Bagaimana Pelaksanaan Sholat Jumat di Hari Raya? Begini Penjelasannya
Jika sholat Ied bertepatan dengan sholat Jumat, maka ada dua pendapat berbeda terkait apakah kewajiban sholat Jumat akan gugur atau tidak.
Bulan Ramadan sudah hampir usai. Kini kaum muslimin bersiap untuk menyambut hari kemenangan pada momen Idul Fitri. Saat Idul Fitri tersebut, umat Islam berbondong-bondong datang ke tanah lapang untuk melaksanakan sholat Ied.
Sholat Ied dilaksanakan dengan 2 rakaat disertai dengan khutbah. Dan pada tahun ini, Muhammadiyah telah menetapkan bahwa hari raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 21 April 2023, yang berarti kita sholat Ied akan dilaksanakan pada hari Jumat.
-
Bagaimana cara sholat Idul Fitri? Tata cara sholat Idul Fitri adalah sebagai berikut:1. Niat Sholat Idul Fitri: Niat dilakukan di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.2. Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan dan membaca “Allahu Akbar”.3. Doa Iftitah: Setelah takbiratul ihram, membaca doa iftitah. Tata Cara Sholat Idul Fitri 4. Takbir Tambahan: Pada rakaat pertama, setelah doa iftitah, melakukan takbir sebanyak tujuh kali. 5. Surat Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah, kemudian diikuti dengan surat pendek. Dianjurkan untuk membaca surat Al-A’la pada rakaat pertama.6. Ruku’ dan Sujud: Melakukan ruku’, sujud, dan duduk di antara dua sujud seperti sholat biasa.7. Rakaat Kedua: Setelah berdiri untuk rakaat kedua, melakukan takbir sebanyak lima kali sebelum membaca Al-Fatihah, diikuti dengan surat pendek dan dianjurkan membaca surat Al-Ghasiyah. 8. Ruku’ dan Sujud: Melakukan ruku’, sujud, dan duduk di antara dua sujud seperti sholat biasa.9. Tahiyat akhir: Melakukan tahiyat akhir seperti sholat biasa10. Salam: Mengakhiri sholat dengan salam.
-
Kapan sholat Idul Fitri dikerjakan? Sesuai namanya, sholat sunnah ini dikerjakan pada Hari Raya Idul Fitri atau pada tanggal 1 Syawal Hijriyah.
-
Apa arti dari lafadz takbiran Idul Fitri? "Artinya: "Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha suci Allah sepanjang pagi dan sore, tiada Tuhan(yang wajib disembah) kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya, dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafiq, orang-orang musyrik membencinya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan keesaan-Nya, Dia dzat yang menepati janji, dzat yang menolong hamba-Nya dan memuliakan bala tentaraNya dan menyiksa musuh dengan keesaan-Nya. tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji hanya untuk Allah."
-
Kapan doa Idul Fitri dibaca? Doa ini merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT dan harapan agar amal ibadah salama bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT.
-
Apa yang dirayakan dalam Hari Raya Idul Fitri? Hari Raya Idul Fitri biasanya dikenal dengan Hari Lebaran, yang merupakan momen penting bagi seluruh Muslim di dunia. Ini menjadi tanda akhir dari bulan puasa Ramadhan dan jatuh pada 1 Syawal dalam kalender Islam.
-
Kapan Jemaah An Nadzir merayakan Idul Fitri? Waktu pelaksanaan shalat Ied Fitri dan penentuan awal bulan Ramadhan Jamah An Nadzir selalu lebih awal. Termasuk saat perayaan Idul Adha.
Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana pelaksanaan sholat Jumat di hari raya? Apakah pelaksanaan sholat Jumat di hari raya tetap ada?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami telah merangkum penjelasan tentang pelaksanaan sholat Jumat di hari raya yang dilansir dari rumaysho.
Pelaksanaan Sholat Jumat di Hari Raya
Terkait pelaksanaan sholat Jumat di hari raya, para ulama memiliki dua pendapat.
Pendapat 1
Pada pendapat yang pertama disebutkan bahwa pelaksanaan sholat Jumat pada hari raya (Idul Fitri/Idul Adha) tetap wajib dilakukan. Inilah pendapat dari kebanyakan pakar fikih. Namun, ulama Syafi’iyah menggugurkan kewajiban ini bagi orang yang nomaden. Dalilnya adalah:
Pertama: dari firman Allah Ta’ala,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al Jumu’ah: 9)
Kedua: Dalil yang menunjukkan wajibnya sholat Jumat. Di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Barangsiapa meninggalkan tiga shalat Jum’at, maka Allah akan mengunci pintu hatinya.” (HR. Abu Daud). Ancaman keras seperti ini menunjukkan bahwa sholat Jumat itu wajib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Shalat Jum’at merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim dengan berjama’ah kecuali empat golongan: (1) budak, (2) wanita, (3) anak kecil, dan (4) orang yang sakit.” (HR. Abu Daud).
Ketiga: Sholat Jumat dan sholat Ied sama-sama wajib, sehingga sholat Jumat dan sholat Ied tidak bisa saling menggugurkan.
Keempat: Keringanan meninggalkan sholat Jumat bagi yang telah melaksanakan sholat Ied adalah khusus untuk ahlul bawadiy (nomaden).
Pendapat 2
Pendapat kedua disebutkan bahwa pelaksanaan sholat Jumat pada hari raya boleh tidak dihadiri jika telah melaksanakan sholat Ied. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ulama Hambali, dan terdapat riwayat dari ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Az Zubair.
Dalil dari pendapat ini adalah:
Pertama: Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Romlah Asy Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqom,
“Apakah engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan dua ‘ied (hari Idul Fitri atau Idul Adha bertemu dengan hari Jum’at) dalam satu hari?” “Iya”, jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau melaksanakan shalat ‘ied dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jum’at”, jawab Zaid lagi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jum’at, maka silakan.” (HR. Abu Daud, An-Nasai, dan Ibnu Majah).
Kedua: Dari seorang tabi’in bernama ‘Atha’ bin Abi Rabbah, ia berkata,
“Ibnu Az-Zubair ketika hari ‘ied yang jatuh pada hari Jum’at pernah shalat ‘ied bersama kami di awal siang. Kemudian ketika tiba waktu shalat Jum’at Ibnu Az-Zubair tidak keluar, beliau hanya shalat sendirian. Tatkala itu Ibnu ‘Abbas berada di Thaif. Ketika Ibnu ‘Abbas tiba, kami pun menceritakan kelakuan Ibnu Az Zubair pada Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas pun mengatakan, “Ia adalah orang yang menjalankan ajaran Nabi (ashobas sunnah).” (HR. Abu Daud).
Jika sahabat mengatakan ashobas sunnah (menjalankan sunnah), berarti statusnya marfu’ yaitu menjadi perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.