Kerap Diputar saat Idulfitri, Ini Makna Lagu 'Selamat Lebaran' Karya Ismail Marzuki yang Ternyata Penuh Sindiran
Lagu 'Selamat Lebaran' karya Ismail Marzuki ini rupanya berisi sejumlah sindirian
Lagu ini rupanya berisi sejumlah sindirian
Kerap Diputar saat Idulfitri, Ini Makna Lagu 'Selamat Lebaran' Karya Ismail Marzuki yang Ternyata Penuh Sindiran
Minal aidin wal faizin, maafkan lahir dan batin. Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin. Itulah sepenggal lirik lagu “Selamat Lebaran” yang dipopulerkan oleh Ismail Marzuki.
Lagu ini tentu tidak asing di telinga selama bulan Ramadan hingga hari raya Idulfitri.
Dalam liriknya sebagian besar menceritakan tentang suasana lebaran, di mana warga bereuforia dengan membeli baju lebaran.
-
Bagaimana akhir hayat Ismail Marzuki? Kondisinya kian memprihatinkan saat detik-detik terakhir kehidupannya. Tubuh Ismail kurus, dengan jajaran tulang iga yang menonjol. Sang istri, kemudian merawatnya dengan sepenuh hati agar kondisi Ismail membaik.
-
Mengapa Ismail Marzuki menciptakan lagu Halo-Halo Bandung? Lagu ini mengindikasikan bahwa Bandung ketika itu penuh kenangan, di tengah situasi darurat perang kemerdekaan. Berawal dari Ismail Marzuki bersama istri yang menghindari pendudukan Inggris di Jakarta
-
Mengapa Ismail Marzuki meninggal? Ismail Marzuki wafat setelah menderita penyakit paru-paru.
-
Bagaimana Ismail Marzuki mengubah lagu Halo-Halo Bandung menjadi lagu perjuangan? Besarnya dampak peristiwa Bandung Lautan Api menginspirasi Ismail Marzuki untuk mengubah liriknya menjadi lebih patriotis. Ia kemudian mengganti dua bait terakhir liriknya menjadi “Sekarang Telah Menjadi Lautan Api, Mari Bung Rebut Kembali”.
-
Siapa yang merawat Ismail Marzuki di akhir hayatnya? Kondisinya kian memprihatinkan saat detik-detik terakhir kehidupannya. Tubuh Ismail kurus, dengan jajaran tulang iga yang menonjol. Sang istri, kemudian merawatnya dengan sepenuh hati agar kondisi Ismail membaik.
-
Kapan Ismail Marzuki meninggal dunia? Ismail akhirnya meninggal dunia di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada 25 Mei 1958 dalam usia 44 tahun.
Namun tahu kah Anda bahwa di balik lagu tersebut, Ismail Marzuki ingin menyampaikan pesan sindiran. Di bagian akhir, nada sindiran semakin tajam dan ditujukan ke pada pihak-pihak tertentu.
Berikut fakta lagu Selamat Lebaran selengkapnya.
Gambarkan Perbedaan Orang Desa dan Kota Rayakan Lebaran
Mengutip buku “Ismail Marzuki: Senandung Melintas Zaman” banyak lagu-lagu yang dibuat seniman kelahiran Kampung Kwintang, Senin 11 Mei 1914 ini yang bernada kritik tajam.
Lagu Selamat Lebaran bahkan disebut jadi salah satu kritik tajamnya. Bagaimana tidak, kala itu warga dengan ekonomi bawah ikut memaksa merayakan lebaran dengan bermewah mewahan.
Sedangkan orang kota meramaikan lebaran dengan berjudi dan mabuk-mabukan.
Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perey
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop terompe
Kakinya pada lecet babak belur berabe.
Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi
Sehari semalam maen ceki mabuk brendy
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
Sindir Pemerintah
Lagu ini juga menyindir negara yang masih kerepotan mengatur sistem perpolitikannya pasca kemerdekaan. Ini sesuai dengan tahun lagu dibuat, yakni paruh tahun 1950-an.
- Kisah Cinta Komponis Ismail Marzuki dan Istri Eulis Zuraida, Ditolak Mentah-mentah hingga Luluh Usai Mabuk Laut
- Malam Mingguan, Istri Kasad Senyum Lebar Berada di Antara Jenderal TNI Kesayangan
- Cara Memaafkan dengan Ikhlas, Buka Lembaran Baru di Hari Lebaran
- 80 Ucapan Idulfitri 2024, Rayakan Lebaran dengan Lebih Berkesan
Kala itu, negara Indonesia masih harus bangkit secara ekonomi pasca perang. Ini membuat banyak masyarakat yang tidak sejahtera dan kesulitan ekonomi.
“Selamat para pemimpin, rakyatnya Makmur terjamin,”
Mengutip Liputan6, Ismail Marzuki merupakan salah satu sosok yang turut memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan berpendapat melalui karya seni. Dari upayanya ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkannya sebagai pahlawan nasional pada 10 November 2004.
Sosok Ismail Marzuki
Ismail Marzuki diketahui menikah dengan Eulis Zuraida. Pernikahan ini dimulai setelah dirinya menciptakan lagu berjudul lagunya berjudul "O Sarinah" dan menjadi hits di radio pada saat itu.
Sang musisi legendaris itu kemudian berpulang pada 25 Mei 1958 di Kampung Bali, Jakarta Pusat. Namanya lantas diabadikan sebagai pusat kesenian di kawasan Cikini, yang bernama Taman Ismail Marzuki atau TIM.