Warga Gaza Sudah Sangat Kelaparan, Terpaksa Jarah Truk Bantuan di Perbatasan Rafah
Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina semakin parah. Israel masih terus membombardir wilayah tersebut.
Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina semakin parah. Israel masih terus membombardir wilayah tersebut.
Warga Gaza Sudah Sangat Kelaparan, Terpaksa Jarah Truk Bantuan di Perbatasan Rafah
-
Di mana warga Palestina di Gaza mengungsi ketika Israel mengancam menyerang Rafah? Sekitar 1,5 juta warga Palestina, sebagian besar pengungsi, terjebak di kota kecil Rafah di Gaza selatan. Mereka kehilangan rumah mereka di daerah lain di Gaza karena gempuran brutal Israel sejak 7 Oktober, yang telah menewaskan lebih dari 28.000 orang.
-
Mengapa warga Gaza terpaksa hidup di tengah gundukan sampah? Sebelum perang, blokade selama bertahun-tahun yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir terhadap Gaza, yang dikuasai Hamas, telah memberikan tekanan berat pada layanan dasar, seperti pembuangan limbah. Pembatasan ketat atas apa yang dikatakan Israel sebagai alasan keamanan atas apa yang bisa masuk ke wilayah itu berarti tidak ada truk sampah yang memadai, kurangnya peralatan untuk menyortir dan mendaur ulang sampah rumah tangga, serta membuangnya dengan benar.
-
Bagaimana keadaan warga Gaza di tengah tumpukan sampah? "Kami sudah terbiasa dengan baunya. Setiap hari kami datang ke sini bersama-sama untuk mencari kardus dan benda-benda lain yang bisa kami bakar untuk membuat api," kata Mohammed, salah satu dari sekelompok anak laki-laki yang memunguti sampah di dekat Deir al-Balah.
-
Apa yang terjadi di kota Gaza saat ini? Potret terkini kota Gaza setelah dihancurkan Israel, kini terlihat seperti kota mati.
-
Apa yang terjadi pada anak-anak Palestina di Jalur Gaza? Menurut laporan Save The Children, diperkirakan 21.000 anak Palestina hilang dalam agresi brutal Israel di Jalur Gaza. Banyak yang terperangkap di bawah reruntuhan, ditahan, dikubur di kuburan tanpa tanda, atau hilang dari keluarga mereka.
-
Kapan agresi Israel di Jalur Gaza dimulai? Sejak agresinya dimulai pada 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh 37.626 orang, sekitar 75 persen di antaranya adalah anak-anak, wanita dan orang tua.
Kelaparan yang melanda warga Palestina di Rafah, Gaza, membuat mereka terpaksa menjarah truk bantuan karena krisis kemanusiaan terus memburuk setelah lebih dari dua bulan serangan Israel dan pengusiran paksa penduduk ke Gaza selatan.
Pada Minggu, puluhan warga Palestina yang kelaparan dan putus asa terlihat melompat ke truk bantuan untuk mendapatkan makanan dan pasokan lainnya di daerah Rafah, Gaza, dekat perbatasan Mesir.
Sumber: Al Jazeera
Beberapa truk bantuan dikepung oleh puluhan orang setelah melintasi penyeberangan Rafah. Beberapa truk terpaksa berhenti sebelum warga naik ke atas.
Mereka mengambil kotak makanan dan air, dan membawanya atau melemparkannya kepada kerumunan di bawah truk.
- Semakin Banyak Tentara Israel Bunuh Diri dan Alami Gangguan Mental Setelah Kembali dari Gaza
- Mantan Pimpinan Militer Israel Akui Negaranya Kalah Perang Lawan Hamas, Netanyahu Harus Dilengserkan
- 4.000 Tentara Prancis Bantu Israel Lawan Hamas di Gaza
- Israel Lagi-Lagi Bom Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza, 90 Warga Palestina Tewas
Sejumlah truk tampaknya dikawal oleh orang-orang bersenjata.
"Situasi kemanusiaan menjadi sangat menyedihkan, tidak hanya bagi penduduk kota Rafah tetapi juga bagi satu juta warga Palestina yang mengungsi di sini yang kelaparan, haus, dan trauma karena perang terus berlangsung," jelas reporter Al Jazeera, Hani Mahmoud, yang melaporkan dari Rafah.
Mahmoud mengatakan jumlah bantuan yang masuk ke Gaza tidak cukup dan memaksa warga Palestina untuk masuk ke "mode bertahan hidup."
"Masyarakat Palestina tidak punya apa-apa, tanpa rumah, tanpa akses makanan, tanpa air, dan tanpa persediaan medis," ujar Mahmoud.
"Jadi, adegan di perlintasan Rafah adalah respon alami: Ketika orang mati kelaparan, ketika mereka lapar, ini yang akan kita lihat terjadi," sambungnya.
PBB pekan ini memperingatkan bahwa warga Gaza sangat-sangat membutuhkan makanan sehingga memaksa mereka menghentikan truk bantuan dan langsung memakan apa yang mereka temukan.
Philippe Lazzarini, kepala UNRWA yang baru-baru ini mengunjungi Gaza, mengatakan bahwa penduduknya, yang meskipun memiliki sejarah penderitaan yang panjang dan sulit di bawah pengepungan Israel, belum pernah mengalami kelaparan seperti ini.
"Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa orang-orang di Rafah mulai memutuskan untuk mengambil makanan langsung dari truk karena sudah putus asa dan langsung memakan apa yang mereka ambil dari truk tersebut," ujar Lazzarini pada hari Kamis.
Di hari yang sama, Carl Skau, wakil kepala Program Pangan Dunia PBB (WFP), mengkonfirmasi bahwa hampir separuh penduduk Gaza kelaparan, tanpa tahu dari mana makanan berikutnya datang.
WFP mengatakan setengah dari populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang kelaparan karena serangan militer Israel di bagian selatan enklaf ini meluas dan masyarakat terputus dari pasokan.
Rekaman drone dari Gaza selatan pada hari Minggu menunjukkan relawan dari Bantuan Darurat Gaza menyiapkan sup dalam porsi sangat besar.
Pengiriman bantuan yang masuk ke Gaza melalui Rafah, satu-satunya pintu masuk di perbatasan Mesir, hanya sebagian kecil dari bantuan sebelum konflik, meskipun kebutuhan meningkat.
Bantuan yang datang tergolong lambat dalam mencukupi apa yang diperlukan oleh penduduk Jalur Gaza karena keterlambatan dalam pemeriksaan truk.
Rafah menampung lebih dari 12.000 orang per kilometer persegi, sekitar 85 persen pengungsi di Gaza sejak serangan dimulai pada 7 Oktober.
Pada hari itu, Hamas melancarkan serangan mendadak ke wilayah Israel, menewaskan sekitar 1.140 orang dan menawan 240 lainnya.
Serangan Israel sejak itu telah menewaskan 18.787 orang dan melukai 50.897 lainnya, sementara ribuan diyakini terkubur di bawah reruntuhan.
Meskipun ribuan berlindung di penyeberangan, Rafah terus menjadi target serangan udara Israel.
Sebuah ledakan besar terjadi semalam di distrik Geneina di Rafah, dengan dua orang tewas dan rumah-rumah warga menjadi sasaran dan hancur, menurut laporan Mahmoud.
"Sejumlah besar korban luka telah dibawa ke rumah sakit Kuwait di sini," katanya. "Kami berbicara tentang lebih dari 50 orang terluka.”