Fakta-Fakta Hantu Sandekala dalam Mitos Sunda, Dikenal Suka Menculik Anak Kecil dan Jadi Pertanda Waktu Tidak Baik untuk Keluar Rumah
Hantu Sandekala dikabarkan akan keluar saat magrib. Makhluk ini konon akan menculik anak-anak yang tetap bermain ketika azan berkumandang.
Hantu Sandekala dikabarkan akan keluar saat magrib. Makhluk ini konon akan menculik anak-anak yang tetap bermain ketika azan berkumandang.
Fakta-Fakta Hantu Sandekala dalam Mitos Sunda, Dikenal Suka Menculik Anak Kecil dan Jadi Pertanda Waktu Tidak Baik untuk Keluar Rumah
Bagi masyarakat Sunda, mungkin familier dengan nasihat orang tua yang melarang anaknya bermain saat jam magrib. Di waktu tersebut, akan diceritakan tentang sosok hantu penculik anak-anak bernama Sandekala.
Sandekala merupakan cerita turun-temurun dari para orang tua yang konon menyerupai sosok perempuan menyeramkan. Hantu ini digambarkan mirip Wewe Gombel yang bisa menyembunyikan anak-anak ketika tetap bermain saat kumandang azan magrib.
-
Bagaimana penduduk Desa Nunuk Baru melestarikan budaya Sunda? Warga Nunuk Baru juga secara turun temurun mempertahan berbagai acara warisan zaman dulu.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Kenapa tatarucingan Sunda dianggap bisa menunjukkan karakter masyarakat Sunda? Tatarucingan dianggap dapat menunjukkan kebiasaan dan karakter masyarakat Sunda yang humoris dan menghargai kejenakaan.
-
Apa arti dari "Sacangreud pageuh sagolek pangkek" dalam bahasa Sunda? "Sacangreud pageuh sagolek pangkek."Artinya : Apa yang kita lakukan harus diiringi dengan komitmen dan konsisten.
-
Apa saja tema yang bisa dibahas dalam kata-kata sisindiran Sunda? Bukan melulu soal nasihat, sisindiran rupanya bisa berisi tentang candaan, banyolan hingga sekedar bentuk asmara anak muda.
-
Apa arti nama "Mungsolkanas" dalam bahasa Sunda? Disebutkan Mungsolkanas berarti “Mangga Urang Ngaos Sholawat Ka Kanjeng Nabi SAW”. Jika diartikan, ayo bersama-sama kita mengaji dan membaca salawat ke Nabi Muhammad SAW. “Mengapa, simbah-simbah zaman dahulu menamai masjid ini dengan Mungsolkanas. Karena mereka meyakini, dengan salawat inilah kita sebagai umatnya akan gondelan atau bergandengan menuju surga,” katanya lagi.
Sebenarnya, sosok ini merupakan mitologi sebagai media komunikasi antara orang tua dengan anak agar melaksanakan ibadah di jam tersebut. Ini sebagai upaya agar anak-anak terhindar dari dampak kesehatan, karena transisi waktu dari siang ke malam.
Sosok Sandekala menjadi mitos turun-temurun yang terus disampaikan sebagai bentuk nasihat kepada para keturunan di bawahnya.
Berikut fakta-fakta tentang hantu Sandekala.
Sembunyikan Anak-Anak di Atas Pohon
Mengutip Instagram Napak Jagat Pasundan, mitos Sandekala mengakar kuat di kalangan masyarakat Jawa Barat.
Banyak yang menceritakan bahwa anak-anak yang tidak pulang saat magrib akan didatangi seorang perempuan paruh baya, dengan rambut yang menjuntai panjang.
Bukan hanya itu. Sosok Sandekala juga digambarkan berwajah hancur, dengan pakaian yang serba hitam dan berukuran besar untuk menyembunyikan anak-anak.
Biasanya, orang tua menceritakan bahwa anak-anak akan dibawa ke pohon besar di kuburan dan dikabarkan tidak bisa pulang lagi. Ini yang membuat anak-anak takut untuk keluar rumah saat azan magrib berkumandang.
Cerita Rakyat Turu-temurun
Cerita Sandekala biasanya berkembang di wilayah perdesaan, dengan mayoritas wilayahnya masih dipenuhi hutan dan bukit. Subjek lokasi tersebut dikabarkan menjadi sarang dari hantu Sandekala yang turun saat magrib tiba.
Pertandanya akan muncul berupa langit yang tiba-tiba gelap, lalu angin yang bertiup kencang lalu muncul sosok perempuan besar dari kejauhan dengan bayangan hitam.
Sejak pukul 5 sore, orang tua Sunda sudah memanggil anak-anak mereka yang biasanya bermain bola di lapangan desa. Hal ini bertujuan agar anak mau pulang dan bergegas mandi. Orang tua akan menyampaikan cerita Sandekala yang menyeramkan.
Menggambarkan Waktu Magrib
Mengutip penelitian Helmi Awan dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Sandekala sebenarnya bermakna waktu, bukan sosok. Dalam bahasa Sunda, Sande artinya petang sedangkan Kala artinya waktu.
Waktu magrib merupakan waktu yang buruk untuk keluar rumah, terutama bagi anak-anak. Dalam kepercayaan nenek moyang, di jam tersebut merupakan waktu keluarnya mahluk gaib yang dapat mengganggu manusia.
Itulah mengapa diciptakan mitos Sandekala, agar anak-anak bisa mengikuti orang tuanya beribadah atau berdiam di depan rumah untuk belajar.
Waktu yang Buruk untuk Keluar Rumah
Dalam kepercayaan orang tua Sunda di zaman dulu, Sandekala juga diartikan sebagai waktu terburuk untuk keluar rumah. Larangan ini sebenarnya berlaku termasuk bagi orang dewasa.
Penyebab terciptanya mitos Sandekala karena di jam ini terjadi peralihan antara siang ke malam. Matahari yang sebelumnya menyinari dunia, kemudian perlahan berganti menjadi redup yang membawa keseimbangan buruk untuk kesehatan tubuh manusia.
Ini juga terkait perintah agama Islam, yang meminta para orang tua agar mendoakan anak-anak mereka di waktu petang.
Sampai saat ini, mitos hantu Sandekala masih dipercaya bagi banyak orang untuk menasehati anak-anak mereka agar tidak keluar di waktu maghrib. Agar terhindar dari marabahaya, anak-anak kemudian diminta untuk menjalankan salat dan membaca kitab suci Al Quran.