Gedung Societeit de Harmonie, Tempat Sosialita Belanda Cari Jodoh Kini Jadi Lahan Parkir di Jakarta
Gedung tersebut merupakan tempat sosialita orang-orang Belanda. Sayangnya, kini gedung tersebut sudah dihancurkan untuk dijadikan lahan parkir.
Kawasan Harmoni yang kita kenal saat ini memiliki sejarah dari nama sebuah gedung yang berdiri pada masa Kolonial Belanda, yakni Gedung Societeit de Harmonie.
Gedung tersebut merupakan tempat sosialita orang-orang Belanda. Sayangnya, kini gedung tersebut sudah dihancurkan untuk dijadikan lahan parkir.
- Mirip di Eropa, Begini Suasana Bandung Tahun 1920-an
- Tak Tempati Rumah Dinas di IKN dan Jakarta, Di Mana Gibran akan Tinggal Setelah jadi Wapres?
- Dikelilingi Gedung Bertingkat, Begini Kisah Gedung Candra Naya di Pecinan Jakarta Barat yang Legendaris Sejak 1807
- Pernah Lihat Atap Gedung Bertuliskan Allah di Jalan Simatupang Jaksel? Ternyata ini Isi di Dalamnya
Jakarta yang sekarang menjadi pusat pemerintahan dan bisnis, sudah merupakan kota penting sejak abad ke-19 ketika masih dikenal sebagai Batavia.
Pada pertengahan hingga akhir abad ke-19, pusat sosial Batavia dan kawasan perbelanjaan elit bagi warga Eropa berada di Rijswijk, Noordwijk, dan Rijswijkstraat (sekarang Jl. Veteran, Jl. Juanda, dan Jl. Majapahit).
Kawasan elit ini semakin berkembang dengan pembukaan gedung Societeit de Harmonie di sudut Rijswijk dan Rijswijkstraat pada tahun 1815. Saat ini, kawasan itu disebut Harmoni. Nama tersebut berasal dari gedung Societeit de Harmonie.
Gedung tersebut merupakan tempat berkumpul dan berpesta kaum sosialita Belanda.
“Di situ mereka sering berkumpul, beramah-tamah, termasuk cari jodoh. Gedungnya besar berarsitektur Belanda. Di gedung Harmonie sering terjadi keributan karena mereka berpesta dan berdansa sambil minum-minuman keras” tulis Zaenuddin HM dalam 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe.
Bisa Tampung 2.000 Orang
Pembangunan gedung tersebut diprakarsai oleh Gubernur Jenderal Reinier de Klerk pada tahun 1776 dan mulai dibangun pada tahun 1810. Pada masa pemerintahan Daendels pada tahun 1810, kawasan Harmonie, termasuk benteng Rijswijk, mulai dibenahi.
Daendels menugaskan Mayor Schultze, yang juga merancang istana di Lapangan Banteng, untuk mendesain gedung perkumpulan di Rijswijk (Jl. Veteran).
Awalnya, klub ini berlokasi di Jalan Pintu Besar Selatan, namun karena area tersebut semakin kotor, Daendels memindahkan gedung tersebut ke sudut Jalan Veteran dan Majapahit.
Raffles melanjutkan pembangunan dan meresmikan gedung tersebut pada 18 Januari 1815 sebagai penghormatan terhadap ulang tahun Ratu Charlotte, istri Raja Inggris George III.
Gedung ini mampu menampung 2.000 orang, memiliki ruangan luas dengan lantai marmer, tiang-tiang tinggi, lampu kristal, cermin besar di dinding, serta patung-patung perunggu.
Di dalamnya juga terdapat ruang baca dan ruang biliar. Gedung sosialita warga Batavia ini dicat putih, dengan beranda utama yang dihiasi deretan pilar Tuscan dan terdapat tulisan ‘Harmonie’.
Dibongkar Jadi Lahan Parkir
Gedung ini diberi julukan “Rumah Bola” oleh para pribumi. Societeit de Harmonie menjadi tempat pertemuan para sosialita Eropa di Batavia. Di sini, mereka berkumpul, berbincang sambil menikmati teh, minum alkohol, bermain kartu, biliar, dan menggelar pesta.
Societeit de Harmonie sangat populer pada masa itu, karena hanya orang Eropa dari kelas atas, pejabat, pengusaha, dan priyayi yang dapat menjadi anggota eksklusifnya.
Sayangnya, pada Maret tahun 1985, Pemerintah Daerah DKI Jakarta memutuskan untuk membongkar gedung bersejarah tersebut.
Pembongkaran gedung ini menimbulkan kontroversi karena lahannya digunakan untuk memperluas area parkir Kantor Sekretariat Negara dan pelebaran Jalan Majapahit.
Jejak sejarah dan gambar masa lalu gedung mewah dari abad ke-19 ini kini sulit ditemukan.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti