Menyentuh langsung tradisi kampung tradisional Desa Takpala
Desa Takpala bisa menjadi tujuan sempurna untuk Anda yang ingin menyentuh langsung desa tradisional di Indonesia Timur.
Indonesia memiliki beragam suku dan budaya yang unik di masing-masing daerah, salah satunya adalah suku Abui di desa Takpala. Desa Takpala masih merupakan bagian dari Kabupaten Alor. Karena masih merupakan desa tradisional, rumah tempat tinggal di desa ini juga tetap berupa rumah adat berbentuk limas berdinding kayu dan beratap ilalang serta disangga dengan 6 kayu (lopo) yang tertata dengan baik.
Ada dua jenis rumah lopo, yakni kolwat yang terbuka untuk umum termasuk anak-anak dan perempuan serta kanuruat yang hanya boleh dimasuki oleh kalangan tertentu saja. Selain lopo, ada juga rumah adat yang disebut fala foka. Fala foka adalah bangunan bertingkat empat yang dihuni hingga 13 kepala keluarga.
Masing-masing tingkat di rumah fala foka memiliki fungsi tersendiri. Lantai 1 untuk berkumpul dan menerima tamu, lantai 2 untuk tidur dan memasak, lantai 3 untuk menyimpan bahan pangan seperti jagung dan hasil bumi lainnya, dan lantai 4 untuk menyimpan barang adapt seperti moko, gong, senjata, dan lainnya.
Kata Takpala berasal dari kata tak yang berarti ada batasnya dan kata pala yang artinya kayu. Takpala kemudian diartikan sebagai kayu pembatas, tapi ada juga yang mendefinisikan takpala sebagai kayu pemukul.
Sejak tahun 1983 Kampung Takpala ditetapkan sebagai salah satu tujuan wisata di Pulau Alor oleh Dinas Pariwisata Alor. Namun, nama desa Takpala sendiri sudah mencuat sebagai daftar kunjungan wisatawan asal Eropa sejak tahun 1973 ketika seorang turis asal Belanda memamerkan foto-foto warga kampung ini. Daya tariknya sebagai desa tradisional juga membuat Takpala menduduki urutan kedua tingkat Nasional sebagai desa paling tradisional.
Terdapat beragam suku yang tinggal di pulau Alor. Namun suku Abui yang biasa disebut Tak Abui (gunung besar) adalah suku terbesar yang mendiami Pulau Alor. Di kampung Takpala hanya terdapat puluhan suku Abui, akan tetapi keturunan asli penduduk kampung ini sebenarnya sudah mencapai ribuan orang dan telah tersebar.
Dengan kehidupan suku Abui yang memanfaatkan hasil hutan dengan berladang dan berburu, siang hari menjadi waktu yang sibuk bagi mereka. Karena itulah kampung terlihat sepi saat siang hari. Hasil dari mereka berburu dan berladang dipakai untuk konsumsi sehari-hari dan dijual ke pasar. Makanan pokok suku Abui umumnya adalah singkong dan jagung. Kesederhanaan inilah yang membuat kehidupan masyarakat suku Abui begitu bersahaja dan ramah terhadap para pengunjung.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Bagaimana desa wisata ini dikelola? “Konsep pengembangan desa wisata di Kaduela dikelola secara mandiri dan melibatkan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai kunci keberhasilan,” terang Iim
-
Bagaimana Wisata Halal di Indonesia dipromosikan? Kemenparekraf mulai mengembangkan konsep wisata halal di sejumlah daerah di Indonesia.
-
Kenapa Desa Wisata Ketapanrame memiliki daya tarik wisatawan? Kekayaan alam dan budaya yang terjaga menjadi daya tarik wisatawan.
-
Bagaimana Sido Muncul mempromosikan pariwisata Indonesia melalui iklan video musik Tolak Angin? Dalam iklan video musik itu, Sido Muncul menampilkan sejumlah tempat wisata yang indah, seperti Pantai PAAL yang berada di Desa Marinsow, Batu Dinding Kilo Tiga di Amurang, Bukit Larata di Desa Kinunang, Taman Nasional Bunaken, Pulau Nain, serta Tarian khas Sulawesi Utara yaitu Tari Kabasaran.
-
Apa yang diresmikan oleh Kemenparekraf di Desa Wisata Jerowaru? Ekowisata Bale Mangrove adalah bukti nyata kolaboraksi yang kuat dari keberlanjutan program Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 di Desa Wisata Jerowaru,” kata dia.
Mau berkunjung ke Takpala? Baca di sini dulu, ya.