Siasat Gila Sukarno Rekrut 670 Wanita Penghibur untuk Melawan Belanda
Siapa sangka, Presiden pertama RI, Sukarno memanfaatkan pekerja seks komersial untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia?
Siapa sangka, Presiden pertama RI, Sukarno memanfaatkan pekerja seks komersial untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia?
Menurutnya, semua masyarakat Indonesia harus ikut ambil peran dalam perjuangan kemerdekaan. Semua profesi, termasuk PSK saat itu. Ia bahkan memasukkan 670 wanita penghibur sebagai anggota PNI di Bandung.
-
Kenapa Presiden Soekarno marah kepada para pengawalnya? Presiden Sukarno sangat memperhatikan kebersihan di Istana,Bung Karno bahkan tak segan turun tangan menyapu taman atau jalan di dalam Istana untuk memberi contoh anak buahnya.
-
Kapan Soekarno dan Hatta diculik oleh para pemuda? Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
-
Kapan para pemuda menculik Sukarno? Tanggal 16 Agustus, Pukul 03.00 WIB, Para Pemuda Menculik Sukarno di Rumahnya Untuk mengelabui Jepang, Sukarno disuruh mengenakan seragam tentara PETA.
-
Di mana Fatmawati bertemu dengan Soekarno? Peninggalan rumah Fatmawati di Bengkulu ini dulunya menjadi saksi bisu pertemuan dirinya dengan Presiden Soekarno saat pengasingan.
-
Apa yang dilakukan Presiden Soekarno di Pesanggrahan Kotanopan? Presiden Soekarno kala itu sempat melakukan pidato singkat untuk mempersatukan masyarakat Sumatra yang ingin merdeka.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
Kisah ini diceritakan sendiri oleh Bung Karno kepada Cindy Adams, penulis otobiografinya, bagaimana ia mendirikan PNI dan kemudian merekrut para wanita penghibur untuk menjadi anggotanya.
Ide ini datang dari keresahannya karena terus-menerus jadi incaran polisi Belanda, setiap gerak geriknya selalu dilaporkan. Sangat sulit untuk Bung Karno mencari tempat aman untuk mengadakan pertemuan.
Bahkan, sering kali Bung Karno mengadakan pembicaraan penting di bagian belakang mobil sambil menundukkan kepala agar polisi tidak bisa melihat apa yang terjadi.
“Kami harus menjalankan cara penipuan yang demikian itu. Aku memikirkan siasat gila-gilaan untuk membikin bingung polisi,” ujar Sukarno kepada Cindy Adams dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.Salah satu tempat yang digunakan sebagai tempat pertemuan adalah rumah pelacuran.
Tempat Paling Aman
Menurutnya, itu adalah tempat yang paling aman karena mana mungkin seseorang yang pergi ke rumah pelacuran akan membahas untuk menggulingkan pemerintahan.
- Pengusaha Kirim Surat ke Prabowo, Minta Kaji Ulang Rencana Penyeragaman Kemasan Rokok
- Presiden Prabowo: Masih Ada Saudara Kita 70 Tahun Menarik becak, Ini Bukan Ciri-Ciri Bangsa Merdeka
- Rumah Kuno di Salatiga Ini Jadi Saksi Bisu Pertemuan Pertama Presiden Soekarno dengan Istri Keempatnya, Begini Penampakannya
- Sosok Sukma Violetta Istri Hakim MK, Perempuan Pertama Anggota Komisi Yudisial dan Terima Penghargaan dari Presiden
Tak hanya tempatnya saja yang dimanfaatkan oleh Sukarno, para wanita penghiburnya pun ia manfaatkan, dengan kata lain diajak masuk ke dalam Partai Nasional Indonesia (PNI) – partai bentukannya, untuk ikut ambil peran dalam perjuangan kemerdekaan.
Bung Karno bahkan berhasil mengumpulkan 670 pelacur di Bandung untuk masuk PNI. Bung Karno sangat memuji mereka karena menjadi anggota yang paling setia dan patuh serta sangat membantu dalam menjalankan perintah Bung Karno untuk kepentingan pergerakan.
Bung Karno menjelaskan bagaimana bergunanya mereka dalam pergerakan ini. Pertama, mereka dapat menggoda polisi Belanda untuk mendapatkan rahasia atau informasi-informasi penting.
Kedua, mereka selalu memiliki uang sehingga menjadi penyumbang yang besar dalam iuran anggota partai. Ketiga, mereka dapat menarik para anggota untuk datang dalam pertemuan cabang partai yang diadakan setiap hari Rabu.
Jadi Mata-Mata Jempolan
Atas kecakapan mereka sebagai mata-mata, Bung Karno memuji mereka sebagai loyalis sejati.
“Kalau menghendaki mata-mata yang jempolan, berilah aku seorang pelacur yang baik. Hasilnya mengagumkan sekali dalam pekerjaan ini,” ujar Sukarno.
Tak dapat dipungkiri bahwa memasukkan pelacur sebagai anggota tentu memicu perdebatan dalam partai. Orang yang paling mengecam tindakan Sukarno ini adalah Ali Sastroamidjojo.
Ialah orang yang sangat vokal menentang Sukarno, supaya janganlah partai beranggotakan pelacur. Menurutnya, itu adalah tindakan yang tidak bermoral dan sangat memalukan.
“Kita merendahkan nama dan tujuan kita dengan memakai perempuan sundal,” ujar Ali kepada Bung Karno.
“Kenapa? Mereka jadi orang revolusioner yang baik. Saya tidak mengerti pendirian Bung Ali yang sempit,” jawab Bung Karno.
“Ini melanggar asusila,” ujar Ali menentang.
Lantas, Sukarno menjelaskan alasan mengapa ia mengumpulkan 670 para perempuan itu.
“Sebabnya ialah karena saya menyadari, bahwa saya tidak akan dapat maju tanpa kekuatan. Saya memerlukan tenaga manusia, sekalipun tenaga perempuan. Bagi saya persoalannya bukan soal bermoral atau tidak bermoral. Tenaga yang ampuh, itulah satu-satunya kuperlukan,” jelas Bung Karno.
Orang Penting
Ali masih belum sepenuhnya menerima penjelasan Sukarno, ia lantas membalas perkataan Sukarno lagi dengan mengatakan, PNI memiliki cabang-cabang di seluruh tanah air dan masih bisa berjalan tanpa anggota seperti itu, hanya PNI di Bandung yang melakukan hal ini.
“Dalam pekerjaan ini maka gadis-gadis pesanan – pelacur atau apapun nama yang akan diberikan kepadanya– adalah orang-orang penting,” jawab Bung Karno.
Bung Karno bahkan membela gadis-gadis itu dengan mengatakan, “Anggota lain dapat kulepaskan, akan tetapi melepaskan perempuan lacur, tunggu dulu,” katanya.
Ali Sastroamidjojo akhirnya terdiam setelah Sukarno mengungkapkan fakta-fakta yang tidak bisa dibantah olehnya.
Salah satunya adalah ketika Sukarno menyebutkan revolusi Perancis, di mana ada seorang pelacur yang berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah.
Setelah perdebatan itu tidak ada lagi perdebatan dan anggota PNI dari kalangan wanita penghibur itu semakin bertambah hingga mencapai 670 anggota PNI di Bandung.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti