Cerita Burung Beo Soeharto yang Menolak Ucapkan Habibie
Di tengah kesibukannya mengurus urusan negara, Soeharto masih menyempatkan diri melakukan hobinya, seperti memelihara hewan, tanaman, dan mengoleksi motor.
Soeharto, Presiden kedua RI memiliki hewan peliharaan kesayangannya yaitu burung beo. Burung beo peliharaan Pak Harto merupakan burung yang pandai menirukan suara manusia.
Di tengah kesibukannya mengurus urusan negara, Soeharto masih menyempatkan diri melakukan hobinya, seperti memelihara hewan, tanaman, dan mengoleksi motor.
-
Bagaimana Soeharto menghadapi serangan hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto. Meski sering diserang hoaks, Presiden Soeharto memilih berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditambah dengan senyum dan canda tawa.
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Apa yang disita Bea Cukai Soekarno Hatta? Puluhan kilogram sisik tenggiling yang digagalkan itu dikemas dalam lima paket, yang diperkirakan nilainya mencapai Rp3 miliar. Paket itu dengan pemberitahuan cassava chips dan saat diperiksa didapati keripik singkong bercampur sisik tenggiling yang telah dikeringkan," tegas Kepala Kantor Bea Cukai Soekarno Hatta, Gatot Sugeng Wibowo, Rabu (20/12).
-
Kapan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung? Menjelang Perang Pasifik pecah, Sersan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung sebagai pasukan cadangan.
Termasuk burung beo yang dipelihara di halaman belakang rumahnya di Cendana.
Soeharto bahkan menyempatkan waktu untuk menengok burung beo kesayangannya kala mengisi waktu liburnya di kediaman Jalan Cendana pada hari Minggu, 14 Desember 1997.
“Pak Harto mengenakan baju piyama berwarna putih dan sarung, memeriksa satu per satu hewan peliharaan, antara lain seekor burung beo yang bisa menyebut nama Pak Harto,” tulis surat kabar Merdeka pada 15 Desember 1997.Burung beo yang pandai menirukan suara manusia itu juga pintar menirukan suara sang pemiliknya.
Ketika Pak Harto mengucapkan “Assalamualaikum”, burung beo juga menirukannya dengan mengucapkan “Assalamualaikum”. Ketika Pak Harto mengucapkan “Selamat pagi”, si beo juga membalas “Selamat pagi”.
Bahkan, si beo sering menyebut “Pak Presiden Soeharto”.Cerita tentang Pak Harto dan burung beonya juga disampaikan oleh sang ajudan, Mayor Jenderal TNI Issantoso.
- Saat Soeharto Merasa Masa Depannya Gelap dan Memilih Jadi Tentara Belanda
- Mengenang Petisi 50, Surat Protes Kepada Presiden Soeharto yang Ditandatangani 50 Tokoh di Indonesia
- Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024
- Cerita Soeharto Menikahi Ibu Tien di Bawah Bayang-Bayang Serangan Udara Belanda di Solo
Kesaksian Ajudan
Dalam buku Pak Harto: The Untold Story, Issantoso, yang menjabat sebagai ajudan Presiden Soeharto pada periode 1995-1998, membagikan kisah menarik tentang burung beo kesayangan Pak Harto.
Menurut Issantoso, burung tersebut konon merupakan pemberian dari salah satu teman Pak Harto.Issantoso bercerita bahwa burung beo itu selain bisa mengucapkan Assalamualaikum, beo itu juga bisa melafalkan teks Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
“Setiap kali Pak Harto melintas, beo itu akan berteriak nyaring, ‘Bapak Soeharto, Presiden Republik Indonesia’” ujar Issantoso.
Issanton juga menceritakan interaksi Soeharto dan burung beo setelah Soeharto turun dari kepemimpinannya. Suatu hari, Pak Harto mendekati sang burung beo itu.
Sang beo pun langsung berceloteh khasnya, “Bapak Soeharto, Presiden Republik Indonesia. ”Lantas, Soeharto mengatakan “Habibie,” mencoba memperbaiki ocehan burung itu, mengacu pada penggantinya sebagai presiden.
Tetapi beo itu kembali berteriak, “Bapak Soeharto, Presiden Republik Indonesia.“Habibie,” kata Soeharto lagi membetulkan.Namun, beo itu masih saja tidak merubah ocehannya.
Hingga akhirnya Pak Harto meninggalkan sangkar beo tersebut, sambil bergumam: "Hmmmm... Dasar beo!" Begitu kenang Issantoso.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti