Daya Pikat Seni Ronggeng Amen Khas Pangandaran, Mampu “Hipnotis” Siapapun untuk Joget
Kesenian ini berkembang di Pangandaran dan Cianjur selatan sejak 1992.
Kesenian ini berkembang di Pangandaran dan Cianjur selatan sejak 1992.
Daya Pikat Seni Ronggeng Amen Khas Pangandaran, Mampu “Hipnotis” Siapapun untuk Joget
Seni ronggeng amen khas Kabupaten Pangandaran dan Ciamis, Jawa Barat biasanya dimainkan oleh tiga sampai lima perempuan berbusana kebaya Sunda. Mereka melakukan gerakan tari mengikuti lantunan musik tradisional yang mengalun halus.
Kesenian ini menjadi warisan nenek moyang khas pesisir selatan Jawa Barat yang ditampilkan dalam acara kebudayaan. Pola tarinya pun khas, dan fokus di gerakan tangan dan kaki secara perlahan.
-
Kapan Gunung Patenggeng terbentuk? Menurut tim Geologi, Gunung Patenggeng merupakan gunung purba berusia jutaan tahun.
-
Kapan Gunung Seulawah Agam meletus? Dari segi sejarah erupsinya, tidak diketahui pasti kapan terjadinya letusan tersebut.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Apa yang menjadi asal-usul nama Gunung Kendeng? “Konon dari cerita turun-temurun, kata Kendeng berasal dari adanya kabut yang berada di puncak bukit. Orang Jawa menyebut kabut itu seperti asap yang tebal. Dari sebutan itu kemudian muncul nama Kendeng,” kata Jarwanto.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Apa yang menjadi ciri khas Gunung Seulawah Agam? Gunung yang memiliki ketinggian 1.726 di atas permukaan laut (mdpl) ini memiliki beberapa nama lain, seperti Solawa Agam, Solawaik Agam, Selawadjanten, dan Goldberg.
Biasanya ronggeng amen dimainkan di tanah lapang atau lahan persawahan yang kering. Setiap pementasannya selalu mampu mendatangkan banyak orang.
Mereka terlena oleh iringan tetabuhan gamelan, terompet Sunda, suling dan kendang. Biasanya, warga pun secara tak sadar “terhipnotis” dari unsur musik dan selaras tari yang dimainkan dengan luwes. Berikut selengkapnya.
Tarian ronggeng amen
Perkembangan dari seni ronggeng gunung
Mengutip unpad.ac.id, ronggeng amen merupakan perkembangan dari seni ronggeng gunung yang populer di Pangandaran.
Yang membedakan kesenian ini lebih berfokus kepada hiburan, dibanding ritual seperti pada ronggeng gunung.
Oleh karena fungsinya sebagai seni dan hiburan, banyak masyarakat yang tertarik dan menggemari kesenian ini mulai dari kalangan muda sampai tua. Penari ronggeng amen juga tidak menyanyi seperti pada ronggeng gunung.
Gunakan banyak variasi musik
Dalam setiap pementasannya, terdapat banyak variasi musik dari para nayaga. Alat musik yang dipakai pun lebih banyak, tidak sekedar kendang indung, kenong, dan goong indung.
Secara pola, kegiatan menarinya mirip dengan ronggeng gunung yakni melingkar dan mengerucut ke titik sentral.
Kesenian ini awalnya muncul pada dekade awal 1990-an di wilayah Ciamis selatan, dan Pangandaran.
Asal-usul penamaan ronggeng amen
Mengutip jurnal yang ditulis oleh Desi Purwanti dan Lalan Ramlan dari Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung berjudul “Ibing Lulugu dalam Kesenian Ronggeng Amen Grup Barangnangsiang Pangandaran” asal-usul penamaan amen berasal dari kata ngamen.
Ini terkait dengan masa awal kemunculannya di mana grup ronggeng amen biasanya sembari menerima saweran dari para hadirin.
Selain itu, setelah mentas di satu titik mereka akan bergegas ke titik lainnya untuk kembali melaksanakan pertunjukan.
Merupakan tradisi pertanian
Selain bersifat hiburan, acara ini biasanya digelar dalam rangka pesta panen atau pesta tanam padi. Para petani menggelar acara ini di lahan terbuka seperti lapangan, halaman rumah ataupun area sawah.
Ini juga terkait adanya mantra sihir bumi yang kerap dibacakan oleh para sesepuh sebelum memulai tradisi ronggeng amen.
Mantra ini berbunyi “Sihir aing sihir bumi, Bumi nyatana daging Batu nyatana tulang, Jukut nyatana bulu Reumis nyatana kesang, Gugur nyatana batok Ibun nyatana cipanon, Lumut nyatana daki Bul kukus kelcerning putih, Si tunggul muncul Si catang ngangkang, Kareumpah ku cai caah Luar leor logodor, Tua nom lanang wadon Sunda Jawa menak rama, Welas asih maring badan Salira ingsun.”