Kisah Agen CIA Merampok Bank di Surabaya
Alasan Verrips merampok Javasche Bank adalah karena ia agen CIA yang ditunjuk untuk mengamankan sumber uang Indonesia.
Pada tahun 1950, De Javasche Bank Cabang Surabaya menjadi sasaran perampokan. Pelaku utama dalam perampokan tersebut adalah Werner Verrips, yang disebut-sebut sebagai agen Central Intelligence Agency (CIA).
Werner Verrips beserta rekan-rekannya merampok De Javasche Bank di Surabaya pada 20 Desember 1950. Mereka berhasil merampok sebesar Rp4 juta, yang pada saat itu merupakan nominal yang besar.
- Ditangkap, Perampok Agen Bank Pelat Merah yang Kenakan Seragam Polantas Ternyata Satpam
- Curi Uang Rp1,3 Miliar dari Rekening Diblokir, Eks Karyawan Bank Jago Ditangkap Polisi
- Tak Dapat Uang Baru dan Masyarakat Setrika Uang Lama, Bank Indonesia Beri Respons Begini
- Antisipasi agar Utang Tetap Dibayar, Petugas Bank Ini Buat Sumpah Nasabah Sebelum Pinjamkan Uang
J. Spruyt dalam Indonesia, an Alternative History of the Timeless Islands, menulis bahwa rekan-rekan yang membantu Werner dalam perampokan tersebut adalah: Frank C. Starr, agen CIA; Paul Spies, orang Belanda, sekaligus agen CIA dan direktur Javasche Bank Jakarta; Van Harn, tangan kanan Werner Verrips; dan orang Belanda yang bekerja di Galangan Kapal Angkatan Laut Surabaya.
Alasan Verrips merampok Javasche Bank adalah karena ia agen CIA yang ditunjuk untuk mengamankan sumber uang Indonesia, dan ia memilih Javasche Bank karena itu adalah bank milik Belanda yang akan dinasionalisasikan dan dijadikan sebagai bank sirkulasi.
Ketika sudah berhasil merampok, uang tersebut dimasukkan ke dalam jerigen yang diserahkan ke salah satu komplotan mereka yang tinggal di area sekitar Galangan Kapal Angkatan Laut Surabaya.
Untuk Apa Uangnya?
Rencananya, uang itu akan dibawa keluar dari Indonesia, namun rencana tersebut gagal.
Menurut Willem Oltmans dalam Di Balik Keterlibatan CIA: Bung Karno Dikhianati? rencana Verrips berhasil digagalkan oleh Sutikno Lukitodisastro, petinggi polisi militer yang berhasil menangkap Verrips dan Van Harn dan dipenjarakan.
Namun, tak lama kemudian Verrips menghilang dari penjara. Sedangkan Van Harn menjalani hukuman penjara empat tahun. Verrips kemudian diketahui berada di Belanda, negara asalnya.
Sekitar bulan Oktober 1964, Oltmans menerima telepon dari Kolonel Sutikno, yang menyampaikan bahwa Mayjen S Parman, ingin bertemu dengannya. Mereka bertemu di Hotel Hilton di Madison Avenue, New York, pada 18 Oktober 1964.
Dalam pertemuan tersebut, Parman mengaku ia dan Werner Verrips sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. Dalam pertemuan itu pula S. Parman meminta bantuan Oltmans agar dapat bertemu dengan Verrips.
Tewas Kecelakaan Mobil
Oltmans berhasil mendapat nomor telepon Verrips melalui istrinya, Anneke, dan kemudian memberikan nomor tersebut kepada Parman. Mereka bahkan sepakat untuk bertemu di Belanda atau London, Inggris.
Namun, beberapa hari setelah itu, Oltmans menerima telepon dari Verrips yang terdengar ketakutan dan mengatakan, "Mereka mengejar saya, saya akan dibunuh.
"Pada 4 Desember 1965, Verrips ditemukan tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. Ketika polisi tiba di lokasi kecelakaan, di jalan raya Sassenheim, Zuid Holland, Belanda, mereka menemukan Verrips sudah meninggal di tempat dengan luka-luka mengenaskan dan kondisi mobil yang hancur parah.
Keluarga Verrips merasa curiga terhadap kematiannya yang dianggap misterius. Istrinya, Anneke, mencurigai adanya keterlibatan pihak intelijen Indonesia, karena beberapa minggu setelah permintaan Parman untuk bertemu dengan suaminya, Verrips meninggal secara mendadak.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti