Saburo Sakai, Kisah Malaikat Maut yang Baik Hati di Dalam Kokpit Zero
Sakai menjatuhkan 28 pesawat musuh. Namun dia mengklaim ada 64 pesawat pemburu maupun pengebom milik sekutu dijatuhkannya selama perang.
Penulis: Arsya Muhammad
Siapa pilot Jepang yang memegang rekor paling banyak menjatuhkan pesawat tempur lawan selama Perang Dunia II? Dialah Saburo Sakai dengan Mitsubishi A6M2 Zero miliknya.
Versi resmi, Sakai menjatuhkan 28 pesawat musuh. Namun dia mengklaim ada 64 pesawat pemburu maupun pengebom milik sekutu dijatuhkannya selama perang.
Saburo Sakai lahir tahun 1916 di Prefektur Saga, Jepang. Keluarganya merupakan keturunan samurai yang menyambung hidup dengan bertani. Kehidupan makin berat saat ayah Saburo Sakai meninggal dunia.
Pada usia 16 tahun, Sakai bergabung dengan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang sebagai operator meriam. Dia kemudian mengikuti pendidikan penerbang tempur dan lulus dengan nilai memuaskan.
Pengalaman terbang tempur pertamanya dialami saat perang Jepang-China tahun 1939. Sakai mulai menunjukkan kelasnya. Dengan pesawat Mitsubishi A5M dia menembak jatuh sebuah pesawat pembom Ilyushin DB3 milik China.
-
Apa yang menjadi ciri khas kehidupan suku Sakai? Hidup Nomaden dan Bergantung Pada Alam, Ini Fakta Menarik Suku Sakai dari Pedalaman Riau Salah satu suku di Indonesia yang mendiami hutan pedalaman Riau ini hidup bergantung pada alam dan pola kehidupannya yang masih bepindah-pindah.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Bagaimana Taiki mengatasi kesulitan membuat tempe di Jepang? Namun hal yang tak mengenakan pun terjadi. Jepang sebagai negara 4 musim membuat proses pembuatan tempe semakin sulit. Tak berhenti dari situ, dia mulai berpikir cara agar tempe yang dibuat berhasil.
-
Apa yang menjadikan masakan Jepang begitu disukai? Masakan Jepang disukai banyak orang, karena kebanyakan memiliki rasa sederhana, tapi lezat.
-
Apa yang ditemukan para nelayan Jepang di Samudra Pasifik? Para nelayan Jepang kaget menemukan bangkai ikan misterius di kedalaman Samudra Pasifik. Setelah berhasil ditangkap, makhluk sebesar 9 meter dan berat hampir 2 ton itu kembali dibuang ke lautan karena mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat.
-
Bagaimana Balai Yasa Pengok di era Jepang? Pada tahun 1942, pemerintahan Jepang sempat mengambil alih Balai Yasa Pengok, tugasnya pun masih sama yaitu melaksanakan perawatan berat rangkaian gerbong kereta api maupun lokomotifnya.
Prestasi itu membuat Sakai kemudian dipercaya untuk menerbangkan Mitsubishi A6M2 Zero. Pesawat terbaik yang saat itu dimiliki Angkatan Laut Jepang. Pesawat ini menjadi hantu menakutkan bagi para pilot sekutu di palagan Pasifik.
“Manuver Zero sungguh luar biasa. Dalam pertempuran udara, jika Zero sudah berada di belakang pesawat lawan, apa pun yang mereka lakukan, tetap tak akan bisa menghindar dari sergapan kami,” kata Sakai dalam sebuah wawancara tahun 1975.
Saat Perang Pasifik pecah, Sakai dan Skadron Tainan Kokutai bertempur di langit Filipina melawan pesawat tempur AS. Dalam pertempuran di atas pangkalan udara Clark, Sakai menembak jatuh pesawat P-40. Beberapa hari kemudian dia merontokkan sebuah pesawat pembom B-17 yang dijuluki Benteng Terbang.
Kemanusiaan di Udara
Sakai dan Skadronnya terus menjatuhkan puluhan pesawat musuh. Di dalam kokpit pesawat zero miliknya, Sakai bak malaikat maut pencabut nyawa di udara.
Walau menakutkan di atas kokpit, Sakai bukanlah orang yang kejam. Dia menghindari menembak pesawat sipil dan tidak bersenjata.
Cerita ini terjadi tahun 1942, saat itu Sakai dipindahkan ke Pulau Tarakan di Kalimantan dan bertempur di Hindia Belanda. Komando tinggi Jepang menginstruksikan patroli pesawat tempur untuk menjatuhkan semua pesawat musuh yang ditemui, baik bersenjata maupun tidak.
Saat berpatroli dengan Zero-nya di atas Jawa, tepat setelah dia menembak jatuh pesawat musuh, Sakai bertemu dengan pesawat sipil Belanda Douglas DC-3 yang terbang di ketinggian rendah di atas hutan lebat.
Sakai mendekati pesawat DC-3. Dia kemudian melihat seorang wanita berambut pirang dan seorang anak kecil melalui jendela, bersama penumpang lainnya.
Sakai mengabaikan perintah untuk menembak jatuh setiap pesawat. Dia memberikan isyarat pada pilot pesawat DC3 itu untuk melanjutkan penerbangan.
Dari kaca kokpitnya, Sakai bisa melihat pilot dan para penumpang pesawat melambaikan tangan dan memberikan penghormatan atas tindakannya.
- Diduga Kabur Setelah Digulingkan Pemberontak, Intip Profil Presiden Suriah Bashar al-Assad
- Isak Tangis Keluarga dan Kerabat Iringi Pemakaman Farid Ahmad, Mekanik Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangsel
- Ditangkap di Soekarno-Hatta, Pegawai Maskapai Selundupkan Narkoba ke Dalam Pesawat
- Jangan Panik, Lakukan Hal Ini Jika Tertinggal Pesawat saat Mudik Lebaran
Nyaris Tewas di Udara
Dalam pertempuran udara di Gualdalcanal, Saburo Sakai nyaris tewas. Saat itu dia tengah memburu sebuah pesawat SBD3 Dauntless.
Sakai memberondongkan senapan mesin Zero pada tanki Dauntless, namun tidak ada ledakan yang terjadi. Dia tidak tahu ternyata tanki pesawat ini telah dilapisi dengan pelat baja sehingga tahan peluru.
Dauntless juga diawaki oleh seorang awak penembak belakang yang langsung membalas tembakan Sakai. Kali ini Sakai kena batunya. Kepalanya terserempet peluru yang menembus kokpit. Darah mengalir dari luka-lukanya.
Sakai yang merasa nyawanya sudah di ujung, menukik mencari kapal induk Amerika. Dia berniat menabrakkan pesawatnya ke armada Amerika agar tak mati sia-sia.
“Semenjak mendaftar sebagai pilot tempur, kami tidak pernah berpikir akan selamat. Kami ingin bertempur dan gugur sebagai pilot,” kata Sakai.
Namun dia tidak menemukan satu pun kapal Amerika. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Sakai mengarahkan pesawatnya ke Rabaul, pangkalan Jepang terdekat.
Dia berhasil mendaratkan pesawatnya dengan susah payah. Saburo Sakai kemudian dibawa ke Jepang untuk dirawat. Dia bisa pulih, namun satu matanya tidak bisa melihat dengan sempurna lagi.
Saburo Sakai kemudian menghabiskan waktu sebagai instruktur para pilot muda. Dia juga sempat diikutkan dalam misi kamikaze, namun selamat.
Setelah Perang Usai
Ketika perang berakhir, Saburo Sakai menjadi seorang penganut Budha yang taat. Dia tidak pernah membunuh makhluk bernyawa lagi. Walaupun itu seekor nyamuk.
Untuk menyambung hidup, Sakai membuka usaha percetakan kecil-kecilan. Dia pun sempat diundang ke Amerika. Di sana Sakai bertemu dengan mantan musuhnya selama perang Dunia II.
Mereka berbincang dengan hangat sebagai sahabat, berbeda dengan puluhan tahun lalu saat mereka bertemu sebagai musuh dan saling membunuh dalam perang.