Ini 7 Tradisi Kebiri dari Berbagai Kebudayaan yang Bikin Ngilu
Di beberapa kebudayaan, pengebirian merupakan bagian dari tradisi yang berusia ratusan tahun.
Pengebirian atau dikenal juga sebagai gonadectomy adalah prosedur pemotongan genital guna menghilangkan fungsi biologis. Biasanya tindakan ini dimaksudkan sebagai hukuman terhadap pelaku kejahatan atau orang-orang yang dianggap melanggar norma. Seperti hukuman kebiri kimia yang baru-baru ini dijatuhkan kepada seorang pelaku kejahatan paedofilia
Namun di beberapa kebudayaan, kebiri merupakan bagian dari tradisi yang berusia ratusan tahun. Berikut ini beberapa di antaranya yang sempat terekam sejarah.
-
Apa yang diatur oleh dasar hukum pemilu di Indonesia? Pemilihan umum (Pemilu) menjadi salah satu sarana dalam mewujudkan sistem demokrasi di Indonesia. Melalui proses pemilihan ini, rakyat Indonesia memiliki hak untuk menentukan wakil-wakil mereka yang akan memimpin negara dan membuat kebijakan.
-
Bagaimana tradisi upah-upah dilakukan? Tradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Apa saja prinsip-prinsip pemilu di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017? Prinsip-prinsip pemilu di Indonesia adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh penyelenggara, peserta, dan pemilih pemilu agar pemilu berlangsung sesuai dengan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kedaulatan rakyat. Prinsip-prinsip pemilu di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
-
Di mana tradisi Cakak Pepadun dilakukan? Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat adat Pepadun yang berada di daerah Abung, Way Kanan, dan Way Seputih.
-
Apa itu tradisi upah-upah? Upah-upah merupakan tradisi yang berasal dari Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatra Utara.
Praktik kebiri kasim di China
Pengebirian kasim merupakan bagian dari tradisi di China kuno. Praktik ini dijalankan selama beberapa dinasti. Saat itu, pengebirian adalah syarat untuk mendapatkan pekerjaan di istana sebagai kasim. Sebab seorang kasim kadang bisa memperoleh kekuasaan yang besar di dalam istana. Dilansri Beijing Made Easy, Kasim mendapat kepercayaan besar dari kaisar karena kemungkinan besar mereka tidak akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti.
Dilansir China Underground, ada dua cara untuk melakukan pengebirian pada calon kasim. Teknik pertama adalah dengan melakukan proses kebiri saat seseorang sudah dewasa. Cara kedua adalah dengan melakukan kebiri saat calon kasim masih anak-anak. Area genital dijepit setidaknya tiga kali sehari hingga pertumbuhannya terhambat. Dengan cara ini, bocah lelaki yang dikebiri akan memiliki karakteristik feminin seperti suara kecil dan tidak adanya jakun.
Kebiri sukarela sekte Cybele
Yang satu ini lebih miris lagi, pasalnya para pengikut sekte Cybele dari masa Romawi kuno melakukan kebiri terhadap diri sendiri secara sukarela.
Menurut buku On Roman Time karya Salzman, setiap tanggal 24 Maret anggota sekte ini merayakan Dies sanguinis atau 'hari Darah'. Pada hari tersebut para pemuja Cybele dan Attis mempersembahkan darah mereka sendiri. Beberapa bahkan melakukan pengebirian terhadap diri sendiri. Praktik pengebirian ini umunya dilakukan oleh warga Galli.
Pada tahun 101 SM, pemerintah Romawi melarang praktik kebiri ini dan memerintahkan pengorbanan hewan sebagai gantinya.
Praktik kebiri naesi di Kerajaan Korea
Naesi, kasim dari Korea zaman kerajaan juga mengalami pengebirian. Pelayan anggota kerajaan dan pejabat negara ini mulai dikenal pada masa Dinasti Goryeo. Pada tahun 1392 ketika Dinasti Joseon berkuasa, para naesi berada dalam naungan satu departemen khusus dan terdiri dari dua tingkatan golongan, yaitu sangseon dan naegwan.
Menurut buku Children in Slavery Through the Ages, legenda mengatakan kalau proses kebiri para naesi dilakukan dengan cara meruapi alat kelamin anak laki-laki dengan kotoran manusia dan menyuruh anjing untuk menggigitnya.
Pada masa Dinasti Yuan, kasim menjadi komoditas yang diinginkan untuk upeti, dan gigitan anjing digantikan dengan teknik bedah yang lebih canggih.
Kebiri sukarela sekte Skoptsy
Skoptsy merupakan sebuah sekte sekretif pada masa pemerintahan Tsar Rusia. Nama Skoptsy berasal dari istilah kuno Rusia 'skopets' yang berarti 'dia yang dikebiri'. Sekte ini dikenal karena praktik pengebirian secara sukarela yang dilakukan oleh anggota pria maupun wanita.
Orang-orang Skoptsy percaya bahwa setelah pengusiran dari Taman Eden, Adam dan Hawa memiliki bagian dari buah terlarang yang dicangkokkan ke tubuh mereka, yaitu testis dan payudara. Dengan penghapusan organ-organ seksual tersebut, mereka beranggapan kalau manusia akan terhindar dari dosa berupa nafsu.
Gerakan ini muncul pada akhir abad 18. Namun keberadaannya ditentang oleh pihak kerajaan dan kemudian pemerintah Uni Soviet. Setelah abad 20, gerakan sekte ini tak lagi terdengar.
Pengebirian kasim di Vietnam
Kerajaan Vietnam kuno mengadopsi sistem kasim dan teknik pengebirian dari China. Pada masa itu, satu-satunya pria yang boleh tinggal di istana adalah raja. Menurut Vietnam Heritage Magazine, para kasim bertugas sebagai pelayan untuk anggota keluarga kerajaan yang wanita. Mereka menjalankan aktivitas yang umum dilakukan pelayan wanita, yaitu memijat, memakaikan riasan, dan mempersiapkan para selir sebelum berhubungan badan dengan raja.
Para kasim diharuskan menjalani proses kebiri untuk mencegah kemungkinan perselingkuhan dengan salah satu wanita di istana. Proses pengebirian dilakukan dengan memotong seluruh alat kelamin, termasuk penis dan testikel dengan pisau tajam. Sebelumnya sang calon kasim diikat di atas meja dan alat kelaminnya disterilkan dengan air merica. Setelah dipotong, sebuah tabung kemudian dimasukkan ke dalam uretra untuk memungkinkan buang air kecil selama penyembuhan.
Tradisi pengebirian sekte Valesian
Sama seperti Skoptsy, Valesian adalah sekte yang menganjurkan pengebirian terhadap diri sendiri. Menurut buku A Brief History Of Castration karya Victor T. Chenney, sekte ini didirikan oleh Valesius, seorang filsuf Timur Tengah pada abad 2 Masehi.
Menurut buku Panarion Epiphanius, anggota sekte tidak diperbolehkan makan daging sampai mereka sudah dikebiri, karena mereka yang tidak dikebiri bisa terbangkitkan nafsu seksualnya setelah menyantap daging.
Selain melakukan praktik kebiri terhadap diri sendiri, sekte Valesian dikenal karena sering melakukan pengebirian paksa kepada para musafir yang lewat ke daerah mereka.
Itulah beberapa tradisi pengebirian yang sempat dipraktikkan di berbagai kebudayaan. Sekarang praktik ini sudah banyak ditinggalkan karena dianggap melanggar hak asasi manusia.
Castrato di gereja-gereja Eropa
Sampai abad 19, di Eropa masih terdapat praktik castratism pada anak-anak di bawah umur. Ini adalah praktik pengebirian terhadap para penyanyi pria saat mereka belum mencapai pubertas. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kualitas suara penyanyi. Pasalnya para musisi ini biasanya kesulitan untuk menyanyikan nada-nada tinggi begitu memasuki usia remaja.
Para penyanyi yang menjalani castratism disebut castrato. Castrato sering dijumpai sampai abad 18, karena pada masa itu wanita masih dilarang bernyanyi di gereja. Praktik ini mulai memudar pada awal abad 19. Menurut Alessandro Moreschi and the World of the Castrato, castrato terakhir yang suaranya didokumentasikan adalah Alessandro Moreschi. Dia bertugas sebagai penyanyi di paduan suara Kapel Sistina. Moreschi meninggal pada tahun 1922.
Jangan Lewatkan:
Ikuti Polling Setuju Atau Tidak Paedofil Dihukum Kebiri Kimia? Klik disini
Baca juga:
Ini alasan kenapa bendera setengah tiang jadi tanda berkabung
Tradisi tari caci, simbol ksatria di Manggarai NTT
Mengenal famadihana, tradisi karak jenazah di Madagaskar
Desember mendatang, Aceh punya kalender sendiri
Mengenal Lasing, tradisi mengilaukan gelang kuningan khas Suku Abui