagaimana ia bisa lolos dari kejahatan ini.
Jack the Ripper membantai dan membunuh sedikitnya lima wanita di Kawasan Whitechapel, London hanya dalam kurun waktu empat bulan dari Agustus-November 1888.
Tiga di antaranya diambil organ dalamnya yang mengarah pada teori bahwa pembunuhnya tentu memiliki beberapa keterampilan anatomi.
- DNA Berusia 17.000 Tahun Ungkap Asal Usul Bayi Bermata Biru dari Zaman Es, Ternyata Hasil Perkawinan Sedarah
- Ragu Putrinya Bukan Anak Kandung, Seorang Bapak Tes DNA Anaknya Jelang Menikah Tak Diduga Endingnya Menyedihkan
- Cocokkan Data Mayat Mr X dengan Mantan Casis TNI AL Iwan Sutrisman, Polisi Tunggu Orang Tua Korban untuk Tes DNA
- Segera Dikembalikan ke Pangkuan Ibu Kandung, Bayi Tertukar di Bogor Jalani Proses Bonding Hari Pertama
Selanjutnya sejak April 1888 hingga Februari 1891 telah terjadi pembunuhan brutal di daerah yang sama Whitechapel terhadap 11 wanita yang sebagian besar pelacur.
Mary Ann Nichols, Annie Chapman, Elizabeth Stride, Catherine Eddowes, dan Mary Jane Kelly dibunuh dari Agustus hingga November 1888. Mereka semua mengalami nasib yang sama yaitu luka pada bagian tenggorokan dan vagina, tiga diantaranya dimutilasi dan beberapa bagian tubuhnya dibawa oleh pembunuh berantai Ripper.
Selendang jadi barang bukti
Hampir 120 tahun kemudian pada tahun 2007, Edwards menemukan selendang yang diduga milik salah satu korban Jack the Ripper, Chatherine Eddowes saat dilelang di Bury St Edmunds, Suffolk.
Untuk memastikan kebenarannya, Edwards melakukan serangkaian tes DNA yang panjang pada bercak darah dan air mani yang diduga tertinggal di selendang itu dengan bantuan kerabat jauh korban dan tersangka.
Ajaibnya, ada kecocokan antara bercak darah dengan keturunan langsung Eddowes yang tidak ingin disebutkan namanya.
Sementara itu, penggalian jasad milik Kosminski yang diduga sosok Jack the Ripper ditolak. Namun, noda air mani juga cocok dengan salah satu keturunan saudara perempuan Kosminski.
Kosminski lahir pada 11 September 1865 yang berarti saat terjadi pembunuhan saat itu ia berusia 22 atau 23 tahun. Ia tumbuh di Klodawa, Polandia sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya meninggal saat masih muda, ibunya menikah lagi tapi dengan catatan ia mungkin telah dilecehkan secara seksual oleh ayah tirinya.
Pada tahun 1882, 6 tahun sebelum pembunuhan, Kosminski dan keluarganya melarikan diri ke East End, London untuk menghindari anti-Semitisme yang saat itu menyebar di Eropa timur. Selama penyelidikan pembunuhan berantai Whitechapel, Kosminski ditetapkan sebagai tersangka.
Menurut catatan yang dirahasiakan pada tahun 1894, Kosminski diduga memiliki kebencian terhadap wanita terutama dari kelas pelacur dan memiliki kecenderungan untuk membunuh. Namun, ia tidak diadili karena pihak berwenang enggan menuduh seorang Yahudi karena potensi dampak anti-Semitisme.
Freemansory
Edwards mengungkap bagaimana Kosminski dapat terhindar dari perkara pembunuhan berantai ini karena diduga ia memiliki kakak laki-laki seorang freemasonry dan memiliki hubungan saudara dengan Masonik.
Pada Februari 2023, Edwards menerima beberapa foto, termasuk foto 15 pria yang semuanya berkumis mancung dan mengenakan setelan jas. Mereka diketahui sebagai anggota Lodge of Israel, sebuah ordo Freemasonry yang dibentuk untuk imigran Yahudi di Inggris.
Salah satu dari mereka adalah kakak tertua Kosminski, Isaac, yang merupakan seorang penjahit kaya yang pindah ke London pada tahun 1870 dan mengubah nama belakangnya menjadi Abrahams. Menariknya, dalam Kode Masonik kuno, "Master Mason" yang disebut Hiram Abiff dibunuh oleh tiga pembunuh, yang dikenal sebagai "The Juwes", karena menolak untuk mengungkapkan rahasianya.
Jack the Ripper ternyata meninggalkan petunjuk lain di lokasi pembunuhan Eddowes dengan meninggalkan kalimat misterius yang ditulis dengan kapur:
“Orang Yahudi adalah orang yang tidak akan disalahkan atas apa pun."
Kata Juwes dieja dengan ucapan Masonik.
Kosminski tidak pernah ditangkap dan diadili karena diduga mengalami gangguan skizofrenia di mana ia mengancam saudara perempuannya dengan pisau, ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa Colney Hatch di London Utara.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti