WHO akan Evakuasi 1.000 Perempuan dan Anak di Gaza untuk Perawatan Medis Darurat
Hans Kluge, kepala cabang WHO Eropa, menyatakan bahwa WHO bersama negara-negara Eropa yang terlibat akan memfasilitasi proses evakuasi.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cabang Eropa mengumumkan rencana untuk mengevakuasi warga Gaza yang membutuhkan perawatan medis. "WHO akan memindahkan 1.000 perempuan dan anak-anak Gaza yang membutuhkan perawatan medis ke Eropa," ungkap Hans Kluge dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Senin (21/10/2024) seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Ia juga menambahkan bahwa Israel berkomitmen untuk melakukan 1.000 evakuasi medis tambahan dalam beberapa bulan mendatang ke Uni Eropa.Evakuasi ini akan diatur oleh WHO serta negara-negara Eropa yang terlibat.
- Innalillahi Wainnailaihi Rojiun, Dokter Lulusan UIN Jakarta Gugur Bersama Keluarga Saat Jadi Relawan di Gaza
- Kisah Tragis Paramedis di Gaza Dapat Panggilan Tugas Ada Rumah Dibom Israel, saat Tiba di Lokasi Ternyata Kediaman Ibunya
- Perjuangan Petugas Ambulans Selamatkan Korban di Gaza, Ledakan Bom di Depan Mata Mengancam Nyawa
- Penyangkalan Genosida, DPR AS Resmi Larang Kutip Jumlah Korban Tewas di Gaza
Dalam konteks yang sama, penyelidik PBB pada Kamis (17/10) menuduh Israel sengaja menyerang fasilitas kesehatan di Gaza, serta membunuh dan menyiksa tenaga medis di wilayah tersebut. Mereka menyatakan bahwa tindakan ini merupakan "kejahatan terhadap kemanusiaan". Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina yang diduduki, menyebutkan bahwa sekitar 10.000 orang memerlukan evakuasi dari Gaza untuk mendapatkan perawatan medis darurat.
Sejak konflik dimulai pada Oktober 2023, WHO Eropa telah memfasilitasi 600 evakuasi medis dari Gaza ke tujuh negara Eropa. "Ini tidak akan pernah terjadi jika kita tidak menjaga dialog tetap terbuka," kata Kluge.
Ia juga menambahkan, "Hal yang sama (berlaku) untuk Ukraina." Kluge menegaskan pentingnya menjaga komunikasi dengan semua mitra. "Saat ini, 15.000 pasien HIV-AIDS di Donbas, wilayah yang diduduki (Ukraina), mendapatkan pengobatan HIV-AIDS," ujarnya.
Ia menekankan bahwa kesehatan tidak boleh dipolitisasi. "Obat yang paling penting adalah perdamaian," tegasnya, seraya menekankan bahwa petugas kesehatan harus diizinkan untuk menjalankan tugas mereka di zona konflik.