Kisah Polisi Jujur, Jenderal Hoegeng dan Ketegangan dengan Soeharto
“Di negara ini hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng,” kata Gus Dur.
Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santoso dikenal sebagai polisi yang jujur dan anti korupsi.Bahkan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden ke-4 Indonesia pernah menobatkan Hoegeng sebagai satu-satunya polisi baik.
“Di negara ini hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng,” kata Gus Dur.
- Jejak Jenderal Gagah Senior, Pernah Jadi Ajudan Presiden Soeharto Kini Penasihat Khusus Prabowo
- Polisi di Garut Dianiaya Sopir Angkot, Begini Kronologinya
- Mengenal Sosok Arief Sulistyanto, Pensiunan Jenderal Eks Penyidik Kasus Munir yang Jadi Komisaris Baru ASABRI
- Kisah Titiek Soeharto, Pernah Minta Maaf Atas Nama Soeharto
Bagaimana kisah Hoegeng?
Hoegeng pernah bekerja di luar kepolisian dan sebelum dilantik menjadi Kapolri, saat itu Hoegeng tengah bertugas sebagai menteri. Tak lama menjadi menteri, Hoegeng dipanggil oleh Kapolri Soetjipto Joedodihardjo.
Soetjipto ingin menyerahkan posisi Kapolri kepada Hoegeng, karena situasi internal kepolisian saat itu tidak kondusif. Banyak perwira tinggi merasa tidak puas dengan kebijakan Soetjipto yang dianggap kurang tegas.
Soetjipto kemudian menyampaikan niat pengunduran dirinya kepada Hoegeng, didukung oleh para deputi yang sepakat mengusulkan Hoegeng sebagai penggantinya.
Presiden Soekarno dan Jenderal Soeharto menyetujui usulan tersebut, namun Soeharto menginginkan Tengku Azis sebagai Wakil Kapolri.Sejak awal sudah terjadi perseteruan antara Hoegeng dan Soeharto.
Perseteruan antara Hoegeng dan Soeharto dimulai ketika Soeharto meminta polisi hanya fokus pada tugas kepolisian dan tidak terlibat dalam urusan angkatan lain, termasuk peperangan.
Hoegeng Dipecat
Hoegeng menanggapi dengan tegas, meminta agar angkatan lain juga tidak mencampuri tugas kepolisian. Masih ada sisa dua tahun Hoegeng menjabat namun ia diberhentikan.
Hoegeng menyebutkan, pengungkapan kasus penyelundupan mobil mewah oleh Robby Tjahjadi pada tahun 1969 adalah salah satu alasan di balik pemberhentiannya sebagai Kapolri.
Dalam buku otobiografinya, Polisi Idaman dan Kenyataan, Hoegeng mengatakan “Diisukan bahwa kasus penyelundupan Robby Tjahjadi merupakan salah satu alasan mengapa saya tak disukai atau dipecat sebagai Kapolri,".
Kasus Robby Tjahjadi diduga ada keterlibatan kroni keluarga Cendana. Selain itu, kasus Sum Kuning yang pelakunya diduga seorang anak pahlawan revolusi dan anak pejabat.
Hoegeng polisi yang jujur siap mengungkapkan kasus-kasus ini sampai tuntas, namun sayangnya malah diberhentikan agar tidak terlibat terlalu jauh.
Bertemu Soeharto
Hoegeng tidak menerima penjelasan dari atasannya, Menhankam/Pangab Jenderal TNI Maraden Panggabean, mengenai alasan percepatan masa jabatannya sebagai Kapolri.
Alasan penyegaran pun tidak benar karena nyatanya pengganti Hoegeng adalah Jenderal M. Hasan yang lebih tua satu tahun darinya.
Hoegeng kemudian menyimpulkan bahwa pemberhentiannya semata-mata merupakan kebijakan Presiden Soeharto.Hoegeng pun menghadap Soeharto untuk menanyakan alasan pemberhentiannya.
Alih-alih menjawab, Soeharto justru bertanya, “Bagaimana, Mas, mengenai dubes itu?”Hoegeng ditawari posisi sebagai duta besar di Belgia, sebuah cara yang umum digunakan untuk membuang orang-orang kritis di masa Orde Baru.
Hoegeng menolak tawaran tersebut dan berkata, "Kalau begitu, saya lebih baik keluar saja,” katanya.
Reporter Magang: Yulisha Kirani