Ini Nama 20 Daerah di Indonesia pada Zaman Belanda dan Kisahnya
Berikut ini sejumlah daerah di tanah air yang sempat menggunakan nama Belanda pada zaman penjajahan. Adakah kota Anda di antaranya?
Mungkin Anda masih ingat pelajaran sejarah tentang kota Jakarta yang dulunya sempat diberi nama Batavia. Saat menjadi koloni Belanda, kebanyakan daerah di Indonesia menggunakan nama Eropa. Bukan cuma Jakarta, daerah lain seperti Bogor, Ujung Kulon, dan Ambarawa pun dulunya menggunakan nama Belanda.
Berikut ini sejumlah daerah di tanah air yang sempat menggunakan nama Belanda pada zaman penjajahan. Adakah kota Anda di antaranya?
-
Bagaimana cara Ragnar berbagi pengalaman umrah nya? Ragnar Oratmangoen tidak ragu untuk berbagi pengalaman umrah yang ia jalani. Melalui akun Instagramnya, pemain FC Dender itu mengunggah foto dirinya di depan Ka'bah.
-
Bagaimana Ruwatan dijalankan? Dalam pelaksanaannya, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Salah satunya sajen. Sajen adalah makanan dan benda lain, seperti bunga, yang digunakan sebagai sarana komunikasi atau interaksi dengan makhluk tak kasat mata.
-
Kapan Reza Rahadian berangkat umroh? Reza Rahadian, aktor populer Indonesia yang dikenal lewat perannya dalam film "Siksa Kubur," baru-baru ini menjadi sorotan publik. Bersama sang manajer, Reza Rahadian diketahui tengah menjalani ibadah umrah di Tanah Suci sejak Selasa (23/4/2024).
-
Bagaimana Komaruddin Rachmat melakukan perjalanan jalan kaki? Selama 14 hari berjalan, dia melewati sejumlah kota di Yogyakarta, Jawa Tengah, sampai Jawa Barat. Selama itu pula, dia turut dikawal para motor rider dari yayasan kesehatan di Bekasi di setiap kota, untuk memastikan kondisinya, termasuk menyediakan ambulans untuk berjaga-jaga.
-
Apa yang dimaksud dengan walimatus safar umroh? Walimatus safar, yang secara harfiah berarti "perjamuan perjalanan," adalah sebuah acara atau pertemuan yang diadakan untuk memohon doa dan restu sebelum memulai perjalanan suci ke Tanah Suci Makkah.
-
Kapan Rest Area Kledung ramai dikunjungi? Saat musim panen, pengunjung bisa menyaksikan aktivitas para petani memetik daun teh.
1. Buitenzorg - Bogor, Jawa Barat
Pada zaman kolonial, Bogor dinamai Buitenzorg yang berarti 'tanpa kekhawatiran'. Bisa juga diartikan sebagai kota 'tanpa hambatan' atau 'tanpa kesibukan'. Saat itu, Bogor terdiri dari sembilan kampung yang dikelola di bawah satu pemerintahan. Wilayah ini juga menjadi lokasi tempat peristirihatan musim panas gubernur jendral Hindia Belanda.
2. Koetaradjasaat - Banda Aceh, NAD
©2021 Merdeka.com
Saat berpindah tangan dari Samudera Pasai ke Kesultanan Aceh, Banda Aceh diberi nama Kutaraja yang berarti 'kota milik raja'. Saat itu, kota tersebut sudah menjadi salah satu pusat perdagangan tersibuk di Asia Tenggara. Wilayah Kesultanan Aceh sendiri mencakup Samudera Pasai dan beberapa kerajaan lain di sekitarnya.
3. Daalen Gebergte - Tanah Gayo, NAD
©Creative Commons/Weirasi
Selanjutnya ada Daalen Gebergte yang ternyata adalah nama untuk Tanah Gayo di zaman kolonial. Nama ini merujuk pada G.C.E. van Daalen yang sempat menjabat sebagai gubernur militer di sana. Karir militer van Daalen cukup menimbulkan skandal. Dia diketahui bertanggungjawab atas genosida terhadap penduduk Tanah Gayo dan Alas, sehingga reputasinya di Belanda tercoreng. Karena kasus tersebut, van Daalen harus mengundurkan diri dari posisinya.
4. Arnhemia - Pancur Batu, Sumatera Utara
Pancur Batu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. Daerah ini merupakan jalan utama menuju ke Berastagi, Karo. Pada zaman Belanda, wilayah ini dikenal dengan nama Arnhemia dan terkenal berkat perkebunan tembakaunya.
5. Fort de Kock - Bukittinggi
©Pixabay/andriyutis
Ada dua daerah di Sumatera Barat yang dinamai seperti pejabat Belanda. Bukittinggi yang memiliki landmark benteng peninggalan Belanda dulunya bernama Fort de Kock. Benteng itu didirikan pada masa kepemimpinan Hendrik Merkus de Kock sebagai wakil gubernur jenderal Hindia Belanda.
6. Fort van der Capellen - Batusangkar
Selanjutnya ada Fort van der Capellen yang merupakan nama lama Batusangkar. Dinamai demikian, sebab di daerah itu berdiri benteng Fort van der Capellen. Sesuai dengan nama Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen, gubernur jenderal pertama yang memerintah Hindia Belanda setelah dikuasai Inggris selama beberapa tahun.
7. Emmahaven - Teluk Bayur, Sumatera Barat
©Creative Commons/Gombang
Teluk Bayur yang kini dikelola PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sempat beroperasi dengan nama Emmahaven atau Emma Haven. Nama tersebut terinspirasi dari ibunda Ratu Wilhelmina yang menguasai Belanda dan koloni-koloninya pada tahun 1888 saat pelabuhan dibangun.
8. Bencoolen - Bengkulu
Bencoolen adalah nama lama Bengkulu. Tadinya, ini adalah nama pos perdagangan yang dibangun EIC (East India Company) milik Inggris untuk ikut serta dalam perniagaan lada di Sumatra. Namun, kemudian EIC diusir oleh VOC dan Bencoolen pun dikuasai Belanda.
9. Oosthaven - Bandar Lampung
Pada zaman Belanda, kota Bandar Lampung sempat dinamai Oosthaven. Kata ini berarti 'pelabuhan timur'. Saat itu, Bandar Lampung termasuk Onder Afdeling Telokbetong yang terdiri dari ibukota Telokbetong dan wilayah di sekitarnya.
10. Sint-Nicolaas Punt - Merak, Banten
©Creative Commons/Coris
Saat berkuasa di nusantara, H.W. Deandels tak hanya memerintahkan pembangunan jalan Anyer-Panarukan. Dia juga memerintahkan pembangunan Pelabuhan Merak. Walaupun begitu, pembangunan pelabuhan yang dulu bernama Sint-Nicolaas Punt itu sempat mangkrak karena kehabisan dana.
Nama Sint-Nicolaas Punt sendiri berarti 'titik Santo Nikolas' yang menandakan pusat perdagangan. Sosok yang dimaksud adalah Santo Nikolas dari Myra yang kelak lebih dikenal sebagai Santa Claus. Sebelum dikenal sebagai Santa Claus, Nikolas dikenal sebagai santo pelindung para pelaut dan pedagang.
11. Jawa's Eerste Punt - Ujung Kulon, Banten
Pada masa lalu, kawasan Ujung Kulon diberi nama Jawa's Eerste Punt. Nama ini berarti 'titik pertama di Jawa'. Tidak beda jauh dengan artinya namanya yang sekarang, yaitu ujung barat tanah Jawa.
12. Verlaten Eiland - Pulau Sangiang, Banten
Pulau Sangiang adalah sebuah pulau kecil yang berada di Selat Sunda. Letaknya di antara Pulau Jawa dan Sumatra. Karena posisinya itulah, pada zaman Belanda pulau ini dinamai Verlaten Eiland yang berarti 'pulau terpencil'. Kabarnya, pulau kecil ini diberikan oleh raja Lampung kepada warganya pada abad 19.
13. Lang Eiland - Pulau Panjang, Banten
Ada Pulau Panjang yang masuk wilayah Jepara dan ada pula Pulau Panjang yang termasuk kawasan Kabupaten Serang, Banten. Pulau Panjang kepunyaan Banten dulunya bernama Lang Eiland. Artinya sendiri sama dengan nama Indonesianya, yaitu 'pulau panjang'.
14. Onrust Eiland - Pulau Kapal, DKI Jakarta
Pulau Kapal adalah sebuah pulau kecil di kawasan Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. Pulau ini juga dikenal dengan nama Onrust Eiland pada zaman Belanda. Ada dua teori terkait penamaan ini. Ada yang menyebut onrust berarti 'tak pernah beristirahat', merujuk pada pelabuhan di pulau ini yang ramai dikunjungi kapal-kapal dengan tujuan Batavia. Ada juga yang menyebut nama ini berasal dari salah satu penghuninya yang masih keturunan bangsawan, Baas Onrust Cornelis van der Walck.
15. Purmerend Eiland - Pulau Bidadari, DKI Jakarta
Bersebelahan dengan Pulau Kapal ada Pulau Bidadari yang juga dikenal dengan nama Purmerend Eiland pada zaman Belanda. Purmerend sendiri aslinya adalah nama sebuah wilayah administratif di Holandia Utara, Belanda.
16. Fort Willem I - Ambarawa, Jawa Tengah
Ambarawa dulunya bernama Fort Willem I. Pasalnya, di daerah ini didirikan Fort Willem I yang kini bernama Benteng Pendem Ambarawa. Pembangunan benteng di kawasan itu dimaksudkan untuk penyimpanan logistik militer. Pada masa VOC, Ambarawa merupakan titik strategis yang menghubungkan Semarang dan Surakarta. Willem I sendiri adalah penguasa pertama Kerajaan Belanda yang sebelumnya dikenal dengan nama Pangeran Oranye.
17. Amboina - Ambon, Maluku
©Creative Commons/Ilham097
Ambon sempat berganti nama beberapa kali, karena wilayah ini pernah diduduki Portugis, Inggris, hingga Belanda. Pada zaman kolonial Portugis, Ambon yang masih belum berkembang pesat menjadi sebuah kota dibangun benteng dan diberi nama Nossa Senhora de Anunciada. Inilah cikal bakal Ambon. Selanjutnya, benteng Nossa Senhora de Anunciada diambil alih Belanda dan diberi nama baru, Nieuw Victoria. Lalu pemukiman di sekitar benteng ini juga sempat bernama Amboina.
Cukup sulit menelusuri sejarah nama Amboina yang dulu sempat dipakai Ambon. Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, Amboina berasal dari kata ombong yang berasal dari kata embun. Pasalnya, daerah itu memang kerap tertutup embun.
18. Carstensz-Pyramid - Puncak Jaya, Papua
Puncak Jaya dulunya bernama Nemangkawi. Nama Carstensz berasal dari Jan Carstenszoon, seorang penjelajah dari Belanda. Carstenszoon adalah orang Eropa pertama yang menyaksikan puncak bersalju di sana pada tahun 1623. Karena saat itu dianggap tak mungkin gunung di dekat garis khatulistiwa bisa berselimut salju, pengakuan Carstenszoon soal Puncak Jaya dianggap bualan sampai dua abad kemudian.
19. Wilhelmina-Top - Puncak Trikora, Papua
©Creative Commons/Christian Stangl
Gunung tertinggi ketiga di Indonesia punya banyak nama. Warga setempat menyebutnya Ettiakup. Para pendaki mengenalnya dengan nama Puncak Trikora. Sementara di zaman Belanda, gunung tersebut dinamai Wilhelmina-Top.
Nama Wilhelmina diambil dari Ratu Wilhelmina yang menguasai Kerajaan Belanda. Nama tersebut digunakan sejak tahun 1905 hingga 1963 ketika Indonesia mengambil alih Papua Barat.
20. Batavia - Jakarta
Batavia yang kini bernama Jakarta adalah ibu kota Hindia Belanda. Kota ini didirikan di wilayah pelabuhan Jayakarta yang dikuasai Kesultanan Banten sebelum direbut Belanda.
J.P. Coen ingin menamai Jakarta sebagai Nieuwe Hollandia, namun De Heeren Zeventien di Belanda memutuskan untuk menamakan kota ini menjadi Batavia. Batavia sendiri merujuk pada nenek moyang bangsa Belanda, etnis Jermanik yang hidup di tepi Sungai Rhein pada masa Romawi.
(mdk/tsr)