Siprus Khawatir Tanah Mereka Diserobot Orang Yahudi, Batasi Penjualan Properti
Siprus Khawatir Tanah Mereka Diambil Orang Yahudi, Batasi Penjualan Properti
Ada dugaan banyak orang Yahudi membeli properti dan tanah di Siprus dalam beberapa bulan terakhir.
- Bukan Sekedar Dongeng, Ini Kisah Nyata Petani di Jawa Tengah Berhasil Temukan Harta Karun Emas
- Bangun Usaha Kayu dari Garasi Rumah, Wanita Ini Raih Omzet Hingga Rp200 Juta per Bulan
- Kejagung Buka Suara Terkait Sosok HL, Pemilik Rumah di PIK Digeledah Dalam Kasus Korupsi Timah
- Tak Disangka, Miliarder Properti ini Dulunya Anak Sopir Bajaj
Siprus Khawatir Tanah Mereka Diserobot Orang Yahudi, Batasi Penjualan Properti
Siprus Utara berencana membatasi penjualan properti kepada orang asing setelah sebuah media Turkiye menyebut ribuan orang Israel dan orang Yahudi diduga telah membeli properti di daerah itu.
Langkah ini diambil setelah sejumlah unggahan media sosial yang dipublikasikan oleh Sabahattin Ismail, seorang jurnalis yang juga menjadi penasehat mantan presiden Republik Turki Siprus Utara, Rauf Denktas.
Sejak Oktober awal perang Israel di Gaza, Ismail mengunggah catatan penjualan dan registri perusahaan yang menurutnya menunjukkan ribuan orang Yahudi dari Israel dan negara-negara Eropa telah membeli rumah dan tanah di sana.
Sejumlah surat kabar Turkiye menuding, tanpa mencantumkan sumber apa pun, bahwa 35.000 orang Yahudi telah membeli properti di Siprus Utara, mencakup 2.500 hektar tanah.
Populasi Siprus Utara sendiri hanya sekitar 380.000 orang. Meskipun demikian, pejabat di Turkiye telah menyatakan angka tersebut sangat dilebih-lebihkan.
Ersin Tatar, kepala administrasi TRNC saat ini, yang diakui sebagai pemimpin komunitas Turkiye di pulau itu oleh negara-negara barat, menyatakan kekhawatirannya terhadap tudingan itu dan tim penasihat keamanannya sedang menyelidiki masalah ini.
“Kami memiliki beberapa langkah dan tindakan yang akan diambil terhadap penjualan ini,” ujar Tatar pada Jumat lalu.
Saat ini warga asing memiliki hak untuk membeli properti di Siprus Utara serta dapat memperoleh tanah sebanyak lima hektar tanpa adanya rumah.
Tatar mengumumkan pembatasan baru akan diterapkan sebagai respons terhadap dugaan orang Israel dan Eropa Yahudi tengah membeli tanah di wilayah itu.
“Peraturan baru akan dibuat mengenai hak lima hektar ini,” katanya.
Pada tahun 1974, Turki melakukan invasi ke Siprus setelah terjadi kudeta yang gagal untuk menyatukan pulau tersebut dengan Yunani.
Sejak saat itu, Siprus terbagi antara Republik Siprus yang diakui secara internasional di bagian selatan dan republik Turki yang hanya diakui oleh Ankara.
Israel menjalin hubungan erat dengan Republik Siprus, namun, sebagaimana halnya dengan Turki, hubungannya dengan Siprus Utara yang mayoritas muslim menjadi lebih rumit.
Sebulan lalu, Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan menyangkal laporan yang menyebutkan ribuan warga Israel dan orang Yahudi sedang membeli properti di Siprus Utara selama pertemuan di parlemen Turkiye.
Fidan menyatakan hanya 200 warga Israel yang mengajukan permohonan pembelian real estat di Siprus Utara sejak tahun 2000.
“Warga Israel menempati peringkat ke-12 di antara semua negara. Dalam lima tahun terakhir saja, total 15.000 permohonan pembelian real estat di TRNC berasal dari negara-negara lain, bukan Israel,” katanya.