Nyaris semua konflik di dunia melibatkan senapan yang dibeli dari Sam Cummings.
Penampilannya tak berbeda dengan pengusaha lainnya. Berjas hitam konvensional dengan dasi dan kemeja putih. Gayanya ramah dan selalu berbicara sopan. Jika bepergian, dia akan naik pesawat kelas ekonomi. Sosok Sam Cummings tak menarik perhatian. Kecuali saat orang mendengar apa yang dijual oleh pria asal Philadelphia itu. Dialah penjual senjata ringan terbesar di dunia. Sam Cummings berbisnis senjata dengan orang Libya, Pakistan, Amerika Latin, Irlandia, Kuba, Lebanon, Jordania, Filipina, Kenya, Israel dan entah ke mana lagi. Nyaris semua konflik di dunia melibatkan senapan yang dibeli darinya.
ujar Anthony Sampson penulis Buku Arms Bazaar yang diterbitkan tahun 1975.
Pada usia 26 tahun, Sam sudah mendirikan perusahaannya sendiri; International Armament Corporation yang berpusat di Amerika dan Inggris. Di tahun 1950an, bisnis senjata ringannya tumbuh dengan sangat pesat. Pada masa itu, terjadi surplus senjata eks Perang Dunia II dan negara-negara Eropa terus memproduksi senjata karena ketegangan selama perang dingin. Di sisi lain, selalu muncul pemberontakan, kudeta, dan peperangan lokal yang semua membutuhkan senjata.
âCummings menjadi seorang pialang senjata yang ulung,â tulis Anthony Sampson.
Sampson menulis tahun 1954 saat pecah revolusi sayap kanan di Guatemala, Cummings menyuplai mereka dengan senapan Garand buatan Amerika yang dibelinya dari Inggris. Di Republik Dominika, dia menyuplai senapan mesin dan jet tempur Vampire yang dibelinya dari Swedia. Di Kuba dia menjual senjata kepada pasukan Fidel Castro, sekaligus kelompok pemberontak yang ingin melawan Castro. Begitu juga di Costa Rica pada tahun 1955, kedua belah pihak yang bertempur sama-sama menggunakan senjata darinya.
Konflik Timur Tengah yang berkepanjangan pun membawa keuntungan buat Cummings. Setelah krisis Terusan Suez tahun 1956, Cummings memborong senjata buatan Rusia yang digunakan oleh Mesir. Tak kurang dari 2.000 senjata ringan eks tentara Mesir yang dirampas oleh Israel itu dibeli oleh Cummings. Dia juga membeli satu juta pucuk senapan Lee Enfield buatan Inggris yang kemudian dimodifikasi sebagai senapan olahraga menembak dan dijual ke Amerika Serikat. Sisanya dijualnya ke Pakistan dan Kenya.
Di gudang senjata milik perusahaannya yang terletak di Manchester, Inggris, tak kurang dari 300.000 senjata tersusun di gedung enam lantai. Semua siap dikirimkan ke negara atau kelompok yang membutuhkannya. Di tahun 1970an, perusahaan International Armament Corporation menguasai setidaknya 90 persen perdagangan senjata ringan dunia. Cummings senang mengajak tamunya berkeliling. Dia akan menjelaskan asal usul senjata itu, yang telah melewati banyak konflik berdarah di berbagai dunia.
âAda senapan Lee Enfield yang dirampas Tentara Jepang saat Perang di Indo China, kemudian direbut kembali oleh AS dan digunakan dalam perang Vietnam, sebelum dibeli oleh Cummings.â Ada pula Mauser yang dibawa oleh Jenderal Chiang Kai Sek saat meninggalkan China daratan ke Taiwan karena kalah melawan Tentara Merah. Atau ME-42 yang ditinggalkan Hitler di Yunani, dan kemudian jatuh ke tangan Israel. Yang paling baru adalah M-16 buatan AS yang diperoleh dari militer Chili.
Senjata ringan, memiliki usia pakai yang lebih panjang daripada jet tempur atau peralatan perang modern lainnya yang selalu akan terdesak oleh teknologi yang lebih baru. Senjata ini lebih murah dan lebih mudah untuk dijual. Tentu saja bisnis ini mendatangkan keuntungan luar biasa untuk Sam Cummings. Dia tinggal di apartemen mewah di Monte Carlo dengan istrinya, seorang wanita berkebangsaan Swiss, Dari sana dia mengatur kerajaan bisnis senjata miliknya.
Namun sejatinya, walau terlihat besar, bisnis senjata ringan ini hanya menempati porsi lima persen dari seluruh pasaran senjata dunia. Nilai kontrak pabrik jet tempur seperti Lockheed, Dassault dan yang lainnya, jauh melebihi nilai seluruh aset miliknya. âPenjualan kami setiap tahun tidak pernah lebih dari 100 juta dollar (di tahun 1970an). Jumlah itu lebih kecil dibanding dengan harga satu skadron pesawat tempur,â aku Cummings.
Hingga hari ini konflik bersenjata masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kebutuhan akan senjata masih terus terjadi. Inilah keuntungan buat para pedagang senjata. Seperti yang dikatakan Cummings. Pabrik dan bisnisnya terbentuk karena sifat dasar manusia.
Amerika Serikat membantu negara-negara Arab dengan senjata. Tapi diam-diam membantu Israel dengan kucuran uang.
Konflik panas Iran vs Israel memantik beragam perhatian dari beberapa negara yang masuk dalam sekutu keduanya.
Pertamina pun telah mengamankan stok suplai migas, baik dari produksi dalam negeri maupun negara luar.
Keuntungan ini bersumber dari perang Ukraina-Rusia yang masih berlangsung hingga saat ini.
Israel Sebut Hamas Pakai Senjata dari Negara Asia Ini
Suku Indian Amerika Nyatakan Dukung Palestina, Serukan Gencatan Senjata dan Bantuan Kemanusiaan
Serangan bom terjadi ketika banyak orang berkumpul untuk memperingati empat tahun kematian Qassim Sulaimani, yang dibunuh Amerika Serikat di Irak.
Amerika Serikat (AS) menetapkan tindakan Israel tersebut pelanggaran HAM berat.
Perusahaan senjata di bawah Kementerian Pertahanan India menyetujui ekspor senjata ke Israel.
Aksi boikot berimbas pada anjloknya bisnis beberapa perusahaan multinasional di Asia Tenggara.
Amerika Serikat Masih menjadi negara digdaya dengan kekuatan militer di peringkat pertama.
Perusahaan tersebut merupakan peserta pameran pertahanan Defence Service Asia (DSA) yang berlangsung di Kuala Lumpur.