Khidmatnya Merlawu Susuru, Tradisi Menyucikan Diri Warga Ciamis Jelang Ramadan
Kegiatan turun temurun itu rutin digelar di kompleks Gunung Susuru, Desa Kertabumi, sebagai upaya menyiapkan diri lahir batin sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan yang akan datang dua pekan mendatang.
Senin (13/3), masyarakat di Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat mendatangi kompleks pemakaman tokoh penyebar agama Islam di masa silam untuk melaksanakan tradisi Merlawu Susuru.
Kegiatan turun temurun itu rutin digelar di kompleks Gunung Susuru, Desa Kertabumi, sebagai upaya menyiapkan diri lahir batin sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan yang akan datang dua pekan mendatang. Terlihat rangkaian acara adat begitu khidmat diikuti oleh warga yang mengikuti acara itu.
-
Siapa saja yang bertarung dalam Pilkada Jabar? Khusus di Jawa Barat diikuti empat pasangan calon (paslon) yang mendaftar di KPUD Jawa Barat.
-
Kenapa kasus Vina Cirebon ditarik ke Polda Jabar? Kemudian ramai itulah yang kemudian kasus ini ditarik ke Polda Jabar. Jadi sesama tahanan saling pukul sehingga membuat mereka lebam-lebam," ucap dia.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
Mengutip ANTARA, Selasa (14/3), warga yang hadir di lokasi mengenakan pakaian putih hitam, dan melakukan ziarah kubur sebagai bentuk renungan diri kepada Allah SWT. Berikut kekhidmatan tradisi jelang Ramadan di Ciamis.
Menyucikan Diri
Khidmatnya Merlawu Susuru, Tradisi Menyucikan Diri Warga Ciamis Jelang Ramadan ©2023 warisanbudaya.kemdikbud.go.id/ Merdeka.com
Merujuk laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, acara ini terdiri dari beberapa prosesi, mulai dari berkumpul di kompleks makam Prabu Dimuntur sebagai tokoh Agama Islam setempat, lalu dilanjutkan dengan berdoa bersama dan terakhir ditutup dengan kegiatan munggahan.
Dua rangkaian awal acara tersebut merupakan prosesi paling sakral. Para warga akan melakukan doa bersama dan berziarah ke tokoh tersebut untuk menyucikan diri. Acara ini selalu diadakan dua pekan atau satu pekan menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
Tak hanya dari desa setempat, warga dari luar daerah juga ikut meramaikan acara tersebut sebagai ajang untuk bersilaturahmi dan mempererat kekeluargaan.
Merenungi Kesalahan yang Diperbuat
Upacara sakral itu juga dilakukan sebagai wadah untuk merenungi segala kekhilafan yang sudah diperbuat. Makam yang ada di depan mereka bisa disimbolkan sebagai renungan kematian dan akan ada kehidupan lain setelahnya.
Setelah mengikuti Merlawu Susuru dilaksanakan, warga yang mengikuti diharapkan bisa mampu menjalankan pengendalian hawa nafsu selama satu bulan penuh. Kemudian, saat Idulfitri, kefitrahan yang sesungguhnya bisa diraih demi kehidupan yang lebih baik setelahnya.
Setelah itu, para hadirin saling bersalaman untuk memaafkan agar kekhilafan yang diperbuat tidak menghambat pelaksanaan ibadah puasa Ramadan.
Menurut tokoh masyarakat setempat, acara ini secara keseluruhan untuk menghormati Prabu Dimuntur yang sudah berjasa menyebarkan Islam di tanah Ciamis khususnya wilayah Cijeunjing pada tahun 1585 m.
Makan Bersama untuk Mempererat Tali Persaudaraan
Acara munggahan atau makan bersama mejadi penutup dari kegiatan tersebut. Bagi masyarakat Islam setempat, acara munggahan merupakan bentuk antusiasme menyambut Ramadan.
Tradisi ini berangkat dari kata Merlawu yang artinya lalawu atau lawuh (menu makan) berupa umbi-umbian, kacang-kacangan dan labu. Bahan makanan yang sudah matang itu disajikan di satu tempat dan bisa dimakan bersama.
Acara tersebut memiliki nilai sosial yang tinggi karena bisa merekatkan warga dan diharapkan tidak menimbulkan dendam. Kemudian, hasil bumi yang merupakan rezeki dan keberkahan diharapkan mampu memberi keberkahan. Yang unik dari kegiatan ini adalah, juru kunci makam akan menjabarkan kisah dari Prabu Dimuntur dalam memperjuangkan ajaran Islam.